Diduga Ada Kartel yang Bermain

Minggu, 28 Desember 2014 – 01:12 WIB

jpnn.com - MANADO -  Gejolak harga  bahan pokok  yang masih terjadi hingga saat ini  tak selamanya dipicu mekanisme pasar. Ditengarai ada kartel harga atau sindikat yang memainkan harga pasar.

Contoh, lonjakan harga rica alias cabe rawit di pasar tradisional maupun modern dari Rp70 ribu ke level Rp120 ribu - Rp140 ribu per Kilogram (kg) bukan harga sebenarnya.

BACA JUGA: 2015, Sulut Diprediksi Masih di Atas Nasional

"Pernahkah anda- anda mencari tahu berapa harga rica sebenarnya yang dibeli pedagang? Harganya ternyata 60 ribu per Kg," kata mantan Kepala Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Dr Noldy Tuerah di Graha Pena Manado Post (Grup JPNN).

Ia menantang semua stakeholders untuk membuktikan kenapa pedagang di pasar tradisional melabel harga jual rica di pasar  Rp120 an ribu.

BACA JUGA: 2015, Pelindo III Bangun Fasilitas Curah Kering di Teluk Lamong

Dia menilai ada yang tidak beres karena disparitas harga terlalu jauh. Margin keuntungan yang diperoleh pedagang sangat besar, hampir  100 persen dari harga jual petani.

"Para petani dalam posisi tawar rendah. Saat mereka mendengar harga di pasar tradisional di atas 100 ribu, para pedagang menolak untuk beli. Mau tak mau, sudah terlanjur bawa, akhirnya mereka  jual," katanya.

BACA JUGA: Subsidi Tetap BBM Rumitkan Pengusaha dan Masyarakat

Ia melihat masalah di mekanisme pasar ada di titik distribusi. Jika distribusi baik, harga juga akan bergerak baik. Untuk itu, yang patut diintervensi bukan harga komoditi, tapi distribusi atau alat angkutan. "Apalagi, rica bukan komoditi strategis," katanya.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Faizal Anwar membenarkan harga yang bergejolak diakibatkan beban angkutan.  Beban transportasi sangat sensitif terhadap harga komoditi.

Ia pun mengaminkan jika gagasan intervensi harga melalui distribusi. "Saya setuju titik yang harus diintervensi adalah transportasi," katanya.(ham)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengusaha Lokal Akui Sulit Saingi SPBU Asing


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler