Di Hadapan Puluhan Pemred, Dahlan Berbagi Tips Memotivasi Wartawan

Kamis, 28 Agustus 2014 – 21:52 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Di sela-sela kesibukan sebagai menteri, Dahlan Iskan ternyata masih mengenang masa mudanya ketika menjadi jurnalis. Dulunya, karier Dahlan memang dimulai sebagai calon reporter sebuah surat kabar kecil di Samarinda, Kalimantan Timur pada tahun 1975.

Tahun 1976, ia menjadi wartawan majalah Tempo. Terakhir, sejak tahun 1982, ia memimpin surat kabar Jawa Pos yang kini digantikan anaknya.

BACA JUGA: Politisi Golkar Ingatkan Jokowi Tak Dorong PDIP Khianati Wong Cilik

Melanglang buana di dunia jurnalis sejak lama membuat Dahlan tahu tips dan cara kerja seorang wartawan. Dahlan pun mengajarkan bahwa seorang jurnalis tidak boleh bergantung pada perekam suara. Sebab, jurnalis  harus mengandalkan tulisan tangan dan ingatan.

Pesan itulah yang disampaikan Dahlan saat menghadiri acara forum pemimpin-pemimpin redaksi JPNN Group di Jakarta, Kamis, (28/8).”"Jangan ajarkan wartawan bergantung pada perekam. Dia akan menjadi tidak fokus. Dia harus menulis sendiri dan mengandalkan ingatannya. Kalau ada apa-apa dengan perekamnya bagaimana, karena dia telanjur tidak fokus," ujarnya.

BACA JUGA: Jokowi-JK Kompak Bungkam Soal Kenaikan BBM

Menurut Dahlan, narasumber cenderung terganggu jika disodori terlalu banyak alat perekam. Selain itu, catatan dengan tulisan tangan juga membuat narasumber meyakini bahwa setiap perkataannya didengar oleh sang wartawan.

Beberapa pemiimpin redaksi yang hadir di acara itu pun tersenyum dan mengangguk-angguk tanda setuju pada ucapan Dahlan. Tak banyak yang menampik bahwa saat ini wartawan memang cenderung bergantung pada perekam suara.

BACA JUGA: Pendaftar CPNS Online Terus Bertambah

Selain itu, Dahlan mengingatkan bahwa perusahaan media, terutama pemimpin redaksi dan koordinator liputan harus jeli terhadap  kehidupan pribadi wartawannya. Pasalnya, emosi yang dimiliki wartawan sangat mempengaruhi kinerja dan tulisan yang dihasilkan.

"Jadi koordinator liputan harus tahu kapan wartawannya stres, senang, atau kapan wartawannya lagi patah hati atau mungkin sedang jatuh cinta. Korlip harus tahu itu, karena redaktur belum tentu memiliki waktu untuk mengenal para wartawannya," sambung Dahlan dan diikuti tawa para pemred.

Dahlan juga mengingatkan agar perusahaan media massa memperhatikan gaji wartawan berprestasi sehingga memotivasi kinerja pekerja lainnya. "Jangan disamakan gajinya. Kalau memang bekerja baik prestasinya, berikan gaji yang sesuai," tegas Dahlan.

Meski pernah menjadi CEO Jawa Pos Group, Dahlan mengungkapkan bahwa hal yang disampaikannya hanya sekadar masukan semata. Ia tidak meminta semua perusahaan media massa harus melaksanakan apa yang disampaikannya. Dahlan berharap dunia jurnalistik tetap berkembang ke depan dengan wartawan-wartawan yang handal.(flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Utang Meningkat, Dahlan Tagih Laporan Direksi Garuda


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler