Di Depan Generasi Milineal, Bamsoet Jelaskan Perbedaan Pemimpin Adil dan Zalim

Selasa, 31 Agustus 2021 – 17:34 WIB
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR Bambang Soesatyo mengapresiasi ditetapkannya SMA Muhammadiyah 3 Jakarta sebagai sekolah rujukan nasional.

Penetapan sejak 2018 itu menunjukkan pengakuan negara sekaligus masyarakat atas penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas.

BACA JUGA: MPR di Usianya ke-76 Tahun, Bamsoet: Selalu di Tengah Rakyat

"Civitas akademika SMA Muhammadiyah 3 Jakarta juga mampu membangun jaringan dan hubungan kerjasama dengan berbagai entitas pendidikan, baik dari dalam maupun luar negeri," kata Bamsoet dalam Kuliah Umum Kepemimpinan Masa Depan yang digelar SMA Muhammadiyah 3 Jakarta secara virtual, Selasa (31/8).

Bamsoet memuji SMA Muhammadiyah 3 Jakarta memiliki keunggulan yang dapat dijadikan sebagai role model bagi sekolah-sekolah sederajat lainnya.

BACA JUGA: Bamsoet Desak Pemerintah Berantas Pinjol Ilegal

Tidak heran jika sekolah tersebut dicitrakan sebagai school of leadership.

"Sekolah bagi generasi muda pilihan, calon pemimpin bangsa, dengan visi mempersiapkan calon pemimpin masa depan yang berakhlakul karimah, berilmu, dan berdaya saing global," ujarnya.

BACA JUGA: Bamsoet Ajak Semua Komponen Bangsa Tangguh Hadapi Masa Pandemi

Menurut Bamsoet, modal penting mencapai kemajuan optimal harus mengedepankan sinergi dalam membangun kolaborasi.

"Terlebih tantangan dalam dunia pendidikan ke depan akan semakin kompleks dan dinamis, khususnya dalam menyikapi globalisasi, sehingga perlu pengembangan sekolah yang berwawasan global," kata Bamsoet lagi.

Ketua DPR RI ke-20 ini meyakini dari SMA Muhammadiyah 3 Jakarta dan berbagai institusi pendidikan lainnya akan lahir anak bangsa yang memiliki spirit kepemimpinan yang adil dan amanah, dengan tidak lupa bernafaskan Pancasila sebagai ideologi dan jati diri bangsa.

Di depan generasi milineal, Bamsoet juga menjelaskan perbedaan pemimpin adil dengan yang zalim.

Dalam konteks keagamaan, kata Bamsoet, pemimpin yang adil dan amanah dapat dicari rujukannya dalam kepemimpinan para tokoh alim ulama.

Pemimpin yang adil dan amanah akan mendapatkan tempat yang sangat mulia di sisi Tuhan.

Sebaliknya, pemimpin yang zalim diibaratkan sebagai noda bagi agama.

"Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, hadirnya pemimpin yang adil dan amanah akan bermuara pada lahirnya kepercayaan rakyat," kata Bamsoet lagi.

Melalui kepercayaan inilah, lanjut dia, kepemimpinan akan berjalan efektif dan berdampak pada optimalisasi berbagai program pembangunan yang bertujuan membawa kemanfaatan bagi rakyat.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menjelaskan, dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, terdapat prinsip good and clean governance (pemerintahan yang baik dan bersih) untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang adil dan amanah.

Menekankan kepada penyelenggaraan tata kelola pemerintahan untuk menjalankan keterbukaan (transparansi), pertanggungjawaban (akuntabilitas), kepercayaan (reliabilitas), kemudahan akses (aksesibilitas), penghormatan terhadap hukum, serta budaya melayani dan mengabdi pada kepentingan publik.

"Transparansi menghindarkan potensi terjadinya pratik penyelewengan dan korupsi," tegasnya.

Bamsoet memaparkan, akuntabilitas mengamanatkan pejabat publik untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan setiap tugas dan wewenang yang diembannya kepada publik.

Sedangkan reliabilitas mendorong terwujudnya kepercayaan publik terhadap penyelenggaraan pemerintahan.

"Aksesibilitas membangun sinergi antara responsivitas pemerintahan dalam menangkap aspirasi publik, dengan tingkat partisipasi publik dalam setiap kebijakan," jelas Bamsoet.

Bamsoet menambahkan, penghormatan terhadap hukum dimanifestasikan dalam jaminan kepastian dan perlindungan hukum.

Kesetaraan perlakuan hukum yang konsisten dan tidak diskriminatif, serta pemenuhan kebutuhan hukum yang responsif, sehingga dapat menjawab kebutuhan masyarakat.

Dia mengatakan, adanya budaya melayani dan mengabdi pada kepentingan publik sebagai konsekuensi logis dari pemaknaan bahwa pejabat publik adalah abdi masyarakat.

"Pemimpin yang adil harus mampu menempatkan segala sesuatu sesuai kedudukan, proporsi dan fitrahnya," bebernya.

Pemimpin yang adil tidak akan menyalahgunakan kekuasaannya untuk menindas dan berbuat sewenang-wenang, serta senantiasa menempatkan hukum sebagai panglima dalam setiap tindakan dan kebijakan," tutur Bamsoet.

Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) ini menekankan, pada hakikatnya setiap diri adalah pemimpin, baik pemimpin bagi masyarakat, bagi keluarga, atau setidaknya pemimpin bagi diri sendiri.

Pada saatnya nanti, kata Bamsoet, setiap diri akan dimintai pertanggungjawabannya.

"Maka belajar bersikap adil dan amanah, sesulit apa pun itu, adalah suatu keniscayaan yang harus diperjuangkan," tegasnya.

Bamsoet menambahkan, konsep adil dan amanah mengikat kita dalam tiga aspek pertanggungjawaban, yaitu pertanggungjawaban kepada Tuhan, kepada sesama manusia, dan diri sendiri.

"Kesadaran ini akan menjadi pengingat bagi kita untuk lebih berhati-hati dalam bersikap dan berbuat, khususnya ketika mendapatkan amanah dan dipercaya menjadi seorang pemimpin," pungkas Bamsoet.

Hadir dalam kuliah umum tersebut, yaitu Kepala SMA Muhammadiyah 3 Jakarta Achmad Saifuddin, guru, siswa, dan segenap keluarga besar civitas Akademika SMA 3 Muhammadiyah Jakarta. (mar1/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bicara di Webinar Perang Bubat, Bamsoet: Perlu Kritis Memaknai Teks Sejarah


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Tim Redaksi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler