Delpas Band, Bukti Bebasnya Kreativitas Para Penghuni Penjara

Ciptakan Sepuluh Lagu, Siap Masuk Dapur Rekaman

Rabu, 18 Juni 2014 – 07:25 WIB
MUSISI BUI: Personel Delpas Band saat latihan di aula Lapas Kelas II-A Sidoarjo pada Jumat (13/6). Foto: Maya/Jawa Pos

jpnn.com - ALUNAN melodi gitar yang dimainkan Nizar Ismail berpadu apik dengan suara drum yang digebuk David A.W.

Nada bas hasil betotan Ariyo Pratama dan denting musik dari mini piano serta keyboard olahan Mohammad alias Amed menambah aransemen makin sempurna. Suara Muhargo menjadi pemungkas yang indah saat para personel Delpas Band tersebut beraksi.

BACA JUGA: Orang Tua Tidak Mau Daffa Berprofesi Artis

Di aula Lapas Kelas II-A Sidoarjo, para napi tersebut biasa beraksi. Setiap hari mereka bermusik. Mulai pukul 08.00 mereka sudah mengasah kemampuan. Misalnya, pada Jumat (13/6), Argo –sapaan Muhargo– dan rekannya sudah siap di aula untuk latihan. Tidak perlu waktu lama bagi mereka untuk perform. Sebelum latihan, semua peralatan dan sound disiapkan.

Begitu personel berkumpul, mereka langsung unjuk kebolehan. Pagi itu, Delpas Band membuka sesi latihan dengan menyanyikan lagu-lagu ciptaan mereka sendiri. Dimulai dengan lagu Di Sini. Kemudian, Kreasi, Sudah Cukup, Lepaskan, Hilang, Gadis Cantik, dan Kasih (Karena Semua Indah).

BACA JUGA: Sabet Adiwiyata hingga Green School Award

”Tidak hanya pandai mencipta lagu, mereka juga bisa mengaransemen ulang lagu-lagu milik orang,” kata Kalapas Kelas II-A Sidoarjo Krismono seraya meminta kepada personel untuk memainkan lagu yang telah diaransemen ulang.

Dua buah lagu milik Iwan Fals berjudul Pesawat Terbang dan Bento pun dipertontonkan. Sekilas, memang dua lagu itu sama dengan aslinya. Sebab, liriknya serupa. Namun, jika dicermati, ada nada-nada yang beda. Lagu tersebut menjadi lebih rancak.

BACA JUGA: Pejuang Penyelamat Anak-anak di Lokalisasi Jarak

Terdengar apik. Saat Ramadan nanti, rutan sudah menyiapkan job untuk Delpas Band. Setiap sore mereka bermusik di lapangan. Menghibur para penghuni yang ngabuburit (menunggu buka puasa).

Kemampuan bermusik mereka mampu menyedot perhatian penghuni penjara. Tidak sampai lima menit, puluhan tahanan dan napi berdiri berjajar di depan aula. Dari balik jendela kaca, mereka melihat penampilan Delpas Band.

Makin lama, jumlah mereka makin bertambah. ”Inilah fungsinya, sebagai sarana hiburan penghuni. Kalau mendatangkan band dari luar, kan mahal. Ini band milik sendiri,” lanjut Krismono.

Meski tidak semua personel mengenyam pendidikan musik secara khusus, kemampuan memainkan alat dan olah vokal mereka tidak kalah dengan band lainnya. Saat tampil, para personel juga tidak minder. Mereka tidak malu meski menyandang predikat sebagai pelaku tindak pidana.

Sebaliknya, mereka selalu tampil percaya diri dan menawan. Bahkan, dengan pengalaman nge-drum yang cukup lama, David sering memainkan stik dengan diputar layaknya drumer kenamaan. ”Sebelum masuk sini, sering manggung ke berbagai kafe di Bali,” kata David. Hampir satu dekade dia terjun di dunia musik.

Dia mulai tidak bisa berdekatan dengan drum saat masuk penjara setahun silam. David pun merasa kehilangan. Rasa rindu memukul stik drum terusik. Beruntung, pihak lapas tahu yang dibutuhkan David.

Bermain musik lagi meski berada di bui merupakan kenyataan yang berawal dari mimpi. Meski alat musik yang tersedia seadanya, petugas dan David mencari penghuni yang memiliki satu misi.

Hingga akhirnya bergabunglah Argo, Nizar, Ario dan Amed. Maka, terbentuklah Delpas Band sekitar empat bulan lalu. Meski baru seumur jagung, karya mereka sudah melambung. Sepuluh lagu diciptakan. Mereka membuat aransemen dan lirik sendiri.

”Inspirasinya ya pengalaman pribadi dan kehidupan di dalam penjara ini,” lanjut David yang divonis pidana penjara dua tahun.

Misalnya, lagu Hilang yang dilatarbelakangi kisah para napi yang ketergantungan obat terlarang. Gara-gara akrab dengan narkoba, mereka kehilangan masa depan. Tidak lagi bisa menikmati kemerdekaan sampai harus mendekam lama dalam tahanan. Namun, melalui lagu tersebut, David dan rekan juga berpesan agar para penghuni penjara tidak hilang semangat.

”Melalui lagu, kami juga ingin menyemangati teman-teman supaya tidak down,” lanjut penghuni blok 12-B itu. Semangat tersebut tergambar jelas di lagu Kasih. Lirik lagu itu menceritakan bahwa setelah hujan deras, akan ada pelangi. Seperti kehidupan, setelah kesusahan, akan ada kebahagiaan. Bisa jadi yang terburuk merupakan hal terbaik.

Lagu Kasih itu merupakan salah satu lagu yang belum tuntas pembuatannya. Masih perlu penyempurnaan. Selain lagu tersebut, ada lagu Masih, Apa Maumu Apa Maksudmu, dan satu lagu lagi yang belum berjudul. Total ada sepuluh lagu yang diciptakan Delpas Band. Lagu-lagu tersebut tidak hanya dinikmati para personel dan penghuni bui.

Delpas Band pertama mengenalkan lagu mereka kepada kalangan luar saat perayaan Hari Bakti Pemasyarakatan, 27 April lalu. Mereka juga unjuk kebolehan di depan pejabat dan anggota BNN (Badan Narkotika Nasional) Kabupaten Sidoarjo saat ada penyuluhan dari Duta Anti Narkoba di lapas. ”Kalau diminta manggung di luar, kami senang. Tapi, katanya harus pakai pengamanan,” ucap Argo.

Laki-laki 31 tahun itu merupakan ”motor” di balik pembuatan lagu. Dialah yang membuat banyak lirik puitis nan romantis. Untuk susunan dan komposisi musik, mereka membikin bersama. Amed merupakan jagonya. Dia juga menjadi guru vokal Argo hingga memiliki karakter suara yang kuat.

”Setiap hari disuruh latihan dododo…rerere... mimimi… Kalau salah, disuruh jalan jongkok,” imbuh napi narkoba yang dihukum enam tahun penjara itu, lantas tertawa. Latihan vokal Argo tidak hanya berlangsung di aula. Ketika di kamar, dia pun ”digembleng” Amed. Kebetulan mereka berada dalam satu hunian, di blok 5-B.

Argo pun manut saja saat diajari rekannya tersebut. Dia tidak membantah karena pengalaman napi asal Persia itu di dunia musik sudah diakui. Dia telah tampil bermusik di berbagai negara. Turki, Dubai, hingga Antalya, kota kecil di sebelah selatan negara Turki, pernah menjadi tempat unjuk kemampuannya.

”Aliran musik saya jazz,” ucap pria 27 tahun yang dipidana tujuh tahun penjara karena menyelundupkan narkoba melalui Bandar Udara Juanda tersebut.

Namun, saat bergabung dengan Delpas Band, aliran musiknya menyesuaikan dengan kemampuan personel lain. Juga mengikuti selera pasar. Sebab, di dalam hunian, para pelaku kejahatan kurang akrab dengan jenis musik tersebut. Karena itu, aliran musik band tersebut disepakati rock alternatif.

Aliran itu bisa menampung semua minat personel. Sebab, di grup band tersebut, ada yang menyukai jenis musik pop, rock, dan jazz. ”Pokoke dadi musik sing enak dirungokke (pokoknya jadi musik yang enak didengar),” sahut Argo.

Saat berlatih, para personel tidak terus fokus ke musik. Sesekali, mereka berbincang dan bercanda. Argo merupakan salah seorang personel yang sering digojloki. ”Dia ini ada di mana-mana. Ada di taksi dan stasiun. Bisa mengangkut penumpang juga,” ucap Ariyo, 27.

Napi kasus penganiayaan yang dipidana penjara delapan tahun itu tidak khawatir rekannya marah dengan candaannya. Sudah menjadi kebiasaan mereka bergurau di sela latihan. Perkataan yang terdengar menyakitkan pun dianggap biasa. Sebab, mereka tahu itu hanya sebuah canda.

Demikian pula Nizar. Dia tidak pernah memasukkan omongan rekannya ke dalam hati. Ketika menjadi bahan guyon pun, dia hanya menanggapi dengan senyuman. ”Nizar ini penghuni yang paling kaya di antara kami,” ucap David.

Memang, Nizar sering dapat uang. Dia merupakan penghuni yang kreatif. Berbagai macam kerajinan dia buat. Mulai lukisan hingga akuarium dari gentong (tempat air). Semua dipelajari secara otodidak.

Meski dikenal sebagai personel ”berduit”, Nizar merupakan napi yang harus lama mendekam di bui. Lantaran perkara pembunuhan, pemuda 27 tahun itu dipidana penjara 12 tahun.

”Dulu saya tidak bisa main musik. Sekarang bisa karena diajari Argo,” ujar Nizar terus terang. Saat dalam kamar, Nizar sering belajar dengan gitar akustik. Argo yang kala itu menjadi mentor Nizar ikut-ikutan belajar dan membuat lirik lagu.

Kini para personel Delpas Band masih berada di bui. Namun, mimpi mereka tidak pernah mati. Setelah bebas, para personel ingin tetap bermusik. Bila berjodoh, lima napi itu akan tetap bergabung dalam satu grup band. Bisa manggung di berbagai tempat. Tidak terbatasi terali besi. (Maya Apriliani/c6/dos)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Belajar Soal-Soal di Internet, Tiga Mapel Dapat Nilai 10


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler