Demi Lindungi Kesehatan Masyarakat, Pakar Dukung Regulasi BPA

Rabu, 21 September 2022 – 14:46 WIB
Pakar mendukung BPOM soal pelabelan BPA pada kemasan plastik . Foto ilustrasi: antaranews.com

jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah diminta untuk segera mengesahkan rancangan perubahan PerkaBPOM No 31 tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan khususnya pelabelan Bisphenol A (BPA) pada galon guna ulang berbahan polycarbonate dengan kode daur ulang 7.

Menurut Dr Nugraha Edhi Suyatma, dosen sekaligus peneliti di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB, hal tersebut akan membuat masyarakat merasa aman.

BACA JUGA: Soal Pelabelan BPA, BPOM Diminta Jangan Terburu-buru

Wacana Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberi label 'Berpotensi Mengandung BPA' perlu mendapat dukungan.

"Sebenarnya wacana BPOM ini kan membuat masyarakat Indonesia aman. Niat mulia ini patut kita hargai," kata Nugraha Edhi dalam sebuah webinar di Jakarta, belum lama ini.

BACA JUGA: Ini Bahaya Kesehatan Akibat BPA, Masyarakat Harus Tahu

Sebab, dari hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa dampak BPA dapat memicu kanker, gangguan saraf, kelahiran prematur, autisme, dan lain -lain.

Penelitian menyebutkan bahwa bayi lahir sudah terpapar BPA dikarenakan ibunya terpapar zat kimia tersebut.

BACA JUGA: Soal Regulasi Pelabelan BPA, BPOM Banjir Dukungan Pakar

Semantara itu, Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Pandu Riono berpendapat regulasi pelabelan BPA harus segera diwujudkan demi melindungi kesehatan dan keselamatan publik.

Pandu pun mewanti-wanti agar kalangan industri tak perlu berlebihan dalam merespons regulasi pelabelan BPA.

"Regulasi pelabelan BPA justru menjadi upaya dalam mengedukasi masyarakat," kata Pandu di Jakarta, beberapa waktu lalu.

BPA sejatinya berfungsi menjadikan plastik keras dan jernih, tetapi bisa berpindah ke makanan atau minuman.

Pandu juga menjelaskan penelitian dan riset mutakhir menunjukkan BPA juga dapat berdampak pada gangguan hormon kesuburan pria maupun wanita.

"Kandungan ini juga dapat memicu penyakit, seperti diabetes dan obesitas, gangguan jantung, penyakit ginjal, kanker hingga gangguan perkembangan anak," ujarnya. (jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler