Kepolisian Victoria di Australia dituduh telah melakukan tindakan bermotif rasial, setelah data yang baru dikeluarkan menunjukkan warga asal Afrika dan Timur Tengah mendapat denda lebih banyak berkenaan dengan COVID di tahun 2020.

Yusuf Mohamud bekerja di sebuah pusat bantuan hukum komunitas di Melbourne ketika pandemi COVID terjadi.

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Jumlah Jemaah Haji Tahun Ini Diperkirakan Mencetak Rekor

Saat 'lockdown' yang panjang, Yusuf masih ingat seringnya mobil polisi melakukan patroli di kawasan tempat tinggalnya.

Dia juga banyak menerima panggilan telepon dari kliennya, yang keturunan Afrika, untuk meminta bantuan hukum.

BACA JUGA: Ogah Ikut Campur, China Percaya Timur Tengah Dapat Menentukan Nasib Sendiri

"Di banyak daerah tempat saya bekerja banyak komunitas warga Afrika yang masih muda," kata pengacara asal Somalia tersebut.

"Kawasan di mana patroli polisi banyak terlihat.. di mana anak-anak muda merasa melihat polisi berseragam hampir setiap hari."

BACA JUGA: Cara Unik Lembaga Pendidikan di Melbourne Menangani Siswa yang Takut Datang ke Sekolah

"Komunitas yang memiliki hubungan tegang dengan polisi dan timbul rasa tidak percaya kala itu."

Hubungan itu bahkan semakin membuat kliennya tertekan, saat pemerintah negara bagian Victoria menerapkan aturan yang memberi kuasa kepada polisi untuk menjatuhkan denda bagi mereka yang  melanggar aturan terkait COVID-19.

Denda dikenakan untuk berbagai pelanggaran, seperti tidak mengenakan masker dijatuh denda $200, bila melanggar aturan keluar rumah dendanya adalah $1.652 dan denda $4.957 bila berkumpul tanpa izin.

Di saat 'lockdown' dimulai, Yusuf mengatakan ia semakin khawatir dengan anak-anak muda yang dikenai denda berulang kali.

"Beberapa di antara mereka mendapatkan denda sampai $6 ribu atau $7 ribu," katanya.

"Ini jadi beban finansial, karena mereka tidak bisa bayar."

Di tahun 2020 polisi di negara bagian Victoria mengeluarkan paling sedikti 37.504 denda terkait pelanggaran aturan 'lockdown'.

Sekarang data yang dikumpulkan oleh Kepolisian Victoria sudah bisa dilihat oleh umum berdasarkan UU Kebebasan Informasi dan ABC sudah melihatnya.

Dari data yang ada dalam 75 persen kasus, polisi mencatat adanya penampakan rasial dari mereka yang dikenai denda.

Dihitung dari latar belakang ras, sekitar 20 persen diketahui sebagai mereka yang berpenampilan Afrika atau Timur Tengah.

Menurut Sensus tahun 2021, hanya lima persen warga Victoria berasal dari Afrika atau Timur Tengah sehingga kelompok ini mendapat denda empat kali lebih besar dibandingkan mereka dari latar belakang etnis lain.

Kepolisian Victoria sudah memberikan bantahan jika anggotanya sengaja mencari sasaran kelompok ras tertentu ketika menjatuhkan denda.Catatan penampakkan rasial

Tamar Hopkins adalah seorang peneliti mengenai penampakkan rasial dan bekerja dengan badan Inner Melbourne Community Legal untuk mendapatkan dan menganalisa data.

Keputusan berdasarkan penampakkan rasial atau 'racial profiling' adalah tindakan secara sengaja mencurigai atau menyasar atau melakukan diskriminasi terhadap seseorang hanya berdasarkan etnis, agama atau warga negara tanpa bukti yang jelas.

Dr Hopkins mengatakan data yang ada lebih menunjukkan apa yang dilakukan polisi dibandingkan siapa pelaku yang mendapatkan denda.

"Ada berbagai bentuk pelanggaran terkait COVID sepanjang tahun itu, hampir semua warga Victoria pasti pernah melanggarnya," katanya.

"Kita bisa melihat berdasarkan siapa yang mendapat denda, bagaimana polisi di Victoria mengambil keputusan mengenai siapa yang akan ditanyai."

"Yang kita lihat dari data Kepolisian Victoria adalah pola cara kerja polisi menerapkan aturan yang ada."

Dari denda terhadap mereka yang tidak mengenakan masker, 12,5 persen dikenakan terhadap mereka yang berpenampilan Afrika atau Timur Tengah.

Untuk pelanggaran di mana polisi perlu melakukan percakapan, kelompok warga asal Afrika atau Timur Tengah mendapat denda lebih banyak lagi.

Lebih dari 20 persen denda dijatuhkan terhadap kelompok ini.

"Kami bisa menunjukkan bukti yang meyakinkan bahwa ada perbedaan dalam cara polisi menyasar kedua kelompok warga tersebut," kata Dr Hopkins.

"Ini yang menjadi dasar untuk mengatakan bahwa motif ras memegang peran dalam dijatuhkannya denda."

"Yang terjadi adalah pendekatan yang berbeda terhadap seseorang jika mereka melanggar aturan COVID. Penyelidikan terhadap warga asal Afrika atau Timur Tengah bisa lebih intensif."Polisi membantah tuduhan 

Victoria Police menolak untuk diwawancarai dan tidak memberikan jawaban atas pertanyaan rinci mengenai data yang dikirim oleh ABC.

Juru bicara polisi mengatakan petugas menerapkan kebijakan masing-masing dalam menjatuhkan sanksi dan denda hanya dikeluarkan untuk pelanggaran yang benar-benar disengaja dan jelas dilakukan.

"Victoria Police menolak dengan tegas jika petugas menyasar kelompok etnis tertentu terkait pelanggaran COVID," kata juru bicara tersebut.

"Ini sama sekali tidak benar."

Victoria adalah satu-satunya negara bagian di Australia yang mencatat penampakkan ras seseorang ketika melakukan pelanggaran.

Namun juga menjadi satu-satunya negara bagian yang secara tegas melarang tindakan melakukan 'racial profiling' dalam menjalankan tugas.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News

BACA ARTIKEL LAINNYA... Di Tengah Meningkatnya Biaya Hidup di Australia, Program Bertukar Pakaian Semakin Populer

Berita Terkait