Delapan Bulan tanpa Perawatan karena Tak Masuk Kartu Keluarga

Selasa, 16 Desember 2014 – 09:19 WIB
SENYUM BOCAH: Fadil Putra sedang makan siang dengan ditemani ibunya. Foto: Angger Bondan/Jawa Pos

jpnn.com - KATA dokter, kanker di mata Fadil Khairan Putra sudah mencapai stadium akhir. Terlalu riskan jika dioperasi. Namun, Fadil Putra masih bisa tersenyum dan bergerak aktif. Meski harus kehilangan satu matanya.

 

--------------
Laporan Fahmi Samastuti, Surabaya
--------------

BACA JUGA: Digigit Anjing Malah Dipecat, Ada yang Dipaksa Jilati Susu Tumpah

BOCAH laki-laki itu tampak lahap menyantap makan siangnya. ”Bu, aku mau tempe!” celotehnya. Sang ibu yang dipanggil dengan sabar mencuil sedikit tempe goreng di tangannya. Sabtu siang itu (13/12) si kecil tampak dengan semangat menyendok makan siangnya. Tak jarang, ibunya tersenyum sambil menyeka sisa nasi di pipi si bocah.

BACA JUGA: Kayla dan Sulton, Kakak-Adik Penderita Talasemia Mayor

Bocah itu adalah Fadil Khairan Putra. Usianya tiga tahun pada Januari bulan depan. Dia baru dioperasi tiga hari sebelumnya. Hampir semua anggota keluarganya terkejut melihat Fadil pulih dengan ekstracepat.

Ditemui di Ruang Melati RSUD dr Soetomo, sang ayah bertutur dengan penuh semangat. ”Padahal, seminggu kemarin cuma mau minum susu thok,” ujarnya. Hari, 36, bahagia melihat putra sulungnya itu kembali doyan makan. Sebelum operasi pengangkatan kanker, Fadil hanya mau minum susu dan roti. Itu pun kadang tidak dihabiskan.

BACA JUGA: Sensasi Memegang Awan di Singkawang

Nada bahagia juga terlontar dari bibir ibunda Fadil, Tri Prastina Wiyanti. Perempuan yang akrab disapa Yanti itu senang melihat anaknya mau tertib makan. Setiap kali waktu makan, Fadil selalu antusias. Kadang dia merajuk sang ibu untuk dibelikan camilan. Tidak heran, bobotnya naik 1 kilogram dalam empat hari ini.

Kepulihan Fadil memang membawa kebahagiaan bagi orang tuanya. Terlebih bagi Yanti. Dia mengaku masih terbayang-bayang almarhumah saudara jauhnya yang meninggal akibat kanker mata. Kasusnya serupa dengan Fadil.

’’Maka, ketika tahu Fadil kena tanda-tanda mata kucing, saya langsung mikir. Waduh, ini pasti tumor. Tapi, bapaknya (ayah Fadil, Red) enggak percaya,” kenangnya.

Mata kucing adalah efek kekuningan pada pupil. Efek itu begitu kentara saat mata dikenai seberkas sinar. Mata tersebut jadi seperti memantulkan cahaya. Persis mata kucing.

Beruntung, kini Yanti bisa bernapas lega. Sebab, kanker yang menghantui anaknya selama delapan bulan belakangan bisa diangkat. Menurut ketua tim operasi Fadil, dr Hendrian, kanker Fadil bisa diatasi. Meski agresif, sel ganas itu tidak menyebar ke organ lainnya.

Penanganan Fadil memang terbilang cukup lambat, tapi juga cepat. Disebut lambat karena kanker matanya telanjur mbendol. Ukurannya tidak main-main. Panjang 14 cm, lebar 7 cm.

Persis sebesar bogem orang dewasa. Namun, penanganan kanker mata Fadil juga terbilang cepat. Dua hari pasca dilarikan dari RSUD R.A. Basoeni, Mojokerto, Fadil langsung mendapat tindakan medis. Tiga hari setelahnya, Fadil bisa bercanda tawa laiknya anak normal.

Lambatnya penanganan Fadil memang beralasan. Dia belum terdaftar di kartu keluarga secara resmi. Sebab, orang tua Fadil adalah warga baru di Dusun/Desa Gembongan, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto. Sebelumnya, keluarga Fadil bermukim di Gresik. ”Keluarga enggak sempat ngurus. Baru saat Fadil sakit ini mengurus kartu keluarga,” ujar Yanti. Alhasil, balita dua tahun itu tidak memiliki akses BPJS Kesehatan yang menjadi haknya.

Sekarang Fadil dan keluarga bisa lega. Pemerintah Kabupaten Mojokerto siap menanggung pengobatan Fadil hingga sembuh. Yanti bersyukur pemerintah tanggap pada kondisi anaknya. ”Alhamdulillah, banyak yang sayang Fadil,” ucapnya sambil tersenyum.

Senyum Fadil rupanya menularkan senyum-senyum di anggota keluarganya. Kerabat Fadil pun bahagia melihat dia berceloteh dan bercanda. Maklum, sebelumnya anak pasangan Hari dan Tri Prastina Wiyanti itu jarang tersenyum. Dia lebih sering merengut. Selain karena menahan sakit, bibirnya ikut-ikutan miring karena kanker besar di mata kanannya.

Menurut kedua orang tuanya, Fadil adalah anak yang istimewa. Terlepas dari kekurangan fisiknya, dia merupakan anak yang penyabar. ”Mulai kankernya membesar sampai dipindah ke sini (ruang melati, Red), si Tole tidak pernah mengeluh,” ujar ibu Fadil. Bahkan, ketika kankernya meradang empat bulan terakhir, dia sama sekali tidak mengeluh.

Sifat Fadil yang tabah itu membuat orang di sekitarnya makin sayang. Hari, sang ayah, bahkan rela meninggalkan pekerjaannya di Gresik selama seminggu.

Ketika disambangi rekan kerjanya Sabtu siang (13/12), dia hanya bisa memberikan janji. ”Ya, kalau bisa, saya ndak ninggal Fadil dulu. Biasanya, saya kan kerja sehari penuh. Jarang ketemu si Tole,” ujar sang ayah.

Selain keluarga, tetangga di Dusun/Desa Gembongan akrab dengan Fadil. Banyak teman bermainnya yang berdatangan ke rumah Hari-Yanti untuk menanyakan kepulangan si sulung di antara dua bersaudara itu. Maklum, sehari-hari Fadil sering sekali main dengan tetangganya. Dia tidak risi bermain meski keadaannya berbeda.

”Temannya Fadil itu lebih besar, Mbak. Ada yang sudah masuk TK. Ada yang SD,” ujar Yanti.

Dia juga menjelaskan bahwa mereka maklum dan menerima kondisi Fadil. Apalagi Fadil adalah bocah yang supel. Teman-temannya tidal peduli dengan keadaan fisik Fadil. Yang penting, kata Yanti, enak dan mau diajak main.

Sifat Fadil yang mudah akrab itu tidak hanya berlaku untuk anak yang seumuran dengannya. Dia juga akrab dengan orang yang lebih dewasa. Yanti dan Hari mengiyakan hal tersebut.

Balita kelahiran 13 Januari itu sering menyambangi lokasi penggarapan tol Mojokerto–Kertosono (Moker) yang dekat dengan rumahnya. Hampir semua pekerja tol di sana kenal dengan Fadil.

Saking akrabnya, Fadil sampai terobsesi menjadi pekerja tol. ”Kalau wis gede, mau jadi sopir mobil gede!” ucap Fadil. Mobil gede adalah sebutan Fadil untuk alat-alat berat yang kerap digunakan di pembangunan tol.

Namun, ketika ditanya siapa yang paling dirindukan, Fadil menjawab riang, ”Adik”. Ya, Fadil memang memiliki adik kecil. Usianya baru 1,5 tahun. Selama dirawat di RSUD dr Soetomo, Fadil hanya sempat menemui adiknya satu kali. Maklum, anak berusia di bawah lima tahun tidak diperbolehkan mengunjungi pasien yang sedang dirawat.

Meski ingin segera pulang ke Mojokerto, ayah dan ibu Fadil tidak memaksakan diri. Keduanya akan tinggal di rumah sakit hingga Fadil benar-benar diizinkan pulang. ”Kita ikut kata dokter saja. Kalau gini ya gini, gitu ya gitu. Ndak macem-macem,” tutur Yanti.

Yanti maupun Hari berharap Fadil bisa segera pulang. Selain itu, Hari harus segera pulang karena cutinya berakhir Senin (16/12).

Tapi, kembali lagi, kesehatan Fadil tetap nomor satu. Keduanya tidak ingin terburu-buru, lalu begitu saja mengabaikan kesehatan buah hatinya. (*/c6/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ciptakan Jasa Kurir ASI dan Konter Jualan Sabun Online


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler