Di SDN 9 Mimika, Jam Belajar Terbatas Karena Panas

Rabu, 08 Februari 2017 – 15:15 WIB
Gambaran SDN 9 Mimika. Foto: Albinus Bina/Radar Timika

jpnn.com - jpnn.com -Semangat murid-murid di SD Negeri 9 Mimika menimba ilmu tak pernah surut. Sebelum memulai pelajaran setiap harinya mereka juga melaksanakan apel bersama, seperti yang dilakukan oleh sekolah-sekolah lain di Mimika. Namun sayang. Sekolah berusia enam tahun yang terletak di Jalan Hasanudin Timika, Papua itu terpaksa membatasi jam pelajaran mereka. Lo, kenapa?

Albinus Bina/Radar Timika

BACA JUGA: Kaget Lihat Para Siswa Pakai Baju dari Kulit Kayu

Jumat (3/2) lalu, Radar Timika berkunjung ke sekolah yang dibangun di atas tanah milik gereja, dan letaknya pun tepat di depan gereja itu. Sekolah yang dibangun dengan lima ruangan dan satu kantor ini boleh dibilang jauh dari kata layak. Masih berdindingkan seng dan berlantai tanah.

Sebagian meja dan bangku yang terbuat dari papan, tampak sudah mulai patah. Lemari untuk tempat buku-buku pun tidak ada. Hampir semua buku berjejer di atas lantai tanah, di ruang kantor kepala sekolah.

BACA JUGA: Kabar Gembira untuk Mahasiswa Program Bidikmisi

Kondisi buku-buku pelajaran juga sudah mulai kumal dan robek karena sering terkena hujan dan panas. "Sudah enam tahun kami bertahan seperti ini," kata Kepsek, Nahun Edoway.

Meski kondisinya demikian, jumlah siswa dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Saat ini, jumlah siswa mencapai 242 orang. Seratus persen anak Papua, dan merupakan pindahan dari Kompleks Jayanti dan Kwamki Narama, sebelumnya sebagai daerah konflik.

BACA JUGA: Pengalihan SMA/SMK ke Provinsi Masih Dipersoalkan

Jumlah guru berjumlah 14 orang, sudah termasuk PNS dengan tenaga honorer. Selama enam tahun berjalan, proses belajar mengajar hanya sampai jam 11.30 WIT. Karena kondisi ruangan yang ada tidak memungkinkan para guru dan siswa untuk bertahan hingga jam 12.00 WIT atau 13.00 WIT.

"Kegiatan belajar mengajar hanya sampai jam 11.30 WIT. Kalau lebih dari itu jangan kan siswa, guru saja tidak bisa tahan karena terlalu panas. Dan kami juga takut ada siswa yang sakit," kata Edoway, yang sudah menjabat sebagai kepala sekolah selama 6 tahun di sekolah tersebut.

Untuk mengatasi soal gedung sekolah tersebut, pemerintah daerah Kabupaten Mimika sudah berupaya untuk membangun gedung sekolah baru pada tahun 2016 lalu.

Namun gedung sekolah yang dibangun oleh pemerintah ini hanya tiga ruang kelas namun belum dilengkapi dengan plafon, meja, kursi dan lemari. Sehingga gedung sekolah baru tersebut hingga kini belum difungsikan.

"Kami punya sekolah baru sudah ada tetapi belum bisa pindah, karena guru dan siswa mereka mau duduk di mana, dan buku-buku simpan di mana? Karena semua belum ada bahkan lantai saja masih semen kasar," katanya.

Selain fasilitas sekolah belum dilengkapi, akses jalan menuju gedung sekolah tersebut agak sedikit sulit karena harus melintasi rawa-rawa. Sehingga pihak sekolah dan masyarakat setempat berinisiatif untuk menimbun jalan pintas dengan biaya sendiri, yaitu melalui jalan belakang sekolah lama.

Hanya saja sampai saat ini belum menembus sekolah karena harus membutuhkan biaya yang banyak. Melihat kondisi sekolah lama sudah tidak memungkinkan, kepala sekolah meminta kepada pemerintah daerah untuk bisa melihat langsung kondisi di lapangan, dan melengkapi kekurangan yang ada supaya anak-anak bisa menggunakan sekolah yang baru.

"Selama ini kami sudah pakai lahan gereja dan satu waktu pasti kami akan keluar, karena lahan yang ada akan dipakai oleh gereja. Untuk itu dari sekarang, pemerintah perlu melengkapi fasilitas sekolah yang belum ada,"tutup Kepsek. (albinus bina/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... UNBK, SMP tak Punya Komputer Bisa Pinjam ke SMA


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler