Daripada Mengkritik Tak Jelas, Arief Poyuono Seharusnya Mendukung Erick

Selasa, 10 Desember 2019 – 18:45 WIB
Arief Poyuono. Foto: Aristo Setiawan/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Peneliti Alpha Research Database Indonesia, Ferdy Hasiman, menyarankan Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu, Arief Poyuono, mendukung langkah Menteri BUMN Erick Thohir untuk melakukan reformasi birokrasi di sejumlah perusahaan pelat merah. 

Lanjut Ferdy, Arief bukan malah terus mengkritik, hingga terkesan anti terhadap langkah Erick 'membersihkan' manajemen PT Garuda Indonesia yang selama ini terus merugi. 

BACA JUGA: Menteri BUMN Copot Dirut Garuda, Begini Respons Politikus Demokrat Syarief Hasan

"Saya harap Arief Puyuono belajar dari Garuda untuk menerima reformasi BUMN ala Erick Thohir. Erick sudah mulai sesuatu yang baik di  BUMN, harusnya didukung," ujar Ferdy kepada jpnn.com, Selasa (10/12).

Ferdy kemudian memaparkan bahwa selama ini banyak perusahaan BUMN tidak dikelola secara efisien. Akibatnya, malah membebani keuangan negara. Di antaranya PT Garuda Indonesia. 

BACA JUGA: Ada yang Minta Prabowo Subianto Tegur Arief Poyuono

"Kalau dilihat dari industri transportasi sendiri, Garuda itu enggak mesti merugi. Antara 2014-2018 Garuda rata-rata mengangkut penumpang19 juta jiwa per tahun. Memang di 2018 sedikit turun 18 juta karena harga tiket naik," ucapnya.

Fakta lain, harga minyak dunia juga cenderung turun rata-rata USD 50-60 per barrel. Artinya,  secara logika biaya bahan bakar seperti Garuda tentunya juga turut menurun. 

BACA JUGA: Kejanggalan Gebrakan Erick Thohir di Mata Arief Poyuono Gerindra

Kemudian, Garuda juga punya unit usaha di segment low cost carrier seperti Citylink, yang diyakini dapat membantu menurunkan harga tiket. Paling tidak, pangsa pasar Garuda bisa semakin luas sehingga meraup untung besar. 

"Nah,  dengan kondisi itu saya kira Garuda harusnya untung. Tetapi nyatanya terbalik. Pendapatan perusahaan memang bagus, tetapi Garuda malah menanggung biaya yang tidak perlu. 

Ferdy kemudian memaparkan salah satu contoh. Pada kuartal ketiga 2019, Garuda mencatat biaya operasional hotel USD 24 juta, sementara pendapatan dari usaha hotel cuma USD 12 juta. 

"Pertanyaannya, buat apa Garuda punya bisnis hotel? Kalau merugi ngapain masih bisnis hotel?" pungkas Ferdy. (gir/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler