Di Tengah Keterbatasan Masih Bisa Ucapkan Alhamdulillah

Minggu, 22 Januari 2017 – 09:29 WIB
Ilustrasi. Foto: JPNN

jpnn.com - jpnn.com - Nelayan di Kutai Timur, Kalimantan Timur, harus memahami semua peristiwa di laut.

Salah satu peristiwa yang paling wajib  ialah gelombang laut.

BACA JUGA: Akibat Kebijakan Bu Susi, Nelayan Menyesal Pilih Jokowi

Informasi mengenai gelombang laut sangatlah penting bagi berlangsungnya kelancaran aktivitas nelayan.

Faktor yang paling dominan terhadap gelomban laut ialah angin.

BACA JUGA: Punya Banyak Utang, Nelayan Masih Ingin Pakai Cantrang

Gelombang laut sangat erat kaitannya dengan angin musiman.

Pada saat monsun Asia yakni Desember-Januari-Februari dan Monsun Australia sepanjang Juni-Agustus, gelombang laut lebih tinggi daripada saat peralihan bulan Maret-April-Mei dan September-Oktober-November.

BACA JUGA: Duh...Cuaca Buruk, Nelayan Beralih jadi Buruh Bangunan

Monsun adalah iklim yang ditandai oleh pergantian arah angin dan musim hujan atau kemarau selang lebih kurang enam bulan, mengikuti posisi matahari pada bulan Juni dan Desember, terdapat di daerah tropis dan subtropis yang diapit oleh benua dan samudera.

Pada Januari ini, laut Kutim masih memiliki ketinggian satu hingga dua meter. Karenanya, nelayan kecil tidak dapat melaut hingga ke tengah laut.

Nelayan hanya menangkap ikan di bibir laut.

“Kalau kapal seperti kami, gak berani di laut. Gelombang masih tinggi. Kami hanya berani di muaranya menangkap ikan. Berbeda dengan kapal besar lainnya. Mereka santai saja. ” ujar Suhardi, salah seorang nelayan di Kanal dua Bukit Pelangi.

Meskipun begitu, dirinya mengaku bersyukur lantaran masih bisa membawa ikan ke rumah untuk dijual.

Setiap hari, dirinya bisa menangkap ikan hingga sepuluh kilogram.

“Dalam keterbatasan karena tingginya gelombang, kami masih bisa mendapatkan rezeki. Alhamdulillah daripada tidak sama sekali,” katanya.

Dia memilih tak menjual ikan ke pasar, tetapi kepada langganan.

Ikan kerapu dijual Rp 60 ribu per kilo. Sedangkan kakap merah dijual Rp 80 ribu.

“Jadi ada langsung yang beli. Kami gak repot lagi jual-jual di pasar,” katanya. (dy)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cuaca Buruk, Produksi Ikan Asin Menurun


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
nelayan  

Terpopuler