Vila-vila yang 'Insta-grammable', resor mewah, dan proyek pariwisata besar yang melayani generasi baru kedatangan orang asing.

Pantai ini dinobatkan sebagai "pantai terindah di dunia", tetapi sebagian besar dari ribuan wisatawan yang datang setiap hari tidak pernah menginjakkan kaki di sana.

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Lagi-Lagi Donald Trump Jadi Sasaran Percobaan Pembunuhan?

Sebagian besar pengunjung sudah puas hanya dengan mengambil swafoto pemandangan puncak tebing yang menjulang tinggi dikelilingi air biru murni di bawahnya untuk konten Instagram.

Kebanyakan orang memilih untuk tidak menempuh perjalanan 30 menit menyusuri jalan setapak yang tidak stabil ke bawah.

BACA JUGA: Wajah Baru

Perjalanan pulangnya bahkan lebih sulit.

Namun, dengan bantuan perusahaan Tiongkok, pemerintah daerah yang bertanggung jawab atas Pantai Kelingking kini tengah membangun lift kaca dan anjungan pandang sepanjang 182 meter.

BACA JUGA: Sepatu Buatan Indonesia Incar Peluang di Pameran Perlengkapan Militer di Australia

Lift dan anjungan pandang ini akan menjadi fasilitas permanen untuk menarik lebih banyak pengunjung ke sana dan menambah pendapatan pariwisata untuk Pulau Nusa Penida.

"Anda bisa memberi saya 100 juta dolar dan saya tetap tidak akan pernah naik lift itu," ujar Niluh Djelantik, senator yang baru terpilih dan aktivis media sosial terkemuka di Bali.

"Pantai Kelingking sudah cantik apa adanya, dan bagi sebagian orang, untuk menikmatinya mereka harus berusaha keras untuk mendaki ke bawah untuk melihat keindahan di sana," katanya.

"Anda harus bekerja keras untuk sampai ke bawah. Tidak bisa begitu saja membangun lift di sana."

Niluh tidak sendiri. Warga di Nusa Penida percaya bahwa lift kaca tersebut akan merusak pemandangan.

Namun, yang lain melihat potensinya.

"Pembangunan ini akan memberikan lebih banyak pendapatan bagi pemerintah daerah kami, lebih banyak kesempatan kerja bagi kami dan lebih banyak infrastruktur bisa dibangun di sini," kata I Putu Gunasta, pedagang yang menjalankan toko kecil hanya beberapa meter dari pekerja konstruksi.

Jumlah wisatawan Bali tahun ini mendekati tingkat sebelum COVID.

Foreign Correspondent: Mitch Woolnough

Perdebatan mengenai lift ini memicu percakapan yang lebih luas di Bali: membangun atau tidak membangun.

Sejak pandemi mengunci pulau tersebut berikut perekonomiannya yang bergantung pada pariwisata dari dunia, Bali kini berusaha mengejar ketertinggalannya.

Jumlah pengunjung mancanegara dengan cepat kembali ke angka sebelum COVID. Pemerintah berharap rekor kunjungan ini akan terpecahkan pada 2024.

Menteri Pariwisata Indonesia Sandiaga Uno tahun ini berjanji untuk menjadikan Bali "pilihan pertama dunia" untuk pariwisata, dan berharap jumlahnya dapat melampaui enam juta pengunjung asing.

Dan usaha untuk menarik pengunjung jangka panjang seperti pengembara digital telah menimbulkan ledakan penghuni vila hunian yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Meski pendapatan dari pengunjung asing yang diterima pulau tersebut membantu perekonomian lokal, beberapa orang khawatir budaya dan keindahan alam Bali yang unik kini terancam seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya.Kemunculan vila yang 'Insta-grammable'

Arthur Richard, warga Prancis berusia 26 tahun, adalah salah satu warga yang membantu membangun "Bali baru."

Agen real estat muda ini telah tinggal di Bali selama enam tahun dan memahami mengapa begitu banyak orang lain ingin tinggal di sana.

"Ini karena adanya sensasi kebebasan yang tidak ada duanya di dunia," katanya.

Arthur adalah salah satu pemimpin perusahaan Alex Villas, salah satu perusahaan pengembang properti paling produktif di Bali.

Perusahaan yang dikelola warga Ukraina tersebut memiliki delapan kompleks vila dan apartemen yang sudah selesai dibangun atau sedang dibangun, sebagian besar di sekitar kawasan pesisir Canggu.

"Canggu adalah kota ekspatriat, kota bisnis, dan punya klub pantai terkenal, semua orang ingin ke sini," kata Arthur. "Banyak selebritas datang ke Bali; ini seperti Ibiza-nya Asia."

Kompleks terbaru ini memiliki luas 4.000 meter persegi di samping sawah, dan akan menampung 89 unit dengan kolam renang pribadi dan sauna di atap.

"Cocok banget untuk jadi konten Instagram," katanya, sambil mengajak saya berkeliling di salah satu vila mereka.

Video Instagram – yang beberapa di antaranya menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Rusia – mempromosikan apartemen berlayanan modern berperabotan lengkap kepada investor luar negeri, yang dapat membelinya hanya dengan harga $US200.000.

Namun, karena sebagian besar WNA dilarang membeli tanah di Bali, vila-vila tersebut hanya memiliki izin sewa jangka panjang, biasanya antara 25 dan 50 tahun. Tanahnya akan dikembalikan kepada pemilik Indonesia pada akhirnya, meskipun tetap ada unit di atasnya.

Selama enam tahun tinggal di Bali, Arthur telah menyaksikan perubahan "besar", misalnya bagaimana sawah di sekitar Canggu yang perlahan menghilang karena diratakan untuk dibangunnya apartemen.

"Saya berharap di depan akan ada lebih banyak pembangunan, tetapi dengan cara yang berkelanjutan," katanya. "Targetnya bukan untuk menjadikan Bali seperti New York City atau London."Memusnahkan persawahan

Beberapa penghuni Bali di pulau itu percaya bahwa semuanya sudah terlambat.

"Dari surga ke neraka" adalah bagaimana penganut paham Chakra Widia menggambarkan perubahan yang terjadi di kampung halamannya di Ubud dalam beberapa tahun terakhir.

Kota pedalaman ini telah lama menarik wisatawan karena hamparan sawahnya yang tenang dan iklim yang lebih sejuk.

Namun, banyaknya pembangunan sudah terjadi di pedalaman Bali, dengan banyak petani menjual atau menyewakan tanah mereka untuk dibangun yang menampung para perantau digital dari luar negeri.

Banyak perusahaan bahkan berhasil mengajukan permohonan kepada pemerintah daerah agar zona hijau untuk melestarikan lahan pertanian diubah, dan bahkan ada juga yang tidak memiliki izin.

Pemandangan hamparan sawah yang hijau merupakan salah satu keinginan utama para pembeli properti.

Foreign Correspondent: Mitch Woolnough

Jalan-jalan utama kota dekat hutan monyet yang terkenal kini sering kali dipadati mobil dan sepeda motor.

Perjalanan ke bandara, yang hanya berjarak 35 kilometer, sering kali dapat memakan waktu lebih dari dua jam.

"Banyak artis yang datang ke Bali; saat ini Bali seperti Ibiza di Asia."

Chakra Widia yakin perkiraan pemerintah tentang hilangnya sekitar 1.000 hektar lahan pertanian di Bali setiap tahunnya terlalu konservatif.

Ia juga mengatakan aktivis sosial yang ingin menghentikan pembangunan pariwisata tidak didengar.

"Kami merasa sangat kecil, dan apa pun yang kami coba lakukan tidak akan ada yang mendukung," katanya.

"Kami tidak punya posisi tawar, jadi kami harus menyaksikan sawah-sawah ini berubah menjadi beton, dan merasa putus asa."

PERUBAHAN BALI: Timelapse ini menunjukkan pembangunan Bali dalam 20 tahun terakhir.

Namun, tidak semua orang merasakan keuntungannya.

I Nyoman Larsia, yang berusia lima puluh lima tahun, memiliki sekitar 60 hektar lahan pertanian yang telah dimiliki keluarganya selama 300 tahun.

Turis yang bersepeda sering melewati sawah ini dan membantu para petani memperoleh penghasilan tambahan.

Ia bertekad untuk tidak menjualnya, tetapi mengatakan kedua anaknya yang sudah dewasa tidak ingin bekerja di ladang, dan tidak dapat mencari nafkah meskipun mereka melakukannya.

"Kesenjangan antara mereka yang bekerja di industri pariwisata dan petani semakin melebar," katanya.

Bahkan I Nyoman sendiri tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup dari bercocok tanam padi, jadi ia juga bekerja di bidang konstruksi, membantu membangun vila-vila.

Namun ia tetap tidak ingin menjualnya, meski tekanan dari para pialang tanah yang datang beberapa bulan sekali menawarkan harga yang semakin tinggi untuk ladang-ladangnya.

"Ada yang mencoba mengintimidasi saya, menyebut saya bodoh karena tidak menjual," katanya.

"Tetapi bagi saya, tanah itu milik keluarga saya, warisan dari leluhur saya. Saya tidak takut dengan para pialang atau investor."Pembangunan destinasi Bali selanjutnya

Sejak tahun 1980-an, Bali telah merangkul pariwisata berskala besar, dengan zona khusus untuk resor yang didirikan di sebelah selatan bandara di Nusa Dua.

Pantai Kuta tadinya menjadi titik fokus warga Australia, sebelum pembangunan menyebar lebih jauh ke utara di sepanjang pantai hingga Seminyak.

Penyebaran vila dan klub pantai kemudian berlanjut sampai ke Canggu, dengan kemacetan lalu lintas yang semakin parah.

Sekarang, dengan bertambah banyaknya pembangunan di Canggu, tempat wisata juga semakin banyak dibangun di sepanjang pantai.

Sejak tahun 2021, investor teknologi dan pendidikan asal Rusia Sergey Solonin telah mengubah hampir 50 hektar lahan tepi pantai di Nyanyi menjadi apa yang dijuluki "kota kreatif".

Proyek senilai $US350-400 juta, bernama Nuanu tersebut mencakup pembangunan klub pantai, hotel, sekolah, peternakan alpaka, ruang kreatif, dan vila.

"Kami harus menyaksikan sawah ini berubah menjadi beton dan merasa putus asa."

Sergey mengatakan sulit bagi orang lain untuk memahami visi tersebut ketika ia pertama kali mulai mengerjakannya selama awal pandemi COVID.

"Penduduk setempat mengira saya gila dan masih menganggap saya gila karena ini adalah proyek yang sangat rumit," katanya.

"Bali adalah tempat tinggal terbaik di dunia, saya memilihnya dari 23 destinasi, jadi saya ingin mencoba dan membangun sesuatu yang istimewa di sini, kota untuk komunitas kreatif."

Baru-baru ini Nuanu menghadirkan duo folk Australia Angus dan Julia Stone sebagai bintang utama dalam festival tiga hari yang menggabungkan sesi kebugaran, set DJ, dan instalasi seni.

Sergey mengatakan ia dan mitranya berencana untuk membangun hanya di 30 persen lahan, meskipun peraturan mengizinkan mereka untuk membangun hingga 60 persen dari lahan tersebut.

Sergey Solonin mengambil inspirasi dari festival Burning Man untuk Nuanu.

Foreign Correspondent: Mitchell Woolnough

"Dalam hal ini, ini tidak seperti proyek pembangunan biasa," katanya, seraya mengatakan ia ingin menambah jumlah anak-anak Bali yang bersekolah di sekolah yang baru dibuka di lokasi tersebut.

Janji pembangunan dengan kepadatan rendah telah menimbulkan kekhawatiran para pegiat konservasi tentang hilangnya lahan di Bali.

Namun, proyek baru tersebut dijual dengan cara yang menggoda, dan rambu yang sedang dibangun mengiklankan pembangunan vila baru di dekat Nuanu, yang menandakan bahwa Nyanyi dapat menjadi daerah tujuan wisata berikutnya di Bali.

Pemerintah daerah Bali mendukung hal ini.

"Pariwisata masih merupakan bisnis inti kami," kata I Wayan Adi Arnawa, wakil bupati Badung, daerah pemerintahan daerah yang mencakup banyak daerah wisata paling populer di Bali.

Ia mengakui bahwa pemanfaatan ruang menjadi tantangan tersendiri, dan menegaskan bahwa pemerintah daerah Badung sudah menindak orang-orang yang melanggar izin mereka.

"Bukan berarti aturan tidak ditegakkan, ada tindakan yang kami ambil, seperti merobohkan bangunan atau mengarahkan pembangun untuk membangun sesuai dengan izin," katanya.

Namun, ia mengakui kapasitas penegak hukum untuk memeriksa dan memantau semua pembangunan terbatas.

Arnawa yang merupakan orang baru dalam politik Bali mengatakan akan menyalonkan diri di pilkada.

Ia akan fokus pada Isu-isu yang berkaitan dengan pembangunan cepat.

Dengan kampanye pemilihan umum yang sedang berlangsung, penjabat gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya mengusulkan untuk menghentikan sementara pembangunan hotel, vila, dan klub pantai di beberapa daerah tersibuk di Bali, termasuk Kuta, Seminyak, Canggu, Uluwatu, Ubud, dan Tabanan.

Namun, tidak ada batas waktu yang diberikan dan hal itu tidak akan menghentikan penyebaran pembangunan di tempat lain di pulau itu.

Untuk saat ini, pembangunan berskala besar akan terus berlanjut.

Kembali di Pantai Kelingking, kemarahan Niluh Djelantik memuncak saat membicarakan politisi Bali dan apa yang dilihatnya sebagai mentalitas membangun dengan segala cara.

"Tugas saya adalah membangunkan mereka dan menampar wajah mereka serta memberi tahu mereka bahwa Anda punya pekerjaan yang harus dilakukan," katanya.

"Bali adalah satu-satunya tempat yang kita miliki. Dan mereka telah merusak keindahan alam pulau ini. Ada cara lain untuk menghasilkan uang."

Saksikan liputan ini dalam program Foreign Correspondent berjudul Eat, Pray, Build di ABC TV dan ABC iview.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelaku Kekerasan Seksual di Kereta Komuter Akan Masuk Daftar Hitam dan Dilarang

Berita Terkait