jpnn.com - Rafi tidak paham mengapa ibunya, Baiq Nuril Maknun, akhir-akhir ini dengan mudah bercurucaran air mata. Tapi yang pasti ia tidak mau ibunya pergi dan meninggalkan ia tidur sendiri seperti dulu lagi.
LALU MOHAMMAD ZAENUDIN, Giri Menang
BACA JUGA: Wagub NTB Sitti Rohmi Komentari Kasus Baiq Nuril
LALU Muhammad Rafi Saputra kini berusia 7 tahun. Ia sudah duduk di kelas 1 SD. Saat melihat ibunya tekun menghadapi kertas kosong ia tertarik mendekati sang ibu, Baiq Nuril Maknun.
Di atas kertas itu Nuril mulai menulis permohonan. Ia berharap presiden Joko Wododo memberikannya keadilan.
BACA JUGA: Begini Bunyi Surat Baiq Nuril untuk Presiden Jokowi
“Saya minta keadilan. Saya mohon pada bapak presiden bebaskan saya dari jeratan hukum yang saya alami. Saya tidak bersalah saya minta keadilan yang seadil-adilnya.”
Dengan terbata-bata Rafi mengeja tulisan Nuril. Tapi belum tuntas, Rafi memilih bertanya langsung.
BACA JUGA: Berharap Presiden Jokowi Beri Amnesti untuk Baiq Nuril
“Dia tanya ke saya ‘ibu sedang tulis apa’, saya bilang surat pada Pak Presiden,” tutur Nuril.
Nuril tidak menduga. Niatnya menulis surat pada Presiden Joko Widodo bakal ditiru sang anak. Ia memang selama ini berusaha menyembunyikan persoalan ini pada Rafi. Tapi tidak dengan dua anaknya yang lain RA dan RM. Lambat-laun mereka akhirnya sadar ibunya terbelit kasus hukum.
“Saya mau juga tulis surat seperti ibu,” tiru Nuril pada perkataan Rafi.
Sejak kasus ini di proses polisi dan Pengadilan Negeri (PN) Mataram tahun 2017 lalu, ia sempat ditahan pada akhir Maret 2017. Kala itu Rafi yang berusia 6 tahun, harus rela berpisah dengan ibunya. Rafi yang bingung bertanya, kenapa ibunya tidak ikut pulang ke rumah. “Saya bilang ke dia, ibu mau sekolah biar pinter,” kisahnya.
Tapi ia tidak pernah menyangka. Alasan ini harus ia ulangi lagi setelah mendengar putusan Mahkamah Agung (MA) soal pengabulan kasasi Jaksa Penuntut Umum (JPU). Lalu memvonis Nuril bersalah. Ia harus dipenjara 6 bulan dan didenda Rp 500 juta. Atas pelanggaran UU ITE.
Mendengar nama presiden dan ibunya yang akan ‘sekolah’ lagi, Rafi pun ikut membuat surat. Isinya ia meminta agar ibunya tidak diperintahkan sekolah lagi. Ia ingin selalu ada di dekat ibunya. Enggan berpisah walau hanya sehari. “Dia bilang dia juga mau tulis surat seperti saya,” ujarnya.
Ia penasaran. Dibiarkan anaknya itu ikut menulis sepucuk surat. Baru setelah selesai Nuril mengaku tak bisa membendung air mata. Senyum bahagia melihat buah hati sudah mulai pandai menulis. Dengan cepat berganti lelehan air mata yang deras.
“Ini surat yang ia tulis,” ujarnya sambil menyodorkan tulisan Rafi, pada Lombok Post (Jawa Pos Group).
Rafi yang diceritakan Nuril, tengah asyik melihat ponsel pintar milik ibunya. Saat diminta membaca lagi tulisan itu, ia sempat menolak. Malu. Di balik lipatan tangan ia menyembunyikan wajahnya. Sembari terus main smartphone.
Setelah dirayu beberapa kali Rafi pun mau mengabil kertas yang pernah ia tulis. Lalu dengan nada mengeja ia membaca: “Kepada Bapak Jokowi, jangan suruh ibu saya sekolah lagi. Dari Rafi,” bacanya.
Usai Rafi membaca ulang tulisannya, untuk ke sekian kali mata Nuril memerah. Ia tidak kuasa membendung sedih dan kembali mengucurkan air mata. Suaranya seketika berubah serak menahan kecewa berlipat-lipat pada keadilan hukum di negaranya.
Apalagi saat ia mencoba menegarkan dua buah hatinya yang lain. RA yang telah duduk di kelas 1 SMA. Dan RM di kelas 1 SMP.
“Ini saatnya kalian tunjukan pada ibu kalau kalian tetap bisa semangat belajar bagaimanapun kondisi kota,” kata Nuril dengan suara terbata-bata.
Hidup Nuril dan keluarganya berangsur-angsur membaik setelah putusan PN Mataram yang menetapkan ia tidak bersalah. Hampir satu tahun kemudian persisnya beberapa hari sebelum ia mendengar kabar mengejutkan soal putusan MA terkait kasasi, dua putrinya RA dan RM meminta sesuatu.
“Ada yang mau dibuatkan kue ada pula yang minta bakso,” kisahnya.
Permintaan itu disampaikan anaknya mengingat sebentar lagi mereka akan berulang tahun. RA di tanggal 24 desember. Sedangkan RM di tanggal 2 Desember. Nuril pun menyanggupi. Ia merasa senang bisa membuatkan makanan istimewa jelang hari bahagia anak-anaknya.
“Tumben mereka minta, tapi ini seperti jadi tanda-tanda saya akan terima kabar mengejutkan ini,” ujarnya lalu mengusap air mata.
BACA JUGA: Wagub NTB Sitti Rohmi Komentari Kasus Baiq Nuril
Nuril terlihat berusaha tegar. Beberapa tamu dari aktivis wanita dan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) ia sambut dengan senyum hangat. Tapi semudah Nuril tersenyum, semudah itu pula ia menitikan air mata.
“Saya ingin tetap tegar untuk anak-anak saya,” ujarnya sembari menghela napas panjang. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hasto: Hakim di MA tak Melihat Konteks Baiq Nuril Merekam
Redaktur & Reporter : Soetomo