Kondisi penyanyi balada legendaris Indonesia Franky Sahilatua yang dirawat di Singapore General Hospital kemarin (16/8) mendadak dropPadahal, hari itu merupakan ulang tahun ke-57 penyanyi asal Surabaya itu
BACA JUGA: Bersepeda Melintasi Andalusia dan Mendaki Gunung Tertinggi Afrika Utara (2-Habis)
AHMAD AINUR ROHMAN, Singapura
WAJAH Harwantiningrum sore kemarin terlihat pucat
BACA JUGA: Bermalam di Hutan, Dijaga Anjing Liar Hitam
"'Franky drop lagiBACA JUGA: Buy Akur, Pencipta Lagu Keong Racun yang Tetap Hidup di Kontrakan
Semoga ini hanya gara-gara telat makan," ujarnya kepada Jawa PosAnti menuturkan, kondisi fisik Franky kemarin pagi sebenarnya sangat sehatDia menyambut hari dengan antusiasMaklum, kemarin Franky berulang tahun ke-57Franky lahir di Kampung Kebalen, Surabaya, 16 Agustus 1953.Untuk memberikan kejutan, beberapa anggota keluarga dari Indonesia datang secara khusus untuk membesuk FrankyAda Jane Sahilatua, adik sekaligus teman duetnya pada era 1970-anDia datang bersama suami dan ibunya, Dora SahilatuaAgak siang datang rombongan yang terdiri atas Wakil Sekjen Nasional Demokrat Melkiades Laka Lena, ekonom Faisal Basri, dan Letjen (pur) Kiki Syahnakri.
Kedatangan mereka seolah menjadi kado perayaan ulang tahun FrankyBenar-benar surprised bagi penyanyi yang terkenal dengan lagu Bus Kota ituBahkan, Anti tidak tahu bila akan kedatangan tamu-tamu istimewa tersebutAkibatnya, ketika para pembesuk itu datang, dia tidak sempat bersiap-siapMalah, dia tidak bisa menemui mereka karena sedang berpindah tempat tinggal.
Selama mendampingi Franky berobat di Singapura, Anti menumpang di apartemen teman lamanya, Lily SudarsonoNah, kebetulan apartemen Lily kini ada yang menempati, sehingga Anti harus pindah"Saya baru datang dari pindahan rumahJadi, tidak mengetahui bahwa Franky dibesuk banyak orang di hari ulang tahunnya ini," tutur Anti tampak menyesal.
Jawa Pos juga tidak bersua dengan rombongan pembesuk dari Indonesia ituSebab, sebelumnya Franky minta dijenguk selepas pukul 17.00 waktu setempatTapi, ketika jam itu Jawa Pos kembali datang, kondisi kesehatan Franky melemah"Untuk sementara, dokter menyeterilkan Franky dari kunjungan," tandas perempuan 54 tahun itu.
Meski berulang tahun, tak ada pesta khusus untuk hari bersejarah bagi bapak dua anak tersebutItu sebabnya, hari itu Anti justru keluar dari RS dan konsentrasi untuk pindahan apartemen"Memang tiap ulang tahun tak ada perayaan khususKami sudah terbiasa begitu," tutur Anti
Tidak mudah untuk bisa menjenguk FrankyPihak rumah sakit mengharuskan pengunjung mendaftarkan diri ke petugas di pintu masukPengunjung harus menjelaskan maksud kedatangannya, termasuk latar belakang pengunjung serta hubungannya dengan pasienPengunjung luar negeri harus menunjukkan paspor.
Sehari sebelumnya Jawa Pos memang sempat kesulitan masuk SGHSebab, nama Franky Sahilatua ternyata tidak adaSetelah ditelusuri, Franky menggunakan nama aslinya: Franklin Hubert SahilatTapi, setelah mengaku sebagai saudara Franky, Jawa Pos akhirnya mendapatkan stiker pengunjung warna merah mudaDi stiker itu tertulis nama blok, nomor kamar, dan tempat tidur pasienFranky dirawat di blok 7, lantai 2, kamar 72, dan tempat tidur nomor 2001Stiker itu wajib ditempelkan di dada pengunjungWartawan dilarang masuk tanpa mendapatkan surat izin khususDokter juga tidak boleh melayani wawancara soal penyakit pasienAturan rumah sakit itu betul-betul ketat.
Menurut Anti, selama ini suaminya tidak pernah mengeluhkan penyakitnyaPadahal, penyakit kanker sumsum tulang (myeloma) yang dideritanya diperkirakan sudah puluhan tahun.?Paling banter dia hanya merasakan punggungnya nyeri bila kecapekanKalau sudah begitu, biasanya Franky mengganjalnya dengan bantal
"Jadi, kalau saya, bantal itu bukan di kepala, tetapi di punggung," kata Franky kepada Jawa Pos, Minggu (15/8).Selama ini Franky juga alergi kepada dokterDia hampir tidak mau bila harus berurusan dengan dokterKarena itu, tak heran bila penyakit Franky baru ketahuan belakanganItu pun setelah Anti memaksa suaminya melakukan general check-upSaat ditanya soal ketakutannya kepada dokter, Franky enggan memberikan alasan.
Untuk mengurangi rasa sakit di punggung, Franky biasanya minta dipijatBahkan, hampir tiap hariSelain itu, dalam 10 tahun terakhir, pelantun lagu Perahu Retak itu menjalani terapi tradisional dengan sengatan lebah di daerah Cibubur.
"Terapi tersebut sebetulnya sangat sakitTapi, Franky menikmatinya," kata perempuan yang dinikahi Franky pada 1982 itu.Franky tidak pernah tahu pencetus awal penyakitnya tersebutBaru setelah diurut-urut, Franky sadar bahwa pemicunya mungkin sudah ada ketika dia kelas I SD pada 1960Saat itu Franky yang masih tinggal di kampung Kebalen, Surabaya, meloncat dari trem yang melaju di sekitar Jembatan Merah, Kembang JepunNahas, Franky jatuh dengan pantat terlebih dulu membentur bantalan rel trem.
"Saat itu saya ikut teman-teman yang sudah kelas 2 dan 3Mereka sudah berpengalaman, sedangkan saya belumPeristiwa itu mungkin yang menyebabkan penyakit saya iniSaya menahan sakit ini bertahun-tahun," tutur FrankySuaranya mulai melemahKemudian air matanya membasahi pipi.?Dia teringat masa lalu di kota kelahiran.
Puncak penyakit menahunnya itu kambuh lagi pada 20 Juli laluSaat itu Franky jatuh sakit parahDia dilarikan ke sebuah rumah sakit di JakartaDokter menyatakan bahwa trombosit darahnya turun hingga tinggal sekitar 25 ribuPadahal, trombosit orang normal berkisar 150 ribu sampai 500 ribu.
Setelah diperiksa, ternyata pembuluh darah Franky pecahKemudian muncul benjolan sebesar kepalan tangan dan keras di perut bagian kiriAwalnya dokter mengira penyakit Franky adalah batu ginjal."Tapi, sampai lebih dari 10 hari, dokter Indonesia tidak menemukan penyakit Franky sesungguhnyaMaka, dengan bondo nekad (bonek), keluarga membawa Franky ke Singapura untuk berobat lebih lanjut.
Dia pun mendapat kepastian penyakitnya setelah dirawat di SGH"Di sini (SGH) saya cepat mendapat kepastianSeperti orkestra, semua saling berhubunganJadi, penyakitnya bisa langsung ketahuan," katanya.
Franky mengaku pelayanan rumah sakit di bawah grup kesehatan raksasa SingHealth (Singapore Health Services) itu sangat memuaskanPara perawat memantau pasien 24 jam penuh nonstopSaat Jawa Pos membesuk Franky Minggu lalu, memang ada lima perawat yang terus memantau kesehatan FrankyMasing-masing memiliki peran berbeda.
Ada yang khusus memantau infus, ada yang memberikan obat, mengantarkan makanan, mengecek tensi darah, dan bahkan ada yang membantu Franky buang air besarSementara itu, tim dokter terus memberikan report tentang kondisi Franky teranyarDokter tidak terkesan merahasiakan kondisi pasien kepada keluargaBahkan, Franky dan keluarga kerap diajak rapat bersama tim dokter dan perawat soal perkembangan terbaru penyakitnya
"Sebagai pasien saya tenang dan senangLebih baik bayar Rp 100 tetapi hasilnya jelas ketimbang Rp 80 tetapi nggak ada kepastian," katanyaUntuk biaya perawatan, setiap hari keluarga Franky harus mengeluarkan sekitar SGD 2.500 atau setara dengan Rp 16.500.000 (dengan kurs 1 SGD = Rp 6.600, Red).
Itu termasuk biaya kamar, suntik, obat, makan, dan perawatan lainFranky masuk SGH pada 2 Agustus laluPada hari-hari awal masa perawatannya, keluarga Franky sudah harus mengeluarkan biaya SGD 30 ribu atau sekitar Rp 264 jutaBiaya itu untuk banyak hal karena harus mendapat perawatan khusus.
Sekarang Franky opname di kamar kelas 1 bagian haematologiSebetulnya juga ada kelas 3 yang sekamar berisi tiga orang atau kelas 4 yang berisi enam orang"Kami sebetulnya ingin di kelas 3 saja untuk mengirit biayaTetapi, dokter menyuruh di kelas 1 karena penyakit Franky katanya cepat sekali menular," kata Anti.
Sebelum kondisi Franky mengetuk perhatian banyak pihak di Indonesia, tagihan biaya perawatannya terus membengkakDepositnya jadi minus (merah)Namun, setelah ada upaya penggalangan dana oleh sejumlah tokoh di Cafe SCBD, Jakarta Selatan Kamis lalu (12/8), serta perhatian para koleganya, kini (16/8) saldo tagihan Franky menjadi biruBahkan, di "tabungan" SGH ada duit Franky sekitar SGD 2 ribu sampai SGD 2.300
"Saya berharap saya bisa segera sembuhSaya memang tidak sugih bondo (kaya harta), tetapi sugih konco (kaya teman)Saya ingin kembali nyanyiKarena nyanyi adalah maqam saya," tutur kawan dekat Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf itu(*/c2/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Berkunjung ke Museum Perang di Vietnam dan Kamboja
Redaktur : Tim Redaksi