Delapan Fakta soal Rusuh Napi Teroris di Rutan Mako Brimob

Kamis, 10 Mei 2018 – 20:46 WIB
Pengamanan di sekitar Mako Brimob, Depok, Jabar, Rabu (9/5). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Polri telah berhasil melumpuhkan perlawanan 155 teroris yang memberontak di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Semuanya menyerah setelah 36 jam menguasai tiga blok rutan di markas korps elite di Polri itu.

Ada sejumlah fakta yang terungkap dalam peristiwa penyanderaan itu. JPNN telah merangkum sejumlah fakta itu.

BACA JUGA: Wakapolri: Tak Ada Negosiasi dengan Teroris

Berikut ini adalah delapan fakta tentang aksi pemberontakan napi terorisme di Rutan Mako Brimob yang disertai penyanderaan”

1. Ada sembilan polisi disandera, lima di antaranya tewas
Selama memberontak, para napi terorisme sempat menyandera sembilan polisi. Bahkan, lima di antaranya dibunuh secara keji.

BACA JUGA: Kapolri Sebut Rutan Mako Brimob Bukan untuk Napi Teroris

Menurut Wakapolri Komjen Syafruddin, semula ada 156 napi terorisme yang memberontak. Namun, ada satu yang mati.

2. Merampas 36 pucuk senjata
Menkopolhukam Wiranto mengungkapkan bahwa 155 narapidana teroris sempat mempersenjatai diri dengan senjata hasil rampasan dari petugas. Mereka juga menggunakan senjata sitaan aparat.

BACA JUGA: Ternyata Napi Terorisme di Mako Brimob Belum Tersentuh BNPT

"Mereka merampas 36 pucuk senjata. Senjata hasil sitaan dari aparat kepolisian lawan terorisme sebelumnya,” ujar Wiranto.

3. Merakit bom selama penyanderaan
Selama melakukan penyanderaan dan perlawanan, ada lebih dari 100 narapidana teroris di dalam Rutan Mako Brimob yang sempat merakit bom. Mereka berencana menggunakan bom itu untuk menjebak petugas ketika melakukan penyerangan.

Menurut Kepala Korps Brimob Polri Irjen Rudy Sufahriadi, bom itu sudah diledakkan. Kini seluruh rutan di Mako Brimob juga sudah steril dari bom.

4. Menyerah tanpa syarat
Sebanyak 155 narapidana teroris yang sempat memberontak akhirnya menyerah kepada kepolisian. Semuanya menyerah meski permintaan mereka tak dipenuhi.

Menurut Menkopolhukam Wiranto, semua teroris itu menyerah setelah ada ultimatum dari aparat. Bahkan, anggota Polri sempat melakukan penyerbuan terhadap sepuluh teroris yang membangkang hingga menyerah satu per satu.

5. Narapidana memberontak ketika Kapolri di luar negeri.
Aksi pemberontakan yang dilakukan 155 narapidana teroris itu terjadi ketika Kapolri Jenderal Tito Karnavian sedang melakukan kunjungan kerja di Yordania. Di negara kerajaan di Timur Tengah itu, Tito menyampaikan cara memberantas terorisme kepada 53 negara peserta pertemuan.

6. Napi terorisme di Mako Brimob langsung dipindahkan ke Nusakambangan
Setelah menyerah tanpa syarat kepada aparat, sebanyak 145 narapidana langsung dipindahkan ke dua lapas yang ada di Nusakambangan, Jawa Tengah. Sementara sepuluh napi terorisme yang sempat tak mau menyerah masih berada di Mako Brimob Kelapa Dua untuk menjalani pemeriksaan.

7. Polisi amankan Ahok ketika narapidana memberontak
Salah satu penghuni Rutan Mako Brimob Kelapa Dua adalah Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu sedang menjalani hukuman sebagai narapidana kasus penodaan agama.

Ketika aksi rusuh berlangsung, polisi memindahkan Ahok ke lokasi yang lebih aman. Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan, pihaknya tak mau ambil resiko karena tiga dari enam blok rutan di Mako Brimob telah dikuasai napi terorisme.

8. Kerusuhan dipicu masalah makanan
Salah satu pemicu terjadinya pemberontakan di dalam Rutan Mako Brimob Kelapa Dua adalah masalah pemeriksaan makanan. Sejumlah narapidana teroris tak terima ketika makanan yang dibawakan pihak keluarga mereka diperiksa aparat.(mg1/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kepung Napiter di Mako Brimob, Kapolri Kerahkan 856 Personel


Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler