jpnn.com - jpnn.com - Dalam rangka ikut menanggulangi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), ASIA Pulp & Paper (APP) Sinar Mas terus melakukan berbagai program. Salah satunya program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) yang dijalankan di Sumatera Selatan (Sumsel).
Dengan menggandeng mitra perusahaannya, APP Sinar Mas terus berupaya mengubah kebiasaan masyarakat tentang pengelolaan lahan pertanian yang benar tanpa melakukan pembakaran lahan.
BACA JUGA: Jokowi Ingatkan Aparat Tak Berkompromi soal Karhutla
Salah satu mitra perusahaan APP Sinar Mas adalah PT Bumi Andalas Permai (BAP), penyuplai bahan baku pulp dan kertas.
Iwan Hendri, Social and Comodity Development PT BAP mengatakan, melalui program DMPA, pihaknya menggandeng petani di Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten OKI, Sumsel untuk bisa melakukan kerja sama Pemanfaatan Tanaman Kehidupan.
BACA JUGA: Wiranto Klaim Hotspot Karhutla Turun Drastis
Dijelaskan Iwan Hendri, sebanyak 20 persen lahan konsesi dari lahan Hutan Tanaman Industri (HTI) perusahaan dikelola masyarakat Kecamatan Air Sugihan.
Program ini juga dilakukan agar bisa lebih mandiri dalam memanfaatkan tanaman kehidupan dan menghentikan aksi pembakaran lahan.
BACA JUGA: Renovasi Masjid, APP Gandeng GP Ansor
Beberapa kelompok Maju Tani yang mengikuti program DMPA tahun 2016 adalah Kelompok Distrik Air Sugihan Desa Bukit Batu sebanyak satu kelompok; kelompok Maju Tani Distrik Simpang Heran, Desa Banyu Biru sebanyak satu kelompok; kelompok Maju Tani Distrik Desa Kampung Bagan Rame sebanyak empat kelompok dan Kelompok Maju Tani Distrik Sungai Batang sebanyak empat kelompok.
Jenis tanaman yang digunakan dalam program DMPA 2016 adalah jagung dan padi.
Seperti di Kelompok Distrik Air Sugihan Desa Bukit Batu yang terdiri dari 24 Kepala Keluarga (KK) awalnya hanya menggarap lahan pemberian pemerintah sebanyak dua hektare.
Namun, dengan adanya konsesi lahan dari PT.BAP, mereka bisa menanam jagung di lahan seluas 24 hektare. Lahan tersebut dibagi seluas satu hektare untuk satu anggota kelompok DMPA.
Penanaman bibit jagung yang dilakukan pada Mei 2016 kemarin, sudah bisa dipanen pada September 2016 lalu sekitar 2,4 Ton/hektare.
Di tahun 2017 ini, kelompok Maju Tani juga sedang memetik hasil panennya dan akan dijual ke pengepul di desanya.
Jamin, Ketua Kelompok Maju Tani Distrik Air Sugihan Desa Bukit Batu mengatakan, dengan program DMPA ini, sebagian warga di desanya bisa mendapatkan pemasukan tambahan dan lebih mandiri dalam mengelola lahan yang mereka garap.
“Kelompok kami ditunjuk karena dinilai mempunyai kemauan yang kuat untuk bertani. Perusahaan sudah menyisihkan lahan usahanya untuk lahan tanaman pangan warga dan kita sangat terbantu. Sebelumnya, beberapa petani hanya mengandalkan hasil dari panen sawit dan karet. Bahkan, ada yang hasil sawitnya tidak sesuai dengan pembayaran dari perusahaan yang membeli. Dengan program ini, kita bisa lebih mandiri mengelola sendiri,” ungkapnya.
Beberapa kemudahan yang mereka dapatkan dari program Kelompok Maju Tani DMPA ini adalah para petani bisa mendapatkan bibit jagung, pupuk MPK dan racun hama dengan mudah dan kualitas yang bagus.
Dalam satu hektare lahan DMPA, para petani menaburkan sekitar 15 Kilogram (Kg) bibit jagung, dibantu fasilitas Hand Tractor dan kanal air.
Para anggota kelompoknya juga sangat antusias menggarap lahan jagung dengan hasil yang menjanjikan. Jamin berharap, agar program ini ke depan bisa merangkul semua petani di desanya, sehingga semakin mandiri.
Saat menjalankan program ini, Jamin bahkan bisa mengupah petani harian untuk menggarap lahan jagungnya.
Terlebih saat musim panen, ada sekitar 10 petani harian yang membantunya memetik, mengumpulkan dan menjual jagung ke pembeli.
“Satu tahun bisa kami garap hingga tiga kali panen jagung. Untuk itu, bantuan ini sangat membantu petani agar lebih mandiri dan meningkatkan perekonomian warga,” beber Jamin.
Berbeda halnya dengan Kelompok Maju Tani Distrik Simpang Heran, Desa Banyu Biru, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten OKI, Sumsel. Satu kelompok DMPA khusus menggarap jenis tanaman padi dan jagung di lahan konsesi PT BAP seluas 25 hektare. Satu kelompok yang terdiri dari 25 petani ini bahkan sedang menunggu masa panen padi.
Jeni, Ketua Kelompok DMPA Desa Banyu Biru mengungkapkan, program DMPA ini bisa melepaskan para petani dari jeratan bunga tengkulak yang melambung tinggi.
Mereka juga tersadar untuk tidak melakukan pembakaran hutan, karena bisa memanfaatkan lahan pascapanen padi.
“Dulu kami melempar api ke sembarang arah di lahan padi, tapi sekarang tidak lagi karena lahan bekas panen padi bisa dimanfaatkan kembali. Kami juga bersyukur atas kerja sama ini. Pupuk biasanya kami beli Rp 160ribu/sak, sekarang hanya Rp 130/sak di koperasi desa dan bisa dibayar setelah panen,” ungkapnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kebakaran Lahan Riau, Kepolisian Tangkap 14 Orang
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad