DBD Renggut Nyawa Bocah Tujuh Tahun di Pekanbaru

Sabtu, 08 Juli 2017 – 16:23 WIB
Nyamuk Aedes Aegepty penyebar demam berdarah. Foto: Health

jpnn.com, PEKANBARU - Demam Berdarah Dengeu (DBD) kembali memakan korban jiwa di Kota Pekanbaru. Seorang bocah perempuan berusia tujuh tahun bernama Nursabrina meninggal dunia akibat gigitan nyamuk Aides Aigepty.

Warga Jalan Setia Budi Gang Gemuruh nomor10, RT 01/RW 05 Kelurahan Pesisir, Kecamatan Limapuluh, ini meninggal di Rumah Sakit Petala Bumi, Jumat (30/6) lalu sekitar pukul 15.00 WIB. Nursabrina merupakan korban yang ke dua akibat keganasan penyakit DBD di Kota Bertuah.

BACA JUGA: Tahanan Tewas, Kasat Reskrim dan Bawahan Diperiksa Propam

Korban pertama yakni, bayi laki-laki berusia 6 bulan berinisial Meisal Zefano buah hati dari Rivali Sianturi, warga Jalan Mawar lorong utama, Kelurahan Padang Terubuk, Kecamatan Senapelan.

Meisal Zufano menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit Santa Maria pada Sabtu (25/3) lalu lantaran terlambat mendapat pertolongan medis.

BACA JUGA: Pelayanan Lamban, Investor Ratusan Miliar Kabur

Selain itu, jumlah penderita DBD di Pekanbaru memang terus mengalami peningkatan setiap pekannya. Dimana pada pekan ke 26 sebanyak 370 orang warga yang terserang DBD yang tersebar di Kecamatan Payung Sekaki 41 orang, Kecamatan Tampan 49 orang?, Kecamatan Tenayan Raya 45 orang, Kecamatan Marpoyan Damai 49 orang,

Kemudian di Kecamatan Bukit Raya 58 orang, Kecamatan Sail tiga orang, Kecamatan Limapuluh 22 orang, Kecamatan Rumbai 26 orang, Kecamatan Rumbai Pesisir 17 orang, Kecamatan Pekanbaru Kota 17 orang, Kecamatan Senapelan 28 orang serta Kecamatan Sukajadi 15 orang.

BACA JUGA: Bak Film Aksi, Polisi dan Bandar Narkoba Rebutan Senjata Api

Bersadarkan data yang dirangkum Riau Pos (Jawa Pos Group) kronologis meninggal bocah berusia 7 tahun itu bermula pada Senin (19/6) lalu sekitar pukul 13.00 WiB, Nursabrina awalnya mengalami demam sehingga diberi obat Florist.

Pada Minggu (25/6) kondisinya sudah membaik dan sehat tidak ada keluhan sempat pergi solat Idul Fitri dan berlebaran.

Keesokan harinya, badan Nursabrina mengalami panas. Kemudian diberikan obat Florist hingga panasnya turun reda. Selang beberapa jam kemabali panas dan diberi obat Paracetamol Syrup, namun panasnya naiki turun.

Tepatnya pukul 04.00 WIB, Selasa (27/6) lalu kembali panas demam. Sekitar pukul 09.00 WIB perempuan berusia 7 tahun itu dilarikan ke Unit Gawat Darurat (UGD) RS Pelata Bumi dengan suhu badan mencapai 39 derajat celcius. Selam observasi di UGD panas Nursabrina menurun satu derajat, sehingga dibawa pulang ke rumah.

Sesampai dirumah, korban diberikan obat oleh orang tuanya berupa Paracetamol dan Antaxidadon yang diresepkan dokter Petala Bumi. Namun sekitar pukul 13.00 WIB kondis anak mulai lemah dan mengalami muntah.

Pada, Rabu (28/6) lalu sekitar pukul 02.30 WIB kembali masuk UGD RS Pelata Bumi dengan suhu badan 33 derajat.

Kondisi bocah malang itu mulai lemah serta mengalami batuk-batuk dan muntah secara terus menerus. Pukul 03.00 WIB anak tersebut diopname masuk ruang perawatan lalu diinfus dan semakin melemah serta tidak mau makan.

Dua hari kemudian di rawat di RS Petala Bumi, sekitar pukul 09.00 WIB kondisi anak sudah mulai membaik. Akan tetapi pukul 12.00 WIB suhu anak kembali naik mencapai 40 derajat celcius. Pada Jum'at (30/6) sekitar pukul 15.00 WIB Nursabrina dinyatakan meninggal dunia

Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Pekanbaru Helda S Munir tak menampik jika ada perempuan berusia yang meninggal akibat DBD. "Iya benar ada meninggal dunia karena DBD di Kelurahan kelurahan Pesisir," ujarnya seperti dilansir Riau Pos (Jawa Pos Group) hari ini.

Atas kejadian itu kata dia, pihaknya sudah menindaklanjutinya dengan melakukan fogging sebanyak dua kali di kediaman Nursabrina.

"Petugas kita sudah menindaklanjuti, pada Sabtu (1/7) lalu kita melakukan fogging, serta hari berikutnya. Dua kali kita lakukan fogging di sana," ungkap Helda

Sambung dia, terkadang masyarakat mengira ketika terserang DBD hanya menganggap demam biasa saja.

"Masyarakat terserang demam berdarah ini demam biasa, sehingga penanganannya sering terlambat. kita minta masyarakat melakukan 3M Plus dan menjaga kebersihan lingkung. Bagi warga menderita gelaja DBD agar secepatnya membawa ke Puskesmas untik mendapat petolongan medis," tutup Helda. (*3)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Duduk Santai di Warung, Tiba-tiba Kepala Dikepruk Pakai Besi, Ya Begini Jadinya...


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler