jpnn.com, JAKARTA - Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Tarumanagara (Untar) kembali menyelenggarakan Konferensi Nasional Komunikasi Humanis (KNKH).
Menurut Dekan Fikom Untar Dr. Riris Loisa, kegiatan akademik tahunan ini merupakan wadah diskusi ilmiah para akademisi dan praktisi terhadap topik-topik dalam ilmu komunikasi yang sedang berkembang saat ini.
BACA JUGA: Lewat Program Bantuan Presiden, Pemerintah Selamatkan Nasib Para UMKM
"KNKH menjadi sarana menempatkan Fikom Untar dalam kancah program studi ilmu komunikasi di Indonesia. Konferensi ini memasuki penyelenggaraan ketiga berlangsung pada 19-20 November 2020," kata Riris Loisa saat memberikan sambutan dalam KNKH daring bertema Digitalisasi dan Humanisme dalam Ekonomi Kreatif, Kamis (19/11).
Riris Loisa mengatakan, tema tersebut dipilih didasari pada perkembangan dunia komunikasi yang semakin mengarah pada platform digital yang memberi dampak pada sisi humanis di masyarakat.
BACA JUGA: Orasi di Untar, Tina Toon Ungkap Alasan Terjun ke Dunia Politik
Perkembangan saat ini di satu sisi merupakan kabar baik yang menjanjikan masa depan komunikasi manusia yang supercanggih.
Namun di sisi lain juga ada kekhawatiran bahwa digitalisasi, kecerdasan buatan dan internet justru mengancam keberadaan manusia.
BACA JUGA: Kepala BKN Ungkap Kendala Penetapan NIP PPPK, Ketahuan Biang Keroknya
“Dalam menghadapi tantangan ini sebagai manusia komunikasi perlu memastikan bahwa kita tidak akan kehilangan kemanusiaan kita, karena kemanusiaan tidak bisa digantikan oleh segala sesuatu yang bersifat artifisial," ungkapnya.
Ditambahkannya, komunikasi digital hendaknya menjadi sarana bagi manusia untuk menemukan kembali jati diri sebagai makhluk sosial.
Di mana teknologi digital dijadikan alat memperkuat semangat hidup secara sosial, semangat untuk berinteraksi secara humanis, dan bukan malah sebaliknya.
Rektor Untar Agustinus Purna Irawan mengatakan, pengembangan ekonomi kreatif sangat berkaitan erat dengan digitalisasi. Namun, digitalisasi yang penuh dengan sentuhan humanis akan lebih memperkuat ekonomi kreatif.
Sementara Dr Saras Dewi, akademisi dari Universitas Indonesia (UI) yang menjadi salah satu pembicara dalam KNKH mengatakan, saat ini hampir setiap orang memiliki medsos.
Ke mana pun mereka pergi, apa pun yang dilakukan gawai tidak pernah jauh dari sentuhan jemari mereka.
Problem seperti hilangnya kehidupan yang otentik, besarnya rekanan sosial untuk tampil sempurna di medsos. Hoaks menjadi kekerasan dunia luring.
Di era pandemi, medsos pun menjadi alat untuk mencari peluang usaha. Walaupun aktivitas banyak di rumah, tetapi lewat digital, produktivitas ekonomi tetap bisa dilakukan.
Bahkan pemerintah memberdayakan usaha mikro kecil menengah (UMKM) agar terintergrasi dengan teknologi digital. Apalagi dari 64 juta UMKM, baru 8 juta atau 13 persen yang akrab dengan teknologi.
"Di sini budaya ekonomi digital berkelanjutan mulai terbentuk dan ada sentuhan humanisnya. Bagaimana masyarakat ikut membantu membangkitkan UMKM yang terpuruk di masa pandemi," tuturnya. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad