Demi Efisiensi, Fonterra Manfaatkan Cikarang Dry Port

Kamis, 20 Agustus 2015 – 12:03 WIB

jpnn.com - CIKARANG - Keberadaan Cikarang Dry Port (CDP) sudah dirasakan manfatnya. Pasalnya, terintegrasinya kawasan industri dengan sistem transportasi dan pelabuhan telah  membuat sistem arus barang atau logistik akan menjadi lebih efisien, berbiaya terjangkau dan proses distribusi menjadi cepat.

Seperti yang dirasakan oleh manajemen PT Fonterra Brands Indonesia. Setelah selama sekitar lima tahun melakukan proses import clearance di Pelabuhan Tanjung Priok, terhitung sejak awal Agustus tahun ini, proses tersebut dipindahkan ke Cikarang Dry Port (CDP).

BACA JUGA: Pak Jokowi, Jaman SBY Ada Sensus Sapi Loh...

“Kami merasa jauh lebih efektif dan efisien ketika proses import clearance dilakukan di Cikarang Dry Port,” ujar Rusman, Head of Logistic and Customer Services PT Fonterra Brands Indonesia dalam keterangan resminya, Kamis (​20​/8).

Dipaparkan, Fonterra telah memiliki pabrik terbesar di Asean yang berada di kawasan Cikarang. Pabrik yang berdiri di lahan seluas 6.000 meter persegi dengan investasi sekitar Rp 357 miliar ini, telah menerima nilai A dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Selain itu, telah memperoleh sertifikasi Sistem Jaminan Halal dari Lembaga Pengkajian Pangan, Obat dan kosmetik Majlis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta dipersiapkan untuk memproduksi produk komersial pada tahun ini.

BACA JUGA: Tiga Orang Penting Ini Tetap Optimistis Melihat Kondisi Ekonomi di Era Jokowi

Rusman mengakui, dengan proses import clearance di CDP akan memperkuat streamline total supply network Fonterra. Hal ini tak lepas dari posisi Indonesia yang merupakan bagian penting dari strategi global Fonterra. “Kelengkapan fasilitas yang ada di CDP, dalam kondisi normal, telah mempercepat dan memudahkan kita melakukan import clearance,” ujarnya.

“Proses cepat ini sangat membantu jika kondisinya tidak normal, misalnya ada proses red line, yellow line atau lainnya,” imbuhnya lagi.

BACA JUGA: Kurtubi: Kita Butuh Lebih 35.000 MW

Dijelaskan Rusman, Fonterra dikenal memiliki dua segmen binsis, yakni di bidang consumer dan food service. Untuk tahap awal, import clearance di bidang consumer yang diselesaikan melalui CDP. Tak menutup kemungkinan, ke depan import clearance di bidang food servicejuga dilakukan di CDP.

“Tentu saja semua didasarkan pada hasil evaluasi dan mapping bisnis di industri nutrution milk di Indonesia,” ujarnya.

Hingga kini, Fonterra tetap fokus pada produksi susu yang didukung dengan adanya pabrik yang pertama untuk blending dan packing di Cikarang. Fasilitas ini akan memperkuat posisi produk-produk Fonterra Brands Indonesia yang telah dikenal dengan merek dagang susu Anlene, Anmum, dan Anchor Boneeto. Perusahaan itu juga optimistis dengan pertumbuhan konsumsi susu masyarakat Indonesia yang diperkirakan selalu tumbuh di kisaran 5% per tahun hingga tahun 2020.

Terpisah, Benny Woenardi, Managing Director PT Cikarang Inland Port, pengelola CDP, tampak antusias dengan import clearance perdana dari CDP yang dilakukan Fonterra. “Ini membuktikan bahwa dengan adanya kepastian proses membuat banyak perusahaan yang memilih pengiriman melalui CDP,” ujarnya.

Dikatakan Benny, keberadaan dry port bisa menjadi solusi bagi kegiatan logistisk, supply chain dan kegiatan kepelabuhan lainnya. Apalagi, konsep dry port atau pelabuhan darat ini selalu diintegrasikan dengan kawasan industri sehingga jarak kawasan industri dengan pelabuhan menjadi dekat dan efisien.

Dengan kondisi Indonesia dimana kapasitas pelabuhan laut masih sangat terbatas dan terbentur masalah dwelling time yang masih 5,7 hari. Belum lagi kinerja logistik di Indonesia yang belum termasuk kelas papan atas dunia, harusnya pemerintah lebih mengedepankan pelabuhan darat ini sebagai solusi untuk memperbaiki kinerjanya.

Khususnya di Jabodetabek dimana lokasi industri berjauhan dengan pelabuhan laut, konsep hub and spoke cocok diterapkan. Pelabuhan laut sebagai hub hanya menjadi tempat untuk bongkar muat kapal. Sementara administrasi kepelabuhanan, formalitas eskpor impor, layanan bea cukai dan karantina dilakukan di tempat seperti dry port yang berfungsi sebagai spoke.

“Jika ini diterapkan, saya yakin tidak akan lagi keluhan dari buruknya kinerja sistem logistik nasional,” pungkasnya. (rl/sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Politikus PKS: Rupiah Terlibas Usai Jokowi Pidato


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler