Detik – detik Arbani Dihabisi Kakak Ipar dan Ponakan Gegara Uang Ganti Rugi Lahan, Sadis!

Jumat, 05 Juli 2019 – 10:13 WIB
Jasad Arbani dibawa ke kamar jenazah di RS Ulin Banjarmasin, Rabu (3/7). Foto: MAULANA/RADAR BANJARMASIN

jpnn.com, SAMARINDA - Arbani, warga Jalan Veteran kilometer 5,5 Kelurahan Sungai Lulut, Banjarmasin Timur, tewas setelah diduga dianiaya kakak ipar dan keponakannya, Anang Susu dan Ifit, Rabu (3/7).

Pria usia 47 tahun itu sempat 2 jam lebih mendapat penanganan medis Rumah Sakit Ulin, namun nyawanya tak tertolong.

BACA JUGA: Cucu Petinggi Unmul Dikabarkan Disiksa pakai Besi dan Kertas yang Dibakar

Usai dikeroyok Anang Susu dan Ifit, korban masih dalam keadaan sadar. Dia sempat berjalan untuk meminta pertolongan. Oleh rekanan BPK Daha, korban bergegas dievakuasi ke IGD.

Korban sempat kritis. Darah terus keluar dari beberapa mata luka. Paling serius di bagian pinggang bagian belakang sebelah kiri. Usus Bani pun terburai.

BACA JUGA: Jadi Tersangka, Suami Pembunuh Istri di Buleleng Belum Ditahan Polisi

Dari penuturan kakak tertua korban, Miah, perkelahian keluarga itu dipicu masalah uang ganti rugi pembebasan lahan untuk proyek Jembatan Sungai Gardu.

BACA JUGA: Cucu Petinggi Unmul Dikabarkan Disiksa pakai Besi dan Kertas yang Dibakar

BACA JUGA: Mayat Dalam Kardus Diduga Wanita 21 Tahun dan Diformalin

Tanah yang berdiri di tepi Sungai Martapura tersebut merupakan peninggalan orangtua. Sekian tahun lamanya ditempati Dinah dan Roman, adiknya yang lain. Dinah kemudian menerima uang ganti rugi senilai Rp83 juta dan Roman Rp71 juta.

Sementara Arbani, tak berniat menagih bagian, meski satu rupiah pun. Tapi dia berharap saudara yang lain ikut kebagian. "Berikan uang Rp10 juta buat kakak lainnya, kasihan. Saya tak meminta. Biar buat kakak Miah saja," kata Miah, perempuan 60 tahun, menirukan ucapan korban.

Dinah cuek, tak mengiyakan, tak pula menolak. "Tapi Dinah malah marah-marah. Dia mengungkit cerita lama tentang Bani. Bani terpancing dan ribut," lanjutnya.

Seiring waktu berjalan, uang ganti rugi dicairkan pemerintah. Korban lalu menanyakan uang itu kepada suami Dinah, Anang Susu. Pertikaian melebar. Rupanya uang Rp10 juta itu menjadi awal petaka. Korban menjadi sasaran kemarahan. Ifit, putra Anang Susu pun ikut-ikutan menambah panas suasana.

Arbani pun kerap diteror pelaku. Selasa (2/7) pada jam 11 malam, Arbani dan Ifit terlibat keributan hingga polisi datang menengahi. Pemicunya, Ifit sengaja mondar-mandir memamerkan sepeda motor barunya di depan korban.

"Pas mau putar balik, Ifit jatuh bersama motornya. Bani kesal. Bukannya menolong, dia geram lalu menendang Honda CBR milik Ifit," beber Miah. Meski berhasil ditenangkan, Anang Susu dan anak itu masih menyimpan dendam.

Puncaknya, Rabu jam 11 siang, saat Arbani mendorong gerobak untuk mengangkut barang pindahan Roman, tiba-tiba dia diserang Anang Susu dan Ifit dengan sajam.

"Saya dengar dikeroyok pakai mandau dan parang. Tega benar mereka berdua. Membunuh keluarga sendiri," ucap Miah dengan pilu.

Istri korban, Jasmi, tak kuasa menahan tangis begitu mengetahui suaminya telah tiada. Perempuan 51 tahun itu syok berat. "Suami mati, bagaimana ini. Di Banjarmasin saya tak ada keluarga, Bagaimana ini, nak. Abah mati," ucapnya terus-menerus sambil memeluk putra semata wayangnya yang baru berusia 5 tahun.

BACA JUGA: Suami Heran Istri Selalu Minta Turun di Depan Gang, Berujung Kematian

Disebut Jasmi, Anang Susu memang tak pernah menyukai suaminya. Jasmi bahkan pernah mengajak suaminya untuk pindah saja ke Jawa. Kini, Jasmi menuntut hukuman berat bagi para pelaku.

Kapolsekta Banjarmasin Timur Kompol Uskiansyah diwakili Kasi Humas Aiptu Partogi mengatakan, kedua pelaku sedang diburu. "Kami masih mencari saksi. Informasi sementara, pelaku yang masih keluarga itu sedang diburu Tim Reskrim," sebut Partogi di kamar pemusalaran jenazah Rumah Sakit Ulin. (lan/at/fud)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tengah Malam Bocah 7 Tahun Gedor Rumah Tetangga, ya Ampuuun


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler