Pelatih Daud, Damianus Jordan menyebutkan bahwa dirinya tidak bisa hanya berpaku pada model-model latihan yang monoton
BACA JUGA: Tularkan Ilmu Ke Pemain Muda
Sebab, perkembangan yang didapat oleh anak didiknya tidak bisa meningkat dengan pesat.Karena itu, pelatih berusia 39 tahun tersebut mulai menerapkan model-model latihan yang pernah didapatkannya saat masih menimba ilmu di negara yang melahirkan banyak petinju kelas dunia, Kuba
BACA JUGA: Van Gaal Pantang Mundur
Minimal setengah jam dia melakukan itu," katanya saat dihubungi kemarin (4/3).Dengan model latihan yang terfokus pada kemampuan fisik tersebut, Damianus yakin efeknya lebih besar daripada hanya latihan dengan memukul bag berkali-kali
Untuk terus mengembangkan teknik adiknya, mantan petinju nasional tersebut juga hampir setiap malam menyempatkan untuk menonton rekaman pertandingan tinju yang pernah dilakoni Chris John
BACA JUGA: Mangkir Lagi, Nurdin Dilengserkan Lewat Pengadilan
bukan hanya itu, untuk memperkaya teknik bertarungya Damianus juga mewajibkan adiknya menonton rekaman pertarungan petinju tenar dunia semacam Julio Cesar Chavez, Oscar De La Hoya, dan Miguel Cotto."Daud bisa mempelajari gaya petinju itu yang agresifDia juga bisa melihat dan mempelajari bagaimana cara bertinju Chris John yang juga meniru gaya merekaDari situ celahnya bisa dipelajari," terangnya.
Selanjutnya, setelah melihat rekaman tersebut, Daud yang bergaya fighter itu dituntut untuk bisa menerapkan taktik dan teknik bertarungnya dalam sparing yang dilakukan tiga kali dalam semingguDamianus menyebut dalam saparing tersebutlah hasil latihan dari sisi fisik, teknik dan strategi bertinju Daud diuji.
"Sejauh ini signifikanTapi, itu mungkin karena lawan sparingnya masih amatir dan berasal dari tingkat lokal (Kalimantan Barat, tempat pemusatan latihan Daud)Akan kami tingkatkan lagi dengan mencoba petinju-petinju dari Jakarta," katanya.
Dua petinju yang dimaksud adalah Edi Susanto dan Heri ArdiantoMereka dianggap oleh Damianus memiliki level yang lebih tinggi dibanding petinju lokal karena berasal Dari kelas WelterSebagai perbandingan, Daud berasal dari kelas bulu dengan berat 57,2 Kg, sedangkan kelas Welter memiliki bobot 66,7 Kg.
Melihat kondisi Daud, Damianus juga melakukan revisi target dari jatah sparing minimal 125 ronde yang harus dijalani menjadi 150 rondeTujuannya, agar anak didiknya mendapatkan feeling bertinju yang maksimal dan memaksimalkan waktunya tersisa hingga seminggu sebelum pertandingan digelar.
Sementara itu, Daud sendiri juga tidak mau terpaku dengan program yang diberikan oleh sang kakakPetinju berusia 24 tahun itu juga berinisiatif meningkatkan model latihan untuk menunjang kemampuannya.
Salah satunya adalah dengan menggunakan sarung tangan yang lebih berat saat melakukan sparingJika biasanya menggunakan sarung tangan dengan berat 12 sampai 14 ons, maka kali ini dia menambahnya menjadi 16 onsMeskipun fungsinya hampir sama dengan latihan memukul ban, namun Daud merasa cara tersebut juga memberikan efek pada kecepatan pukulan.
"Itu sudah saya konsultasikan dengan pelatih dan diizinkanSaya juga yakin manfaatnya bakal lebih terasa lagi kalau bertanding nanti," tandasnya(aam)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Berkat Pergantian yang Tepat
Redaktur : Tim Redaksi