Sepak Bola Gembira Berujung Duka

Detik-detik Benturan Choirul Huda Hingga Meninggal Dunia

Senin, 16 Oktober 2017 – 05:51 WIB
Penjaga gawang Persela Lamongan Choirul Huda semasa hidup. FOTO: DOK DIPTA WAHYU /JAWA POS

jpnn.com - Choirul Huda, kiper Persela Lamongan, meninggal dunia kemarin (15/10). Nyawa salah seorang kiper terbaik di kasta tertinggi sepak bola tanah air itu terenggut akibat benturan dalam pertandingan melawan Semen Padang.

Farid S. Maulana - Lamongan

BACA JUGA: Darmis Gratiskan Makanan untuk Jemaah Salat Jumat

Kemenangan atas Semen Padang di Stadion Surajaya kemarin (15/10) seharusnya berakhir indah. Berkat raihan 3 poin itu, Persela Lamongan berhasil menjauh dari ancaman zona degradasi.

Laskar Joko Tingkir –julukan Persela– pun punya harapan besar untuk bertahan di kasta tertinggi sepak bola Indonesia musim depan.

BACA JUGA: Yusman Sudah Membayangkan Dieksekusi Mati

Namun, kesedihanlah yang muncul dari kemenangan itu. Kemenangan atas Semen Padang harus dibayar sangat mahal.

Persela harus kehilangan sosok panutan di tim. Choirul Huda, kiper nomor satu dan pemain yang dikenal paling loyal, mengembuskan napas terakhir karena berbenturan dengan Ramon Rodrigues pada pengujung babak pertama. Tepatnya pada menit ke-43.

BACA JUGA: Bertemu Kakek Berjubah Misterius, Kini jadi Dukun Ular

Saat itu Semen Padang yang tertinggal satu gol dari Persela berusaha membangun serangan.

Marcel Sacramento yang berhasil lolos dari jebakan offside berhadapan dengan Huda.

Sambil berlari cepat mengejar bola, Marcel yang dipepet Ramon di belakangnya berusaha menendang bola ke arah gawang.

Huda menyongsong bola untuk mematahkan serangan itu. Dengan kecepatan lari yang sangat cepat, Marcel berhasil menghindari Huda. Nahas, Ramon yang berada di belakang Marcel menabrak Huda.

Lutut kanan Ramon mengenai rahang sebelah kiri sang kiper. Ramon terpelanting ke arah gawang, sedangkan Huda jatuh dengan posisi bahu kanan lebih dahulu membentur tanah dengan keras.

Huda sempat memegangi rahangnya dan langsung pingsan. Lidahnya menjulur ke luar. Sontak, beberapa pemain, termasuk Marcel, langsung berteriak ke arah tim medis agar memberikan pertolongan.

Huda pun harus ditandu ke luar lapangan dan lantas dilarikan ke RSUD dr Soegiri dengan ambulans.

Pertandingan memang dilanjutkan. Huda digantikan kiper cadangan Ferdiansyah. Persela akhirnya juga menambah gol dari kaki Jose Manuel Barbossa pada menit ke-50.

Namun, nyawa Huda yang sudah mendapat perawatan di rumah sakit tidak tertolong.

Dokter Yudhistiro Andri Nugroho, kepala Unit Instalasi Gawat Darurat RSUD dr Soegiri, menjelaskan cedera yang dialami Huda.

Menurut dia, Huda mengalami benturan keras di dada dan rahang sebelah kiri dengan Ramon. Benturan itu membuat Huda tergeletak dan sempat tidak sadarkan diri.

’’Mengalami trauma. Huda terkena henti napas dan jantung seketika,’’ jelasnya.

Yudhi menyatakan, tim medis di Stadion Surajaya sudah bertindak tepat. Pembebasan napas melalui alat bantu medis sudah dilakukan.

Pukul 15.40, Huda juga langsung dibawa dengan ambulans ke RSUD dr Soegiri. ’’Kami di IGD sudah siap. Pukul 15.50 Huda langsung kami tangani,’’ tegasnya.

Doktes spesialis anestesi itu mengungkapkan, Huda sempat sadarkan diri setelah dipasangi alat bantu napas permanen. Kulitnya sempat memerah setelah mendapat perawatan sekitar 30 menit.

Sayang, setelah itu kondisinya menurun drastis. ’’Kami langsung lakukan pompa jantung. Tapi, sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan,’’ ungkap Yudhi.

Timnya terus melakukan pertolongan. Namun, lebih dari sejam mendapat perawatan, Huda tidak terselamatkan. Pemain kebanggaan publik Lamongan itu meninggal pukul 16.50.

’’Saya memang belum lakukan scanning karena kondisi Huda yang kritis. Tapi, menurut analisis saya, dia terkena trauma akibat benturan. Terutama di rahang. Sebab, di bagian leher ada saraf yang terhubung ke otak. Di situ kenanya. Vital soalnya,’’ terangnya.

Zakky Mubarok, tim medis yang merawat Huda di lapangan, menuturkan, sang pemain masih sadar saat ditandu ke ambulans. Namun, beberapa saat kemudian, napas dan detak jantungnya terhenti.

’’Kami langsung memberikan pertolongan secepatnya. Sepanjang perjalanan masih hidup. Di rumah sakit baru meninggal,’’ ungkapnya.

Marcel menyatakan, dirinya memang berusaha menghindari tabrakan dengan Huda. Dia sadar, bola tidak akan bisa diraihnya.

’’Tapi, bek Persela tidak tahu kiper sudah maju. Mereka tabrakan,’’ katanya.

Pesepak bola bernomor punggung 8 itu mengaku sempat melihat keadaan Huda setelah bertabrakan.

Lidah sang kiper sudah menjulur ke samping. ’’Saya shock. Turut berdukacita atas meninggalnya Huda,’’ ujarnya.

Meninggalnya Huda menjadi tragedi yang menyesakkan bagi sepak bola Lamongan. Bahkan Indonesia. Kota dengan luas 1.782 kilometer persegi itu kehilangan pahlawan lapangan hijaunya.

Ya, pria kelahiran 2 Juni 1979 itu memang melegenda di klub berkostum biru langit tersebut. Huda tidak pernah pindah ke klub lain sepanjang karir profesionalnya. Dia berseragam Persela mulai 1999 hingga meninggal kemarin.

Huda jugalah yang ikut membantu Kota Soto menembus kasta tertinggi sepak bola nasional. Dimulai dari Divisi II Jawa Timur 2000, perlahan Persela merangsek naik ke Divisi Utama.

’’Dia tidak tergantikan. Sosok pemain yang selalu membuat rekan setim tenang dalam bermain,’’ ungkap Charles Putiray, rekan Huda yang juga ikut mengantarkan Persela hingga ke liga utama pada 2002.

Nama Huda pun naik kala itu. Banyak tim yang sempat ingin merekrutnya dengan iming-iming gaji besar.

Menurut Charles, Huda menolak dengan tegas semua tawaran tersebut. ’’Baginya, Persela adalah rumahnya. Dia tidak mau pergi sampai karirnya berakhir,’’ bebernya.

Huda pun selalu menjadi pilihan utama sampai saat ini. Pelatih dan pemain silih berganti di skuad Persela. Namun, Huda tetap setia di bawah mistar gawang.

Kegemilangannya menjaga gawang Persela tak tergantikan. ’’Orangnya juga tidak sombong. Baik sama junior-junior, sering ngasih nasihat,’’ kata Samsul Arifin, bek sayap Persela saat ini.

Musim 2017 ini, prestasi Huda memang sempat merosot. Penampilannya tidak secemerlang dulu.

Akibatnya, ban kapten yang selama ini melingkar di bahunya sempat berpindah ke Samsul Arif hingga Jose Manuel.

Huda juga sempat dibangkucadangankan selama beberapa pertandingan. Tercatat, pria bertinggi badan 181 sentimeter itu terakhir menjadi starter saat Persela melawan Arema FC pada 16 September lalu.

Penampilan kemarin adalah comeback Huda kali pertama setelah hanya menjadi penghangat bangku cadangan.

’’Lima hari sebelum latihan, dia (Huda) berlatih keras. Semangat sekali,’’ kata pelatih Persela Aji Santoso.

Alasan itulah yang kemudian membuat Aji kembali memasang Huda sebagai starter. ’’Saya katakan kepadanya, ’Kamu main ya, siap-siap. Yang semangat’. Tapi, ternyata itu penampilan terakhirnya,’’ sambung mantan pelatih Arema FC itu.

Beberapa pemain mengakui ada tanda-tanda sebelum Huda pergi. Misalnya, yang dikatakan Taufiq Kasrun.

Dia mengungkapkan, beberapa hari terakhir, pria yang memakai nomor punggung 1 itu terlihat sangat diam. ’’Beda pokoknya, tidak ramai dan guyon seperti biasanya,’’ ujarnya.

Taufiq juga mengakui, selama pertandingan pada babak pertama kemarin, cara bermain Huda sangat berbeda. Cara melompat, menghalau bola, dan menendangnya tidak seperti biasanya.

’’Saya seperti melihat kiper lain, bukan Huda. Saya merasa aneh. Ternyata itu caranya berpamitan,’’ lanjutnya.

Edy Gunawan merasakan hal yang sama. Sebelum pertandingan, Huda terlihat sangat bersemangat. Wajahnya seakan memancarkan cahaya.

’’Saya sempat mbatin, Mas Huda tampan sekali hari ini,’’ ungkap Edy yang ditemui Jawa Pos sesaat sebelum Huda dimakamkan.

Selain itu, sosok yang sudah dianggapnya kakak tersebut selalu mengatakan pertandingan kemarin adalah final.

Dia juga banyak memberikan semangat kepada rekan setim agar tidak lembek dan bermain bagus agar Persela menang.

’’Saya kaget waktu dia mengusap-usap rambut saya, lalu bilang ’Ed, main yang enak ya, ini final’. Ternyata final yang dimaksud itu dia pergi selamanya,’’ papar Edy dengan mata berkaca-kaca.

Di mata keluarga, Huda juga sosok yang sangat sempurna. Dia tidak pernah berperilaku buruk, baik di hadapan istri, Lidya Anggraini, maupun dua anaknya. ’’Tidak pernah marah. Banyak beri nasihat,’’ kata anak sulung Huda, M. Rachul Maulana.

Sebelum Huda meninggal, Rachul merasa sang ayah akan pergi selamanya. Sepanjang pertandingan, bocah kelas II SMP itu merasakan sakit kepala yang amat sangat.

’’Pusing sekali. Deg-degan dan tidak enak. Tapi, pas pertandingan selesai, pusing itu langsung hilang,’’ ujarnya.

Atas dedikasi Huda selama 18 tahun, manajemen Persela berencana memensiunkan nomor punggung 1 milik Huda.

Edi Yunan Ahmadi, manajer tim, menyatakan, hal itu merupakan bentuk apresiasi terhadap loyalitas Huda. Penghargaan untuk sosok legenda yang tidak akan tergantikan di Persela. ’’Huda adalah Persela. Dia pahlawan bagi kami,’’ tegasnya.

Jenazah Huda pun sempat dipulangkan ke rumah duka di Jalan Basuki Rahmat, Lamongan. Sang istri, Lidya, tidak berhenti menangis dan memeluk jasad sang suami. Dia pun terpaksa dibopong ketika jasad Huda dimandikan.

Pemain, ofisial, dan pendukung fanatik Persela hadir untuk memberikan penghormatan terakhir.

Sebelum dimakamkan, jenazah Huda disalati di Masjid Agung Lamongan sekitar pukul 21.00 tadi malam.

Tangis haru mengiringi pemberangkatan jenazah sepanjang perjalanan ke tempat peristirahatan terakhir.

Nama Huda masih dielu-elukan suporter Persela. Nama yang tidak akan lagi bisa mengawal gawang Persela di sepak bola nasional.

Selamat tinggal, Kapten. Selamat jalan. Semua aksimu pasti selalu dikenang... (*/c5/ang)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bripka Maihendri Bedah Rumah Warga Miskin dari Uang Tabungan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler