jpnn.com - JAKARTA - Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri bergerak dengan melakukan penegakan hukum tindak pidana terorisme di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB).
Tim Densus 88 membekuk tiga tersangka terorisme yang merupakan jaringan Anshor Daulah (AD).
BACA JUGA: Menjelang Pemilu 2024, Densus 88 Bekuk 6 Teroris di Kalbar dan Sumsel
“Jadi ada tiga tersangka ditangkap di NTB dari jaringan kelompok Anshor Daulah(AD),” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan dikonfirmasi di Jakarta, Jumat (20/10).
Hanya saja, jenderal bintang satu ini belum mengungkap inisial ketiga tersangka terorisme yang ditangkap tersebut. Sebab, penyidik Densus 88 masih bekerja di lapangan untuk mengembangkan ke pelaku lainnya.
BACA JUGA: Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Sambas Kalbar
Penangkapan terhadap kelompok teroris AD juga dilakukan Kamis (19/10) kemarin di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Kalbar).
Seorang pria berinisial UH (28), ditangkap oleh Densus 88 Antiteror Polri di Desa Semparuk, Kecamatan Separuk, Kabupaten Sambas.
BACA JUGA: Waspada, Teroris Internasional Gunakan Gim Daring Rekrut Anggota Baru
Ramadhan mengatakan dalam sepekan ini, Densus 88 Antiteror Polri juga melakukan penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana teroris di wilayah Sumatera Selatan (Sumsel).
Total ada lima tersangka teroris jaringan Jamaah Islamiyah (JI) yang ditangkap. Jadi, ada sembilan tersangka terorisme dari dua kelompok teroris berbeda (AD dan JI) yang ditangkap dalam kurun waktu satu pekan ini.
“Ya dalam pekan ini penegakan hukum di tiga wilayah dengan sembilan tersangka dari dua kelompok berbeda (AD dan JI),” kata Ramadhan.
Ramadhan menambahkan penyidik Densus 88 Antiteror Polri masih mendalami dan menelusuri adanya tersangka lain, sehingga peran dan identitas yang baru ditangkap belum bisa diungkap.
“Kan, masih didalami, ditelusuri, kami masih mengembangkan apakah ada tersangka lain,” ujar Ramadhan.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pada apel gelar pasukan Operasi Mantap Brata 2023-2024 mengatakan dalam rangka pengamanan tahapan Pemilu 2024 telah memerintahkan jajarannya mengantisipasi aksi terorisme dengan melakukan langkah preventive strike atau teknik pencegahan dengan aksi penindakan.
Langkah ini dilakukan agar kejadian pada Pemilu 2019, yang mana terjadi enam kali aksi teror tidak terulang di Pemilu 2024. Oleh karena itu, jajaran Polri diminta serius dalam mencegah terorisme.
Terlebih adanya perang antara Hamas dan Israel sedang bereskalasi, yang mana hal ini dapat berdampak terhadap situasi di dalam negeri.
“Optimalkan preventive strike agar pelaku teror bisa ditangkap sebelum melancarkan aksinya sehingga kita bisa memastikan dan meminimalkan tidak ada letupan sekecil apa pun pada Pemilu 2024,” ujar Jenderal Listyo, Selasa (17/10). (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi