jpnn.com, JAKARTA - Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya menyatakan nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat (13/8) berpotensi terkoreksi.
Pasalnya, data ekonomi Amerika Serikat (AS) semakin positif.
BACA JUGA: Isu Tapering Off The Fed Tak Bisa Dianggap Remeh, Coba Lihat Kurs Rupiah Senin
Rupiah dibuka menguat tipis satu poin atau 0,01 persen ke posisi Rp 14.382 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.383 per USD.
"Akhir pekan ini sepertinya rupiah akan melemah karena kecenderungan penguatan USD. Indeks USD masih tinggi sedikit di bawah 93," kata Marully, di Jakarta, Jumat (13/8).
BACA JUGA: Kurs Rupiah Mulai Digoyang Isu Tapering Off The Fed, Nih Buktinya...
Menurut Rully, penguatan tersebut terutama karena memang data ekonomi AS cukup positif dan optimisme masih sangat tinggi, meski ada peningkatan Covid-19 dari varian Delta.
Vaksinasi di Negeri Paman Sam itu dinilai sudah cukup baik dan pandemi masih relatif terkendali.
BACA JUGA: Ekonom Cium Gelagat Kuat Tapering Off The Fed Terjadi 2022, Bisa Gawat!
"Data-data yang telah keluar saya rasa sudah cukup diantisipasi oleh The Fed dan cepat atau lambat pasti akan melakukan tapering," ujar Rully.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (12/8) bahwa klaim pengangguran sedikit menurun menjadi sebanyak 250 ribu klaim pada pekan lalu, lebih rendah dari konsensus 387 ribu.
Sementara kenaikan inflasi harga konsumen AS berhenti pada Juli di level 5,4 persen (yoy) atau sesuai dengan ekspektasi pasar.
Terkait pandemi, jumlah kasus harian Covid-19 di tanah air terus menurun di mana pada Kamis (12/8) mencapai 24.709 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 3,77 juta kasus.
Meski demikian, jumlah kasus meninggal akibat terpapar Covid-19 masih relatif tinggi yaitu bertambah 1.466 kasus sehingga totalnya mencapai 113.644 kasus.
Sementara itu, sebanyak 3,25 juta orang telah dinyatakan sembuh sehingga total kasus aktif Covid-19 mencapai 412.7761 kasus.
Rully mengatakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp 14.250 per USD hingga Rp 14.420 per USD.
Pada Kamis (12/8) kemarin, rupiah ditutup stagnan atau sama dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.383 per USD.
Sebelumnya, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara memperingatkan tentang dampak nyata pengurangan stimulus atau tapering off oleh bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed).
"Jika tapering off terjadi lebih cepat ditahun ini maka efek ke stabilitas nilai tukar rupiah akan mengalami tekanan hebat," kata dia kepada JPNN.com, Jumat (6/8). Peraih gelar Master in Finance dari University of Bradford, UK itu menjelaskan volatilitas kurs membuat impor naik signifikan dan memukul industri manufaktur yang bahan bakunya impor.
Pasalnya, Rupiah diperkirakan melemah Rp 16 ribu hingga Rp 17 ribu per USD jika tapering off mulai awal 2022. (antara/mcro10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia