Derita dan Air Mata Pengungsi di Karang Senang...

Senin, 13 Maret 2017 – 08:37 WIB
Marthinus Walilo. Foto: Radar Timika

jpnn.com, MIMIKA - Konflik di Distrik Kwamki Kabupaten Narama, Mimika, Papua tahun lalu, masih menyisakan air mata dan penderitaan. Kini, ratusan warga yang menjadi korban masih berada di lokasi pengungsian di Kelurahan Karang Senang, SP 3.

Mereka tinggalkan rumah dan harta setelah sekelompok warga yang berseteru, saling serang dan mereka memilih mengungsi ketimbang nyawa mereka melayang.

BACA JUGA: Berharap Tahun Ini dapat Jatah Penerimaan CPNS

Ketua Kerukunan Keluarga Besar Jayawijaya Kabupaten Mimika, Marthinus Walilo, menyayangkan sikap pemerintah yang hingga saat ini belum mengambil tindakan, terkait warga yang mengungsi akibat konflik di Distrik Kwamki Narama.

Marthinus mengungkapkan, bahwa ada banyak masyarakat yang mengungsi akibat konlik horizontal yang terjadi di Jile Yale, Distrik Kwamki Narama tahun lalu.

BACA JUGA: Di SDN 9 Mimika, Jam Belajar Terbatas Karena Panas

Sudah sejak lama mengungsi, namun hingga saat ini masyarakat belum kembali ke rumahnya, karena Pemda belum memberikan bantuan berupa rehabilitasi rumah yang habis terbakar.

Dia berharap, Pemerintah Kabupaten Mimika melalui Dinas Sosial serta Dinas Ketenagakerjaan Transmigrasi dan Perumahan Rakyat, untuk mengalokasikan anggaran pembangunan rumah masyarakat pada 2017 ini.

BACA JUGA: Aduh Mak! Siswa Mabuk, Buka Seragam, Pukul Pegawai TU

“Setelah konflik di tahun 2016 sampai saat ini, kami masih menunggu dan sangat mengharapkan bantuan Pemkab Mimika untuk rehab dan bangunkan rumah kami yang sudah terbakar akibat konflik di distrik Kwamki Narama, karena kami masyarakat Suku Dani tidak ikut konflik yang terjadi. Namun dampaknya kami yang menjadi korban,” terang Martinus kepada Radar Timika.

Sejauh ini lanjut Martinus, warga korban konflik sedang menunggu di tempat pengungsian. Tidak hanya di Timika tepatnya di SP 3 tapi juga sebagian warga mengungsi ke Sentani, Kabupaten Jayapura. Warga di SP 3, tinggal di salah satu gereja dengan keadaan serba terbatas.

“Kami warga korban konflik tidak bisa mengharapkan kepada Pemerintah Pusat dalam hal ini, beberapa kementerian terkait yang pernah berkunjung ke tempat kejadian konflik Jile Yale, Distrik Kwamki Narama bersama dengan Staf Kusus Presiden, Lenis Kogoya, tahun 2016 silam. Karena sampai saat ini sudah Bulan Maret 2017, belum ada perkembangan dan informasi yang pasti,” ujar Martinus.

Masyarakat kini hanya berharap dari Pemerintah Kabupaten Mimika, dengan harapan bisa membantu rehabilitasi dan membangun rumah warga yang menjadi korban konflik. "Rumah menjadi salah satu kebutuhan utama," tandas Martinus. (selviani bu'tu/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Biadab, Oknum TU Perkosa Siswi Kelas V di Toilet


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler