jpnn.com - BALIKPAPAN - Unjuk rasa penolakan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) digelar kemarin (9/10) oleh gabungan mahasiswa Balikpapan yang mengatasnamakan Balikpapan Bergerak (Barak) di depan kantor DPRD Balikpapan berujung rusuh.
Kerusuhan tersebut terjadi ketika ratusan mahasiswa melakukan penutupan jalan Jenderal Sudirman tepatnya di depan Kantor DPRD Balikpapan dan Kantor Walikota Balikpapan karena tuntutan para pendemo tidak dipenuhi oleh perwakilan anggota DPRD Balikpapan.
BACA JUGA: Polisi Usut Kasus Pencurian Ratusan Buku Nikah
Anggota DPRD didesak untuk menandatangani surat pernyataan bahwa DPRD Balikpapan menolak diberlakukannya Undang-Undang Pilkada yang segera diundangkan ke publik. Perwakilan anggota DPRD pun yang diwakili oleh Sukri Wahid secara tegas menolak dengan alasan undang-undang pilkada merupakan kewenangan DPR RI.
Tak terima perlakuan dari perwakilan anggota DPRD, gabungan mahasiswa yang terdiri dari organisasi GMNI,HMI,PMII, Bem Uniba dan Bem Stikom langsung melakukan blokir jalan. Aparat Kepolisian Polres Balikpapan yang langsung dipimpin oleh Kabag Ops Polres Balikpapan Kompol Eko Alamsyah mengingtruksikan kepada anak buahnya untuk melakukan pembubaran massa.
BACA JUGA: Verifikasi Berkas Pelamar CPNS Belum Rampung, TKD Ditunda
"Anda jual kami borong," ucap Eko kepada para demonstran.
Akhirnya tindakan represif oleh Kepolisian dilakukan. Aksi saling pukul dan tendang tidak terelakkan. Dalam aksi tersebut petugas mengamankan tiga mahasiswa yang diduga provokator. Bukannya semakin mereda justru semakin memicu reaksi keras para mahasiswa yang terus melakukan perlawanan kepada petugas.
BACA JUGA: AKBP Idha Merasa Diisolasi Selama Dijebloskan di Rutan Polda
"Kami hanya menyampaikan aspirasi, kepada anggota dewan kok malah aspirasi kami ditolak, dan justru malah mendapat perlakuan keras oleh aparat kepolisian," tutur Korlap Aksi Jefri Adi Saputra.
Dua orang mahasiswa juga turut diamankan dalam kejadian tersebut. Sedangkan lima lainnya menderita luka-luka akibat kekerasan yang dilakukan petugas.
Azis, mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ini mengaku, terkena setrum dan pukulan petugas. Darah segar akhirnya keluar dari kepalanya.
Mahasiswa lainnya, bernama Andre, mengaku disetrum di bagian kepala. Ia akhirnya menderita benjol serta luka memar.
“Inilah hasil kekerasan yang dilakukan petugas terhadap kami,” ujarnya.
Setelah bentrokan sudah dapat dikondisikan Kabag Ops Eko menyatakan permohonan maaf kepada para mahasiswa.
"Kami mohon maaf ketika ada sesuatu yang tidak berkenan, semoga tetap terjaga hubungan baik kami dengan rekan-rekan mahasiswa," imbuhnya.
Usai melakukan aksinya para pendemo pun membubarkan diri. (pri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Truk v Dump Truck, Sopir Tewas dengan Lengan Nyaris Putus
Redaktur : Tim Redaksi