JAKARTA --Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri tak ingin memberi waktu bagi teroris untuk berkonsolidasi ulangSetelah serangkaian penyergapan berdarah sepanjang pekan lalu, korps burung hantu itu kini fokus mengejar tiga orang kunci dalam jaringan teroris ini
BACA JUGA: Mama Laurent Meninggal Dunia
Mereka adalah Abdullah Sonata, Imron Baihaqi alias Abu Tholut, dan Upik LawangaKepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Edward Aritonang menjelaskan, operasi antiteror tidak behenti meskipun beberapa tokohnya tewas
BACA JUGA: SBY: Setgab Tak Campuri Kabinet
Apalagi, dalam penggerebekan di sejumlah lokasi ditemukan dokumen-dokumen penting tentang jaringan teroris"Dokumen itu sekarang sedang dikembangkan oleh penyidik di lapangan," kata Edward kemarin (17/5)
BACA JUGA: SBY: Mendirikan Negara Islam Tak Akan Diterima
Tapi, mantan juru bicara kasus Bom Bali 1 itu tak menjelaskan apa isi dokumen yang ditemukan di rumah Heri tersebut. Menurut Edward, prinsip operasi antiteror tetap berdasar pada prinsip hak asasi manusia"Tapi, kita ini berhadapan dengan kelompok yang khusus, yang tak mau menyerah secara gratis," katanyaDalam doktrin kelompok ini, menyerah tanpa perlawanan bisa dianggap sebagai tindakan yang memalukan"Kalaupun aparat terpaksa melakukan tembakan atau tindakan melumpuhkan, itu karena benar-benar terpaksa dan tidak mau ambil risiko," kata EdwardOperasi Densus 88 sejak Maret lalu memang sudah memakan korban jiwa dari sisi aparatTiga orang personel Brimob tewasSalah satunya Brigadir Satu Boas Waisiri, anggota Crisis Response Team Densus 88 yang tewas ditembak teroris di hutan Jalin Jantho, Aceh
Sementara itu, sumber Jawa Pos menjelaskan bahwa Sonata, Abu Tholut, dan Upik Lawanga merupakan trio maut yang jika bergabung sangat membahayakan"Sonata merekrut kader-kader baru, seperti Abu Tholut yang ahli gerilya dan senjata apiSedangkan Upik jago meracik bom-bom kecil," kata sumber ituSonata yang pernah mendekam di penjara karena kasus terorisme (2006-2010), menerima remisi sampai satu tahun dari Kementrian Hukum dan HAMSeharusnya, pria asal Bambu Apus,Jakarta Timur itu baru bebas pada 4 Juli 2012Namun, ternyata Sonata sudah keluar dari LP Cipinang pada Januari 2010
Abu Tholut juga seorang residivisDia divonis karena memiliki senjata api pada 11 Mei 2004Tiga tersangka yang ditangkap di Jakarta 6 Mei lalu juga mengaku mengenal Abu Tholut dan pernah memberi dana untuk jihad di Aceh"Kita juga mengembangkan informasi dari Eko terkait posisi Upik Lawanga," kata sumber ituEko tertangkap di Sidoarjo Januari laluEko dan Upik diduga terlibat aksi peledakan bom di Pasar Tentena, Poso, Sulawesi Tengah, 28 Mei 2005 laluAkibat aksi terorisme itu, sebanyak 22 orang meninggal dan 93 orang luka-luka.
Selain peledakan di Pasar Tentena, juga diduga terlibat penembakan terhadap pendeta Susyanti di Tinulele, dan perampokan toko emas di Pasar Tua, PosoUpik Bulaga alias Upik Lawanga adalah pakar bom termos (rangkaian bom yang diletakkan di bawah termos, jika termos diangkat bom meledak) yang diburu sejak 2006Upik diduga sempat datang ke Jatiasih, Bekasi untuk bertemu Noordin pada Februari 2009Saat itu, Upik sudah akan disergap namun lolos.
Dalam jaringan ini, Upik adalah satu-satunya orang yang pernah magang membuat bom pada Dr Azahari sebelum tewas disergap di Malang 2005"Dia spesialis membuat bom kecil, ringan dan gampang didetonasi," kata sumber ituBom buatan Upik tidak membunuh dalam skala besar"Jarak efektif bomnya satu hingga dua meter," katanyaAnalisa ini didapatkan dari olah balistik bom termos Upik yang melegenda di kalangan teroris alumni konflik Poso
Secara terpisah, Abdullah (samaran,red), mantan kombatan yang pernah mengenal Sonata menceritakan setelah bebas dari penjara Sonata sempat berdagang. "Saya mendengar dia tidak mau terlibat dalam aksi-aksi lagi," katanya saat dihubungi kemarinSonata punya sebuah ruko untuk berjualan voucher pulsa isi ulang di kawasan Rawamangun"Saya juga terkejut saat Kapolri mengumumkan namanya di televisiSejak kapan dia main lagi," katanya
Sementara itu, di beberapa akun facebook kini menyebar pesan suara Noordin M TopMisalnya di akun seseorang bernama Yahya bin SapiihDalam pesannya, Noordin mengajak para pemuda untuk berjihad dengan cara yang benar"Allah telah menjanjikan kebun kebun dan buah anggur, gadis gadis montok sebaya, dan gelas-gelas minumanApakah antum tidak menginginkan itu," kata suara berlogat Melayu ituAkun itu juga di-tag ke beberapa akun lain dalam jejaring dunia maya ituDalam akun Yahya juga ada beberapa video-video jihad di beberapa negara Timur Tengah
Kabidpenum Mabes Polri Kombes Zulkarnain menjelaskan, untuk akun facebook pihaknya sangat kesulitan"Ada prosedur yang harus dilakukan duluMisalnya berkirim surat ke pengelolanya di Amerika," katanyaSementara itu, kemarin jenazah salah satu teroris di RS Polri Sukanto Kramatjati dibawa pulang keluarganyaAwal Purwono, kakak kandung Saptono yang datang mengambil jenazah tersebut
Datang sekitar pukul 10.00, Awal masuk ke gedung instalasi kedokteran forsensik, tempat jenazah Saptono berada untuk mengurusi administrasiSekitar pukul 12.00, jenazah Saptono akhirnya dikeluarkanMenggunakan peti cokelat bertuliskan: Saptono, jenazah tersebut langsung dimasukkan ke mobil jenazah Yayasan Duta Mandri"Ini memang adik saya," ucap Fahmi
Dia menjelaskan akan langsung memakamkan adiknya di Desa Sajira, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, BantenDalam perjalanan, mobil jenazah itu mendapatkan pengawalan dari tim Patwal Polda BantenSekitar sejam kemudian, rombongan keluarga Maulana datang ke RS Polri"Itu bapak, ibu," kata Fahmi, kerabat Maulana saat dicegat wartawanPria berjenggot itu lantas enggan memberitahu nama bapak dan ibu MaulanaBapak dan ibu Maulana lebih banyak diam
Fahmi menerangkan, kedatangannya adalah untuk memberikan data-data Maulana kepada polisiSeperti foto,sidik jari, DNA dan lain-lainKata Fahmi, pihaknya masih belum diizinkan untuk melihat jenazah MaulanaRencananya, hari ini, jenazah Maulana akan diambilDimakamkan dimana? "Kami belum tahuMalam ini kami akan rapat keluarga," jawabnya.(rdl/kuh)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tarif Terbang Haji Rp 16,7 Juta
Redaktur : Tim Redaksi