JAKARTA - Penyidikan kasus ledakan di di Pondok Pesantren (Ponpes) Umar bin Khattab di Desa Sanolo, Bolo, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), terus dikembangkanMabes Polri bahkan menerjunkan Densus 88 untuk menyelidiki keterkaitan dengan jaringan terorisme.
"Saat ini, penyidikan kasus Bima disupervisi oleh Densus 88 Mabes Polri," kata Kepala Bagian Penerangan Umum (Penum) Mabes Polri Kombes Boy Rafli Amar, Sabtu (16/7)
BACA JUGA: Tidak Kendur, Walau Diisukan Akan Direshuffle
Satu tim dibantu dengan ti forensik sudah berangkat sejak tiga hari lalu.Dia mengatakan, Polri melihat kasus di Bima tersebut berkaitan dengan kasus-kasus terorisme sebelumnya
BACA JUGA: PNS Membengkak Dampak Kepentingan Politik
"Terutama pimpinannyaIndikasi bahwa ada jaringan teroris di ponpes itu, menurut dia, jelas terlihat karena awalnya mereka menolak dimasuki petugas
BACA JUGA: 60 Instansi Tak Rekrut CPNS Baru
Bahkan, sebagian sempat melarikan diri ke pegunungan dan santri-santrinya juga dipersenjatai.Siapa dalangnya" Menurut Boy, koneksi dengan jaringan lain dikembangkanTermasuk dengan JAT (Jamaah Ansharut Tauhid)"Karena ada pengakuan salah seorang yang tertangkap kalau mereka anggota," tuturnya.
Seperti diketahui, ledakan di Ponpes Umar bin Khattab di Bima terjadi Senin (11/7) laluPeristiwa yang terjadi sekitar pukul 15.30 itu menewaskan satu orang yang diidentifikasi bernama Firdaus yang menjabat sebagai bendahara ponpes.
Polisi telah menangkap pimpinan ponpes itu (15/7), Ustad Abrory MAli, untuk dimintai keteranganDia ditangkap di kediaman orang tuanya, Desa Kananga, Kecamatan Bolo, pukul 12.30 WitaSaat ini, polisi telah menetapkan tujuh orang tersangka dalam kasus itu.
Tertangkapnya pimpinan ponpes itu diharapkan bisa mengungkap kasus itutermasuk hubungan dengan jaringan lainHasil penyelidikan polisi, penghuni ponpes itu terdiri atas 15 orang alumni dan 36 santri yang tengah menjalani pendidikan.
Terpisah, Juru Bicara JAT Sonhadi menampik adanya keterkaitan ponpes di Bima itu dengan JATDia memertanyakan bukti-bukti yang dimiliki Polri sehingga menyimpulkan keterkaitan itu"Bukti-bukti apa sehingga Polri bisa menyimpulkan JAT ada di balik pesantren Bima" Sekali lagi Polri terlalu gegabah," katanya.
Sonhadi meminta tidak ada yang sembarangan menuduh pesantren itu sebagai tempat teroris"Mereka belajar agama lho, bukan kekerasan," katanyaMenurut Sonhadi, yang meledak di pesantren itu bukan bom"Kami mndapat info kalau itu sebenarnya hanya tabung kompor gas," katanya(rdl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Satgas Dorong Koruptor tak Diberi Asimilasi
Redaktur : Tim Redaksi