Densus 88 Tembak Mati Terduga Teroris di Bima

Minggu, 21 September 2014 – 00:21 WIB

jpnn.com - MATARAM - Densus 88 Antiteror menyergap lima orang yang diduga teroris di Kabupaten Bima dan Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (20/9). Seorang terduga teroris ditembak mati di Dompu dan empat lainnya ditangkap di tempat terpisah. 

Empat orang yang ditangkap itu berasal dari Kecamatan Soromandi, Bima, NTB. Dua orang, yakni Gunawarman (GN) dan Cahya Laili (CL), merupakan suami-istri dari Desa Punti. Selanjutnya, Juwaid (JW) berasal dari Desa Kananta dan Suhairi (SH) adalah warga Dusun Sarita, Desa Punti. Seorang lagi yang ditembak mati di Dompu bernama Nurdin (NR).

BACA JUGA: Biaya Rumah Sakit Belum Ikutan Naik

Dari penangkapan empat orang itu, Densus 88 mengamankan barang bukti senjata api dan bendera ISIS. Mereka lantas diangkut dengan dua mobil Avanza dan satu Feroza ke Mataram, kemudian diterbangkan ke Jakarta melalu Bandara Internasional Lombok.

Menurut sumber Lombok Post, di kepolisian, Densus menangkap terduga teroris Gunawarman (GN), 31, bersama istrinya, Cahya Laili. Pria asal Kelurahan Sadia, Kota Bima, tersebut dibekuk saat melintas di Dusun Pali, Desa Punti, Kecamatan Soromandi, Bima, pukul 16.30 Wita.

BACA JUGA: Penipuan Kupon Berhadiah Mobil Marak Lagi

Menurut Suryadin, salah seorang warga, puluhan aparat berpakaian preman menghadang mobil GN. Lalu, mereka meminta GN turun dari Feroza bernomor polisi EA 650 SZ yang dikendarainya. "Bukan hanya dia, semua penumpang mobil disuruh turun," ungkapnya. 

Saat ditangkap itu, GN sembobil bersama istri, mertua (Arifah), dan keponakan. Sementara itu, polisi menggunakan dua mobil dan dua motor. Mereka langsung menghadang mobil GN.
 Aparat sempat menodongkan senjata api saat menurunkan GN dari mobil. Saat itu keponakan serta istri GN menyaksikan penangkapan di tengah permukiman warga tersebut. "Dari cerita istrinya, GN dipaksa turun dari mobil sambil ditodong senjata," ujarnya.
 Suryadin menceritakan, saat GN digelandang aparat, istrinya menangis histeris. Sebab, suaminya diperlakukan layaknya pelaku kriminal. "Keluarga GN histeris. Mereka tidak terima GN ditangkap," tuturnya.

BACA JUGA: Diseret Truk Belasan Kilometer, Tukang Bangunan Tewas Mengenaskan

GN diketahui berasal dari Kelurahan Sadia, Kecamatan Mpunda. Sehari-hari dia dikenal sebagai pedagang ayam potong di Sadia. Dia sesekali juga mendatangi desa istrinya untuk menjenguk mertua serta keluarga si istri. "Dia itu pedagang ayam potong," ungkap Suryadin.

Sebelum ditangkap, kata dia, GN baru pulang dari Kota Bima. Dia mengantar mertuanya ke Rumah Sakit Muhammadiyah Kota Bima. Sepulang dari rumah sakit, GN hendak berangkat ke Desa Sai untuk mengantar pulang mertuanya. "Dia ditangkap pas mau pulang ke Sai," ujarnya. 

Hingga berita ini diturunkan, Kabidhumas Polda NTB AKBP Muh Suryo S. menyatakan belum mengetahui informasi adanya penangkapan terduga teroris di Bima tersebut. "Saya belum tahu. Akan kami cek dulu," tegasnya.

Sementara itu, di tempat lain, masih di wilayah NTB, Densus 88 Antiteror menembak mati terduga teroris Nurdin (NR), 23, warga Desa O"o, Kecamatan Dompu. Adik guru Ponpes Umar bin Khatab (UBK) Firdaus (almarhum) itu diberondong peluru sekitar pukul 16.00. Firdaus tewas di Ponpes UBK karena terkena ledakan molotov dua tahun lalu. Saat itu, aparat Polda NTB mengepung ponpes yang berlokasi di Sanolo tersebut pasca penusukan seorang polisi oleh murid ponpes yang bernama Sakban. 

Belum diketahui pasti kronologi penangkapan dan penembakan NR. Namun, menurut informasi dari sejumlah warga, NR ditembak mati di sekitar Desa O"o.
"Kami dapat informasi, NR (disebutkan nama lengkap) ditembak aparat yang diduga Densus karena dicurigai sebagai teroris," ungkap salah seorang warga yang tidak mau namanya disebutkan.

Menurut dia, setelah menembak mati, Densus membawa jenazah NR dengan mobil. Namun, belum diketahui dibawa ke mana jenazah tersebut. "Yang jelas, jenazahnya sudah dibawa," ujarnya.

Sejauh ini belum bisa dipastikan keterkaitan NR selaku terduga teroris. Menurut informasi, dia sehari-hari berada di Dompu dan beraktivitas sebagai petani. Polisi juga belum memberikan keterangan resmi mengenai penangkapan terduga teroris tersebut. Berdasar informasi yang diperoleh Jawa Pos, para terduga teroris yang diringkus terlibat penembakan terhadap tiga polisi pada 2013. Pada tahun itu, Densus beberapa kali menangkap anggota jaringan Santoso yang bermukim di Bima.

Kadivhumas Polri Irjen Ronny F. Sompie saat dikonfirmasi menyatakan belum mengetahui adanya penangkapan di Bima tersebut. "Saya masih menunggu informasi tentang itu," katanya lewat pesan singkat kepada Jawa Pos tadi malam.

Sebelumnya, tiga polisi di Bima tewas setelah ditembak orang tidak dikenal dalam waktu berbeda tahun ini. Yang pertama terjadi pada 28 Maret dengan korban Kasatnarkoba Polres Bima Ipda Hanafi. Dia ditembak tidak jauh dari Mapolres Bima dan tewas dengan dua luka tembak. Masing-masing di rahang kiri dan perut. Kejadian kedua pada 2 Juni lalu menimpa Kanit Intelkam Satreskrim Polres Bima Bripka Muhammad Yamin. Korban ditembak di dekat rumahnya saat tidak bertugas. Yamin tewas dengan tiga luka tembak. Salah satunya di leher.

Yang terakhir adalah penembakan pada 16 Agustus dengan korban Kapolsek Ambalawi Iptu Abdul Salam. Dia ditembak saat dalam perjalanan menuju mapolsek. Penyidik awalnya mengira terjadi kecelakaan. Namun, belakangan ditemukan luka tembak di bagian kepala korban. (mis/byu/c5/kim)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 132 Honorer K2 jadi CPNS Tinggal Menunggu SK Penempatan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler