Denny JA Gunakan Inovasi AI Untuk Pantau Pemenangan Pilpres

Jumat, 28 April 2023 – 03:40 WIB
Pendiri LSI Denny JA. Foto: Ricardo/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA mengatakan, pada Pilpres 2024 di Indonesia, tak ada inovasi lebih besar dan lebih hebat dibandingkan Artificial Intelligence (AI).

Bahkan, dia mengaku memiliki dua asisten dalam bentuk Artificial Intelligence, yakni Midjourney yang membantu membuat lukisan dan Chat GPT yang membantu melakukan riset.

BACA JUGA: Atasi Perbedaan Waktu Idulfitri, Denny JA: Saatnya Muslim Dunia Punya Kalender Global Hijriah

“Dalam 20 tahun profesi saya sebagai konsultan politik, sudah terjadi empat kali pilpres yang dipilih langsung. Saya ikut memenangkan keempat capres itu berturut-turut. Tahun 2024, jika saya kembali ikut memenangkan capres, ini menjadi lima kali berturut-turut dan selayaknya pada Pilpres 2024 Artificial Intelligence digunakan,” ujar Denny JA.

Denny menjelaskan, setidaknya ada empat hal yang bisa dilakukan Artificial Intelligence untuk membantu dunia marketing politik.

BACA JUGA: Terapkan Inovasi Berkelanjutan, Jamkrindo Cetak Laba Bersih Rp 1,28 Triliun

Pertama, Artificial Intelligence akan lebih cepat dan lebih akurat membuat model perilaku pemilih.

Model yang menggunakan Artificial Intelligence dapat membuat prediksi dan dapat digunakan untuk menentukan probabilitas seorang pemilih mendukung kandidat tertentu.

BACA JUGA: Layak Diusung Jadi Cawapres, Erick Thohir Lebih Independen & Punya Elektabilitas Tinggi

“Dengan menganalisis faktor-faktor seperti pola pemungutan suara, data demografis, dan preferensi isu, model ini dapat mengidentifikasi pemilih yang kemungkinan besar akan mendukung kandidat tertentu,” kata Denny JA.

Kedua, Artificial Intelligence akan lebih cepat dan lengkap untuk melakukan personalisasi pesan kandidat. Artificial Intelligence dapat menyesuaikan pesan capres untuk masing-masing pemilih dengan menganalisis beberapa variabel. Antara lain informasi demografis, catatan pemungutan suara, dan kekhawatiran atau preferensi pemilih pada isu tertentu.

“Pendekatan ini memungkinkan kampanye politik untuk membuat pesan yang lebih terarah, emosional dan efektif. Semakin pesan bersifat personal, sesuai dengan kebutuhan individual pemilih, semakin dia berpotensi mendapatkan dukungan pemilih itu,” sebut Denny.

Ketiga, Artificial Intelligence membantu lebih cepat dan akurat mengenali kekuatan dan kelemahan masing-masing kandidat yang bersaing.

Dalam marketing politik, dikenal tradisi yang disebut opposition research. Setiap kubu yang bertarung harus meriset secara detail siapa rivalnya, terutama jejaknya yang pernah bermasalah.

“Penelitian oposisi menjadi sentral untuk kampanye politik. Ia melibatkan riset mendalam soal jejak pesaing, setidaknya jejak digital. Lebih dari yang lain, Artificial Intelligence dapat melakukan ini lebih cepat dan lebih akurat,” sambungnya.

Keempat, Artificial Intelligence dapat membantu lebih cepat dan lebih akurat membaca percakapan di media sosial.

Terlebih, di era ini, media sosial menjadi medium yang kian hari kian merasuk ke dalam memori kolektif publik luas.

Artificial Intelligence bisa digunakan untuk tujuan menganalisis influencer, tren, dan sentimen media sosial. Ini dapat membantu capres memahami lebih baik tentang preferensi pemilih dan jangkauan media sosial.

“Maka diskusi dan topik yang relevan dapat diidentifikasi, memungkinkan kampanye politik untuk terlibat dengan pemilih secara real-time,” kata Denny.(chi/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler