jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR RI Didik Mukrianto sangat menyayangkan ancaman dan teror yang ditujukan kepada mahasiswa Constitutional Law and Society (CLS) selaku panitia diskusi "Persoalan Pemecatan Presiden di Tengah Pandemi Ditunjau dari Sistem Ketatanegaraan".
Pasalnya, ancaman dan teror terjadi di era demokrasi. Selain itu, forumnya juga forum ilmiah yang dilakukan oleh kampus.
BACA JUGA: Didik Mukrianto Desak Presiden Jokowi Bentuk Tim Investigasi
"Hanya negara yang antidemokrasi dan pemimpin yang otoriter yang menggunakan pendekatan keamanan dan membiarkan terjadinya ancaman dan teror," ucap Didik dalam keterangannya, Sabtu (30/5).
Ketua Departemen Hukum dan HAM DPP Partai Demokrat itu prihatin kalau di negara demokrasi ini, pemikiran, diskursus, diskusi, forum ilmiah, maupun forum kampus dianggap sebagai sebuah ancaman.
BACA JUGA: Fadli Zon: Logika Ini Bisa Merusak Demokrasi
"Memandulkan dan mematikan pemikiran kritis di era demokrasi sungguh melukai dan mengingkari semangat reformasi. Kalau hal demikian dibiarkan, maka tidak heran seandainya ada anggapan bahwa pemimpin kita sudah tidak mau mendengar rakyatnya, antikritik dan takut bayangannya sendiri," tutur Didik.
Politikus asal Jawa Timur ini mengingatkan bahwa salah satu transformasi besar bangsa saat ini adalah stabilitas politik dan keamanan yang semula dengan pendekatan keamanan, kini sedang bertransformasi menuju penegakan hukum.
BACA JUGA: Didik Mukrianto Pertanyakan Alasan Menteri Yasonna Copot Dirjen Imigrasi
"Berkaca kejadian ini, sungguh pukulan berat bagi pecinta demokrasi, potret yang sangat memilukan dan memalukan wajah Indonesia sebagai negara demokrasi," tegasnya.
Guna menjaga kemurian dan tujuan demokrasi, kata Didik, Presiden Joko Widodo (Jokowi) beserta aparat diharapkan terus melindungi rakyat, dan segera menangkap serta menindak pelaku-pelaku teror tersebut.
"Jangan pernah ditoleransi sedikitpun teror terhadap demokrasi ini. Kalau presiden, pemerintah dan aparat keamanan sudah tidak bisa lagi melindungi kebebasan dan HAM warga negaranya, secara logika bagaimana mungkin rakyat percaya sepenuhnya mampu melindungi negara dan kedaulatannya?" tandas Didik. (fat/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam