Di Atas Kapal, Ibunda Pramugari Khairunissa Berdoa dan Menangis...

Senin, 23 Maret 2015 – 06:20 WIB
Tangis keluarga penumpang AirAsia QZ8501 luruh ketika acara upacara penghormatan untuk para korban dimulai di Selat Karimata Minggu (22/3). Foto: Gunawan Sutanto/Jawa Pos

PARA anggota keluarga korban pesawat AirAsia QZ8501 kemarin bersama-sama melepas duka dengan seremoni sederhana di atas laut di dekat lokasi tragedi tiga bulan lalu itu terjadi.
----------------
Gunawan Sutanto-Pangkalan Bun
----------------
BUKU Yasin merah itu dia baca. Sesekali bibirnya yang komat-kamit membaca untaian doa terhenti. Sapu tangan lantas diambilnya untuk mengusap air mata yang tak terbendung dari kelopak yang mulai keriput.

Itulah yang dilakukan Rohana, ibu pramugari AirAsia QZ8501 Khairunissa Haidar. Dia mengungkapkan, sejak anak bungsunya meninggal dalam tugas, buku Yasin tersebut senantiasa menemaninya.

BACA JUGA: Tetty Moedjiati, Nenek yang Dulu Hidup Berkecukupan tapi Kini Tinggal di Pos Ronda

Selain untuk mengirim doa bagi Si Adek (panggilan sayang Rohana buat Khairunissa), buku Yasin itu merupakan pengobat rindu. Sebab, foto Khairunissa dengan pakaian pramugari merah-merah sengaja dicetak di lembaran awal buku Yasin tersebut.

”Memang berat, tapi ibu berusaha mengikhlaskan kepergiannya,” ujar Rohana berusaha tegar saat menabur bunga di atas dek kapal feri Satya Lencana III. Dalam acara itu, Rohana datang bersama suami (Haidar Fauzi) dan anak sulungnya, Dayat Zein. Haidar dan Dayat memang terlihat lebih tegar. Ketika Rohana mulai menitikkan air mata, keduanya berupaya memeluk.

BACA JUGA: Mengunjungi Darren Baum, Pembuat Sepeda Paling Kondang di Australia

Rohana termasuk 98 orang yang dibawa manajemen AirAsia untuk doa bersama dan tabur bunga di muara Sungai Kumai kemarin. Kegiatan itu dimaksudkan sebagai bentuk penutupan misi search and rescue (SAR) Basarnas. Sebenarnya, misi tersebut telah berakhir 3 Maret lalu. Namun, atas permintaan AirAsia dan keluarga korban, misi SAR dilanjutkan hingga 11 Maret.

Basarnas menyatakan tidak bisa lagi memperpanjang misi karena secara institusi aturannya memang seperti itu. Nah, doa bersama dan tabur bunga di sekitar lokasi kejadian diharapkan manajemen AirAsia bisa mengobati kekecewaan para keluarga korban. Terutama yang jasad keluarganya belum ditemukan.

BACA JUGA: Timnas Terlemah Di Dunia Ini Rayakan Kemenangan di KFC

Sengaja keluarga tidak diajak ke lokasi tempat penemuan bangkai pesawat. Selain karena jauh, cuaca yang tak mendukung dikhawatirkan malah mengganggu fisik para peserta tabur bunga. Apalagi, secara psikis mereka masih begitu terpukul.

”Kami pilih muara Sungai Kumai ini karena airnya mengalir hingga laut tempat pesawat ditemukan. Harapan kami, doa dan harumnya bunga ini bisa sampai ke sana (lokasi penemuan pesawat, Red),” ujar Dirut AirAsia Indonesia Sunu Widyatmoko.

Para keluarga itu diangkut dengan kapal feri. Dibutuhkan waktu 1,5 jam dari Pelabuhan Panglima Utar ke muara Sungai Kumai. Di sepanjang perjalanan itulah tergambar bagaimana sebenarnya para keluarga masih terpukul karena kehilangan orang-orang yang dicintai. Meskipun mereka kadang masih bisa bercanda dan menikmati pemandangan laut.

”Duh, nek liak laut gini, rasane pengen nangis ae (kalau melihat laut begini, rasanya ingin menangis saja),” celetuk seorang perempuan di selasar kapal. Matanya terlihat sembap dan dia pun tak mau diwawancarai. Dia hanya mengaku salah seorang keluarga penumpang AirAsia yang jasadnya belum ditemukan.

Dalam acara itu juga terlihat keluarga Kapten Pilot Iriyanto. Antara lain sang istri RR Widya Sukati Putri, 48, dan dua anaknya, Angela Anggi Ranastianis, 25, serta Arya Galih Gegana, 8. Sepanjang perjalanan, si kakak yang 17 tahun lebih tua kerap menghibur adiknya. Dengan membawa tongsis, keduanya juga tampak beberapa kali berfoto selfie di selasar kapal.

”Setelah badan pesawat diangkat dan tidak ada harapan lagi, kami sekeluarga sudah ikhlas kalau jasad bapak tidak ditemukan,” ujar Angela. Karena itu, keluarganya menyambut positif ketika AirAsia menyelenggarakan acara doa dan tabur bunga di sekitar lokasi kejadian.

Angela menjelaskan, kondisi keluarganya kini jauh lebih tegar daripada ketika masih awal-awal pencarian pesawat. Bahkan, adiknya pun tetap ingin menjadi pilot sesuai cita-cita Iriyanto. ”Kami semua sudah menyadari bahwa ini risiko dari tugas,” tuturnya.

Namun, ketegaran Angela tersebut mulai luruh ketika kapal berhenti di muara Sungai Kumai. Saat itu acara inti dimulai, yakni upacara penghormatan untuk para korban. Upacara yang dipimpin Kepala Basarnas F.H.B. Soelistyo tersebut berlangsung di atas dek kapal.

Ketika doa dipanjatkan bergantian oleh para pemuka agama, tetes air mata para keluarga mulai tak terbendung. Lebih-lebih saat tabur bunga. Lagu Gugur Bunga yang mengiringi acara membuat para keluarga, kru AirAsia, dan para undangan tak bisa menahan tetes air mata. Termasuk Widya dan Angela. Air mata keduanya terus berurai.

Ketika melakukan tabur bunga, Widya sempat memanggil anak bungsunya yang tidak ikut ke atas dek kapal. Kru AirAsia membawa Arya mendekat ke ibu dan kakaknya di dek atas. ”Dik, sini doakan papa sambil taburkan bunganya,” ajak Widya lirih.

Bocah kelas II sekolah dasar itu hanya mengangguk, menuruti perintah ibunya. Sementara kakaknya, Angela, terus menangis sambil memegang pagar dek kapal.

Para kru AirAsia juga larut dalam duka. Pilot, pramugari, mekanik, ground staff, dan bagian lainnya berpelukan dengan beberapa keluarga penumpang. Mereka berupaya saling menguatkan. Seperti tulisan dalam baju yang digunakan para kru: ”Together We Stand. All for One, One for All”.

Bukan hanya bunga yang ditabur para keluarga. Ada juga yang ikut melarung barang-barang kenangan korban. Misalnya, ada yang melarung boneka Hello Kitty berukuran besar dari selasar lantai 2. Beberapa penumpang bahkan membawa tambahan bunga dari Surabaya.

Ronny Martan, salah seorang keluarga penumpang, mengaku masih sangat berharap operasi dilanjutkan. Sebab, masih ada dua anggota keluarganya yang belum ditemukan. Namun, dia memahami bahwa hal itu tak mungkin dilakukan Basarnas.

Dalam peristiwa tersebut, Ronny kehilangan tiga keluarganya, yakni paman dan bibi beserta satu anak mereka. ”Jasad yang ketemu hanya satu, yakni bibi saya. Tapi, bagaimana lagi, semua sudah berbuat yang terbaik. Termasuk AirAsia,” ujar pria asal Dompu, NTB, yang berdomisili di Surabaya itu.

Keluarga korban lainnya, Lucas Joko Pramudyono, mengatakan bahwa sejauh ini pelayanan yang diberikan AirAsia cukup responsif. Dia mencontohkan bagaimana keinginan keluarga korban agar operasi tetap dilanjutkan bisa dengan cepat disampaikan ke Basarnas. ”Dengan adanya perpanjangan operasi pencarian kemarin, saya rasa ini kegiatan rescue yang paling panjang,” ucapnya.

Laki-laki asal Malang itu juga mengapresiasi kegiatan doa bersama dan tabur bunga di sekitar lokasi kejadian. Menurut Lucas, tidak semua keluarga korban bisa melakukan kegiatan tersebut secara sendiri-sendiri. Dalam insiden 28 Desember 2014 itu, Lucas kehilangan satu orang keluarganya, Nanang Priyo Widodo. Untungnya, jenazah Nanang telah ditemukan di sekitar badan pesawat.

Lucas sempat didapuk memberikan sambutan mewakili anggota keluarga korban lainnya. Dia mengungkapkan, tak mudah memang menghapus duka karena kehilangan orang tercinta. ”Kami memang kehilangan keluarga, sulit melupakan itu.

Namun, dari peristiwa ini, kami mendapatkan ratusan keluarga baru. Baik itu sesama keluarga korban maupun pihak-pihak lain yang selama ini membantu operasi SAR AirAsia,” paparnya. (*/c9/kim)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemain Korsel yang Merana Gajinya Rp 700 Juta tak Kunjung Dibayarkan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler