jpnn.com, JAKARTA - Kemungkinan sering delay pesawat terbang akan terjadi hingga beberapa hari ke depan. Ini sebagai dampak curah hujan tinggi di Februari.
”Pada bulan Februari merupakan puncak musim hujan dimana mayoritas wilayah Indonesia akan diguyur hujan yang cukup lebat dan biasanya disertai perubahan cuaca yang ekstrim. Untuk itu saya ingatkan stakeholder penerbangan untuk waspada untuk menjaga keselamatan, keamanan dan kenyamanan penerbangan,” kata Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Agus Santoso.
BACA JUGA: Kemenhub Dukung Pembangunan Tol Udara di Selatan Jawa
Jika curah hujan tinggi akan mempengaruhi penerbangan pesawat. Misalnya saja jarak pandang jadi terganggu atau runway tergenang sehingga dikhawatirkan tidak aman untuk mendarat maupun take off.
”Tidak berani mengambil risiko,” ucapnya. Dia pun menyarankan agar seluruh yang terlibat dalam dunia penerbangan mematuhi Surat Edaran Keselamatan bernomor SE 16 tahun 2017.
BACA JUGA: AirNav Indonesia Optimalkan Jalur Penerbangan Selatan Jawa
Kepada semua maskapai penerbangan Agus memerintahkan agar pilot in command (PIC) harus memastikan tercukupnya panjang landasan. Terutama jika ada genangan. Sebab akan mempengaruhi efektifitas pengereman.
”Harus dipastikan juga seluruh yang terlibat dalam penerbangan memperoleh data meteorologi trbaru dalam menyiapkan flight plan,” ungkapnya.
BACA JUGA: 2017, Angka Kecelakaan Pesawat Menurun
Sementara itu jika terdapat keterlambatan dalam penerbangan, Agus mengharuskan agar petugas setiap maskapai menjelaskan penyebabnya.
Hal ini untuk membuat pengertian terhadap penumpang. ”Dijelaskan detail untuk memberi tahu, bukan menakut-nakuti,” terangnya.
Di sisi lain, semua penyelenggara penerbangan juga tidak boleh mengabaikan pelayanan terhadap penumpang.
Jika terjadi delay, semua harus bekerjasama untuk melakukan pelayanan kepada penumpang sehingga penumpang tetap nyaman dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
”Penumpang sebaiknya mematuhi aturan keselamatan dan keamanan penerbangan,” ujarnya.
Sementara itu Humas AirNav Indonesia Yohanes Sirait menjelaskan jika sebelum dan saat berada di udara, awak pesawat selalu berkoordinasi dengan petugas AirNav.
Sehingga keputusan terbang berada di tangan pilot dan AirNav. ”AirNav menginginkan keselamatan. Untuk itu penumpang diminta memahami jika terjadi delay,” ungkap Yohanes.
Tidak semua bandara di Indonesia memiliki instrument landing system (ILS). ”Bandara kecil tidak mempunyai ILS jadi diberitahu oleh petugas pemantau lalu lintas pesawat mengenai jarak pandang landasan,” ujarnya.
Jika dirasa jarak pandang tidak memenuhi, bisa jadi pesawat ditunda keberangkatannya. Bisa juga ketika sudah di udara, dialihkan ke bandara lain. (lyn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... INACA Tinjau Layanan AirNav Cabang Surabaya dan Makassar
Redaktur & Reporter : Soetomo