jpnn.com, JAKARTA - Indonesia memiliki serangkaian hukum perlindungan konsumen. Akan tetapi pada faktanya masih terdapat pelanggaran dalam hukum perlindungan konsumen, khususnya dalam jual beli perhiasan emas.
Demikian disampaikan Darmadi Durianto dalam sidang promosi terbuka Doktor Ilmu Hukum di Universitas Borobudur, Jakarta, Selasa (6/9/2022) dengan judul disertasi: "Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Atas Kecurangan Pelaku Usaha Emas Perhiasan Dalam Persepektif Pembaharuan Hukum".
BACA JUGA: Apresiasi Pertemuan Menperin dan PT Daikin, Darmadi: Perlu Dicontoh Perusahaan Lain
Darmadi menjelaskan penelitian ini mengkaji efektivitas hukum perlindungan konsumen khususnya dalam jual beli perhiasan emas.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif-empiris yang mengkaji bahan-bahan hukum primer, sekunder, dan tersier.
BACA JUGA: Apresiasi Capaian Program KUR BRI, Darmadi Durianto: Wujud Keberpihakan Terhadap Perekonomian Rakyat
“Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori efektivitas hukum yang dipelopori oleh Lawrence Friedman,” terang Darmadi yang kini menjabat sebagai Bendahara Megawati Institute itu.
Menurut Darmadi, teori tersebut mengajarkan tiga poin penting dalam mengkaji efektivitas hukum, seperti substansi hukum, budaya masyarakat, dan aparat penegak hukum.
BACA JUGA: Raih Gelar Doktor di UNJ, Lidya Natalia Buktikan Perempuan Dayak Mampu
“Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam segi substansi hukum masih terdapat beberapa kecacatan hukum di antaranya terkait dengan tumpang tindihnya aturan hukum terhadap lembaga yang menangani perlindungan konsumen, tidak adanya kewajiban untuk memberlakukan Sertifikat SNI untuk produk perhiasan emas, dan peraturan yang masih bersifat umum,” ungkap politikus PDIP itu.
Lebih lanjut, Darmadi menjelaskan pada tingkatan budaya masyarakat, masyarakat cenderung memiliki kedudukan yang lemah dibandingkan pelaku usaha, bersikap pasrah, dan kurangnya pemahaman masyarakat mengenai produk yang akan dibeli.
“Pada faktanya masyarakat enggan memperkarakan kasus kecurangan dalam jual beli emas dikarenakan ketidaktahuan konsumen mengenai lembaga negara yang memiliki kewenangan untuk menyelesaikan kasus tersebut,” kata dia.
Selain itu, ungkap Darmadi, pada tingkatan aparat penegak hukum perlindungan konsumen ditemukan bahwa penegakan hukum perlindungan konsumen dilakukan oleh banyak lembaga negara.
“Dampak dari adanya hal tersebut adalah tidak maksimalnya kewenangan yang dimiliki masing-masing lembaga negara. Oleh karena itu, saran dari penelitian ini adalah adanya perubahan hukum perlindungan konsumen dan peleburan BPSK dan BPKN menjadi Badan Perlindungan dan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BP2SK),” kata Darmadi.
Dalam sidang promosi terbuka Doktor Ilmu Hukum Darmadi merupakan lulusan doktor hukum ke-125 dengan meraih predikat Cum laude dengan IPK tertinggi 4.0.
Darmadi Durianto juga merupakan salah satu atau satu-satunya mahasiswa program doktoral yang berhasil meraih predikat Cumlaude sejak Universitas Borobudur berdiri.
Diketahui, dalam sidang promosi terbuka Doktor Ilmu Hukum tersebut Darmadi Durianto diuji oleh sejumlah penguji di antaranya:
Promotor:
Prof. Dr. Faisal Santiago, SH, MM
Co-Promotor
Dr. Suparno, SH, MH, MM
Dewan Penguji:
Prof. Ir. H. Bambang Bernanthos, Msc
Rektor Universitas Borobudur/Ketua Dewan Penguji
Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, SH, MH
Penguji Dalam Institusi/Anggota Dewan Penguji
Prof. Dr. Zainal Arifin Hoesen, SH, MH
Penguji Luar Institusi/Guru Besar Universitas Muhammadiyah Jakarta
Dr. Megawati Barthos, SH, MM
Penguji Dalam Institusi/Anggota Dewan Penguji. (fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari