jpnn.com, LOMBOK BARAT - Miskiah, warga Desa Kekeri Lombok Barat, NTBm dibunuh anak angkatnya sendiri. Kasus pembunuhan ini sungguh kejam dan pelakunya seperti sosok tak punya hati.
--
BACA JUGA: Menang 70,9% di Lobar, Sandiaga Uno: Masyarakat NTB Ingin Perubahan
Miskiah sudah berpuluh tahun menikah. Tetapi, belum dianugrahi keturunan. Namun ia terus berupaya sembari menggeluti usahanya sebagai pedagang di pasar Sayang-sayang, Mataram.
Dalam kondisi itu Miskiah ditinggal menikah oleh sang suami. Namun meski dimadu, dia memimilh tetap menjaga rumah tangganya tanpa bercerai. Ia juga merawat anak angkat yang sayangi seperti anak sendiri, namanya Supar.
BACA JUGA: Ulama Dibunuh Teman Gara - Gara Depresi Bercerai dengan Istri
Sementara itu dari istri lain, suaminya mendapatkan dua orang anak. Bernama Is dan Satria. Ketiganya tumbuh bersama. Miskiah tak membedakan ketiganya.
Dari ketiga itu Supar memang yang paling dekat. Miskiah menyekolahkannya hingga sarjana. Bahkan saat Supar wisuda, ibu angkatnya datang mendampingi. Rasa bangga dirasakan Miskiah.
BACA JUGA: Detik â detik Kodok Bunuh Pacarnya, Diakhiri Kecupan di Kening
BACA JUGA: Digerebek Berkilah Salah Masuk Kamar, Ada Kondom Basah
Hingga tumbuh besar, tiga anak itu masih meminta pada Miskiah. Meski mereka bukan darah dagingnya Miskiah tetap berusaha memenuhi kebutuhannya. Mereka semua sudah dianggap seperti anak kandung sendiri.
Tetapi, pengorbanan berpuluh tahun Miskiah tiba-tiba hilang seketika. Balasannya tak terduga. Kemilau harta Miskiah rupanya telah membutakan mata anaknya. Supar beranggapan, jika Miskiah meninggal, hartanya bisa jatuh ke tangannya.
Supar kemudian mengatur siasat dengan melibatkan dua adiknya Is dan Satria. Supar yang telah merencanakan itu semua datang ke rumah Miskiah pada Kamis (2/5) malam.
Dia sengaja, membantu Miskiah mengemas barang dagangan. ”Dia melakukan itu untuk melihat situasi. Apakah sepi atau tidak,” beber Satria.
Nah, pukul 03.00 Wita, Supar melihat kondisi sekitaran rumah sepi. Lalu, ia menelpon Satria yang kemudian mengajak Is. Setelah itu, mereka membagi tugas. Is menjaga gerbang, Supar dan Satria masuk ke dalam rumah.
Supardi mematikan meteran listrik rumah Miskiah sehingga keadaan menjadi gelap. Itu dilakukan agar muka mereka tak ditandai. Supardi langsung memukul kepala Miskiah menggunakan balok.
Miskiah masih tersadar dan berupaya bangun. Tetapi, Supar tanpa ampun mengambil parang dan mengarahkan ke Miskiah.
Tak sadarkan diri. Miskiah langsung dieksekusi dengan cara digorok. Lalu, dia mengambil handphone milik korban. HP itu diberikan ke Is yang berjaga di pintu gerbang.
Kasus terungkap oleh Burhan, adik Miskiah. Burhan melihat kondisi Miskiah tak bernyawa usai salat subuh. ”Setiap pagi saya selalu mengantarkan jualan adik saya ke Pasar Sayang-sayang,” kata Burhan.
Dia melihat, kondisi ruko dan rumahnya tak dikunci. Dia semakin curiga ada sesuatu. ”Saat saya masuk ke rumah Miskiah. Saya kaget, melihat kondisi darah yang berceceran di lantai,” ungkapnya.
Saking panik, dia teriak meminta tolong ke warga sekitar. Warga pun berkerumunan dan menghubungi pihak berwajib. ”Siapa sih yang tega melakuka ini semua,” keluhnya sambil meneteskan air mata.
Kasatreskrim Polres Mataram AKP Joko Tamtomo mengatakan, pelaku juga sempat diperiksa. Tetapi, dia mengelak. “Penyidik banyak bertanya kepada Supar, tetapi dia pintar mengelak,” kata Joko.
Pelaku mengaku tidak pernah melakukan pembunuhan. Karena, pada malam itu dia tidak tidur bersama korban pada malam itu. Karena kurang kuat bukti, Polisi pun melepaskannya. Polisi tak patah arang. Mereka mencari jalan lain untuk mengungkap kasus itu.
Polisi melacak nomor imei Hp milik korban. Diketahui, Hp tersebut berada di wilayah Desa Gelanggang, Kecamatan Sakra, Lotim. ”Hp itu dipegang inak Gepat,” ujarnya.
Dari keterangan Inak Gepat, Hp tersebut didapatkan dari Is. Tak berselang lama, Is langsung dijemput guna diinterogasi. ”Dari pengakuannya, ia melakukannya bersama Supar dan Satria,” ungkapnya.
Supar langsung diburu. Saat ditangkap, Supar diberikan empat timah panas di kaki kanan dan kirinya. ”Saat ditanya, Supar masih saja mengelak. Setelah dihadirkan pelaku lainnya, Supar tak bisa mengelak lagi,” kata dia.
Supar mengatakan, awal dia merencanakan itu, saat dirinya emosi tak dibelikan motor. Dia melakukan itu semua supaya bisa menguasai hartanya. ”Saya khilaf Pak. Saya khilaf,” kata dia sambil meneteskan air mata.
Supar irit bicara saat ditanya. Dia menerima segala hukuman yang akan diterimanya. “Saya menyesal melakukan itu semua. Saya khilaf,” tutup dia.
Dari rentetan peristiwa itu, sudah diketahui motifnya. Mereka melakukan itu semua demi menguasai harta korban.
Semua proses pembunuhan itu direncanakan dengan sistematis. Mereka juga berniat melakukan pencurian dengan kekerasan sehingga menyebabkan korban meninggal dunia. ”Dapat dikenakan dengan pasal 365 ayat (3) KUHP,” kata Kapolres Mataram AKBP Saiful Alam.
Jika perbuatan mengakibatkan kematian, maka diancam dengan pidana penjara paling lama 15 tahun.
BACA JUGA: Sejumlah Fakta Miris Akibat Harga Tiket Pesawat Mahal
Selain itu, mereka juga dapat dikenakan pasal 340 KUHP. Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun.
”Saya rasa unsur itu semua sudah terpenuhi dari seluruh rangkaian peristiwa,” ucapnya. (Suharli/r2)
Simak Juga Video Pilihan Redaksi:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ayah Keji Bunuh Bayinya dengan Sadis
Redaktur & Reporter : Soetomo