Pada Juli tahun lalu, Varun* melihat tren baru di antara teman-temannya, mereka merokok tanpa kelihatan rokok, hanya asap yang mengepul di sekitar kepala mereka.

Rasa 'rokok' itu adalah anggur, markisa, leci, mangga, teh susu, semangka. 

BACA JUGA: Soal Polemik Peraturan Rokok, Kemenkumham Ingatkan Hal ini

Sudah enam tahun Varun bekerja di toko yang menjual produk tembakau di kota Sydney. 

Menurutnya, vape sekali pakai tidak hanya menjadi tren di antara teman-temannya, penjualannya memang seringkali laku keras dari toko tempatnya bekerja dalam dua setengah tahun terakhir ini.

BACA JUGA: Nestapa Pekerja Migran di Singapura, Mati Rasa karena Lockdown

"Pertama kali saya mulai tahu kalau itu populer adalah ketika penjualan rokok hanya naik 20 persen dan penjualan vape naik menjadi 80 persen," katanya.

Varun mengatakan alasan kenapa Vape menjadi popular adalah karena tersedia dalam berbagai rasa dan harga yang murah.

BACA JUGA: Begini Cara Bea Cukai Agar Masyarakat Paham Ketentuan Pajak

"Harga sebungkus rokok AU$25 [lebih dari Rp250 ribu], kan? Tapi vape yang bisa diisap sampai 600 kali hanya dengan AU$15 [lebih dari Rp150 ribu."

Varun mengatakan ia tidak menjual vape kepada anak di bawah umur. Ia seringkali meminta ID, tapi sekarang ia juga melihat beberapa orang tua mencoba membeli untuk anak-anaknya.

"Satu pasangan datang ke toko kami dan beli vape untuk diri mereka sendiri, tetapi anak-anak mereka juga mengatakan 'saya juga ingin satu rasa semangka' dan mereka memperbolehkannya."

"Saya rasa tidak belum berusia lebih dari 15 tahun." Peraturan akan diperketat

Menurut hukum di Australia menjual vape sekali pakai atau segala jenis nikotin kepada anak-anak adalaj ilegal.

Di New South Wales dengan ibu kota Sydney, hukuman maksimum untuk menjual produk nikotin kepada anak di bawah umur adalah denda senilai AU$11.000, atau lebih dari Rp100 juta untuk pelanggaran pertam, kemudian AU$55.000, atau lebih dari Rp55 juta untuk pelanggaran kedua atau berikutnya. Ini berlaku juga di negara bagian lain.

Di seluruh penjuru Australia, warga dari segala usia dilarang membeli atau menjual vape sekali pakai atau e-liquid yang mengandung nikotin.

Membawa atau menggunakan produk ini tanpa resep adalah ilegal di semua negara bagian, kecuali Australia Selatan.

Namun, ada celah hukum yang saat ini memungkinkan orang mengimpor vape sekali pakai yang mengandung nikotin dari luar negeri dengan alasan untuk penggunaan non-terapeutik.

Tapi mulai 1 Oktober aturan baru akan berlaku.

Siapa pun yang menginginkan vape dengan nikotin harus memiliki resep dokter, di mana pun mereka berada di negara ini.

Mengapa perubahan ini diterapkan? Karena Pemerintah Australia ingin membatasi penggunaan vape di kalangan anak muda, sekaligus mengimbau agar kebiasaan merokok dihentikan.

Varun sadar apa yang dia lakukan adalah ilegal, tetapi dia mengaku tidak terlalu mengkhawatirkannya.

"Saya tidak merasa takut menjual vape karena orang-orang membelinya [dan] semua orang menjualnya," katanya.

"Orang-orang tahu mereka dapat datang ke penjual tembakau mana pun dan mendapatkannya. Tapi bukan hanya penjual tembakau, ada juga di toko serba ada, pompa bensin, ada di mana-mana, termasuk online." Lantas bagaimana dengan saran medis?

Beberapa organisasi kesehatan Australia, seperti Australian Medical Association (AMA), Cancer Council Australia dan Australian Council on Smoking and Health mengatakan ada semakin banyak bukti vaping bisa berbahaya bagi kesehatan kita.

AMA mengatakan tidak ada tingkat penggunaan nikotin yang "aman", sementara menurut Royal Australian College of GPs berpendapat dampak kesehatan jangka panjang dari vaping masih belum jelas.

Hingga saat ini masih ada juga perdebatan apakah vape bisa membantu orang berhenti merokok.

"Kami tahu ketika Anda vaping, apakah itu dalam bentuk sekali pakai atau rokok elektronik yang biasa, maka kita menghasilkan sejumlah kecil senyawa yang beracun bagi manusia, dan seharusnya tidak dihirup dalam keadaan apa pun, jika dapat dihindari," kata Dr Jody Morgan, ahli toksikologi dan peneliti di University of Wollongong.

Dr Morgan juga mengatakan vape sekali pakai sangat berbahaya karena tingginya kadar nikotin dan karena tidak selalu jelas bahan apa yang digunakan dalam produk ini.

Di bawah undang-undang baru nantinya, vape yang dibawa ke Australia harus mencantumkan semua bahan yang ada di dalamnya.

"Jadi untuk seseorang yang belum merokok, vaping bukanlah ide yang baik. Anda memasukkan hal-hal ke dalam tubuh Anda yang berpotensi membahayakan Anda dan kami tidak tahu apa efek jangka panjangnya," katanya.

Tetapi Dr Morgan mengatakan hal yang diterima oleh banyak kalangan, yakni perokok beralih ke vaping adalah sebuah langkah positif.

"Ada lebih sedikit formaldehyde, acetaldehyde, dan aseton dalam rokok elektrik daripada yang ada di rokok tembakau tradisional."

Sementara itu organisasi kesehatan prihatin karena rokok elektronik seperti vaping menormalkan tindakan merokok dan menarik minat kaum muda.

Menurut survei obat nasional terbaru, lebih dari setengah juta orang Australia menggunakan vape, naik dari sekitar 240.000 pada tahun 2016. Dan banyak dari pengguna tersebut adalah anak di bawah umur.

Australian Drug Foundation mencatat dari kalangan kelompok 18-24 tahun, hampir dua dari tiga adalah perokok saat ini dan satu dari lima non-perokok telah mencoba vape.

Sekitar 14 persen dari anak berusia 12 hingga 17 tahun telah mencoba vape, dengan sepertiga dari mereka menggunakannya dalam sebulan terakhir.

Pelajar yang paling sering mengisap vape mengatakan vape terakhir yang mereka gunakan berasal dari teman, saudara atau orang tua. Didorong oleh media sosial

Media sosial telah menjadi pasar besar bagi penjual dan pembeli vape.

Laporan Hack dari ABC mencatat algoritme tiktok mempromosikan video produk ke pengguna yang dianggap tertarik dengan vaping.

Kemudian dari sana, pembeli dapat mengikuti tautan untuk melakukan pemesanan melalui situs, akun Instagram, dan nomor Whatsapp.

Beberapa pemuda Australia, yang tidak mau identitasnya disebutkan, mengatakan mereka tidak tahu jika vape mengandung nikotin di Australia adalah ilegal, atau mereka sama sekali tidak peduli.

"Saya tahu itu ilegal untuk dibeli, namun saya dan teman-teman saya tidak menganggapnya serius karena kita bisa ke toko mana pun dan membelinya," kata seorang pengguna vape berusia 24 tahun.

*Nama diubah untuk alasan menjaga kerahasiaan identitas

Artikel ini dirangkum dan diproduksi oleh Mariah Papadopoulos dari laporan Hack

Simak! Video Pilihan Redaksi:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bea Cukai di Dua Wilayah Ini Musnahkan Rokok dan Miras Ilegal

Berita Terkait