jpnn.com, SERANG - Penyaluran bantuan sosial tunai (BST) oleh Kementerian Sosial (Kemensos) menuai polemik di masyarakat.
Di Kecamatan Carenang dan Kopo, Kabupaten Serang, Banten, kepala desa (kades) menjadi sasaran kemarahan. Kantor desa dan rumah kepala desa digeruduk dan diamuk warga yang belum kebagian BST.
BACA JUGA: Ini Bukti Kalau Data Bansos Berantakan
Kamis (15/5), ratusan warga Desa Sangiang, Kecamatan Mancak dengan wajah emosi mendatangi rumah kepala desa mempersoalkan BST yang dicairkan Kemensos. Hal serupa terjadi di Desa Carenang, Kecamatan Kopo hari berikutnya, Jumat (15/5).
Kepala Desa Sangiang Asep Saeful Rahman mengaku digeruduk ratusan warga yang mempertanyakan bantuan dari Kemensos usai salat tarawih.
BACA JUGA: Menko Muhadjir Pastikan Penyaluran Bansos Tidak Tumpang Tindih
Aksi warga itu, kata Asep, terjadi setelah sebelumnya Kemensos RI menyalurkan bantuan untuk warga melalui Kantor Pos. Namun, kata Asep, di desanya hanya 50 keluarga tercover untuk menerima bantuan dari total 540 keluarga yang diajukan untuk menerima bantuan.
“Jadi, warga yang tidak mendapat bantuan mempertanyakan itu,” ujar Asep kepada Radar Banten melalui sambungan telepon seluler, Jumat (15/5).
BACA JUGA: Kasus Corona di Banten: Menyedihkan
Namun, lanjut Asep, dari 50 keluarga yang disetujui bakal menerima bantuan, ternyata hanya 42 keluarga penerima bantuan yang bisa dicairkan. Soalnya, sisa keluarga penerima bantuan ada yang sudah meninggal dunia dan pindah domisili.
“Kami juga bingung, kok itu (warga yang meninggal dan pindah domisili-red) masih masuk data penerima. Kami sudah mengajukan data warga yang terdampak Covid-19,” katanya.
Dari kejadian itu, Asep pun langsung menjelaskan kepada warga, jika bantuan dari Kemensos disalurkan secara bertahap. Bagi warga yang tidak terkover, akan diakomodasi melalui bantuan dari Pemprov Banten, Pemkab Serang, dan Dana Desa.
“Sementara ini kami hanya bisa memberikan pemahaman kepada warga,” terangnya.
Pihaknya juga, kata Asep, sudah menyampaikan persoalan tersebut kepada Dinas Sosia (Dinsos). Terutama soal penggunaan data penerima bantuan. “Kami sudah konfirmasi ke Dinsos, ini polanya seperti apa,” tukasnya.
Warga setempat, Wati menjelaskan bawah kedatangannya ke rumah kepala desa untuk mengungkapkan kekesalan, karena banyak penyaluran bantuan yang dnilai tidak tepat sasaran.
“Sementara ada yang punya mobil dapat bantuan, ini kan enggak adil,” keluhnya.
Kondisi serupa terjadi di Balai Desa Carenang, Kecamatan Kopo. Di depan balai desa, warga mengamuk dan mengacak-acak barang yang ada di dalam balai desa, serta membakar kayu di depan balai desa. Kejadian itu pun dibenarkan oleh Camat Kopo, Tenda Subekti. Sayangnya, Tenda enggan menjelaskan secara rinci kejadian tersebut.
“Iya benar, coba ke desa saja ya, saya sedang sakit,” kilahnya.
Sementara di Desa Carenang, Kecamatan Kopo, warga menggeruduk balai desa. Warga mengamuk dan mengacak-acak barang di dalam ruangan balai desa, hingga membakar sofa di depan balai desa.
Kepala Desa Carenang, Kecamatan Kopo, Bandung Afendi mengatakan, kantor desanya diacak-acak warga yang protes mengenai penyaluran BST dari Kemensos RI. Padahal, pihaknya sebelumnya mendata sebanyak 1.447 warga yang diajukan.
Namun, hanya 53 warga yang mendapat bantuan. “Warga protes karena tidak mendapatkan bantuan,” terangnya.
Dari 53 warga penerima bantuan, lanjut Afendi, beberapa di antaranya sudah meninggal dunia. Pihaknya curiga data yang digunakan Kemensos RI data lama tahun 2014.
“Kami berharap, data yang terbaru yang kami data digunakan. Kalau seperti ini, mending enggak usah disalurkan karena menyulut emosi warga,” kesalnya. (jek/zai/radarbanten)
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti