jpnn.com - JAKARTA - Ketua II DPP Hiswana Migas, M Ismeth mengakui bukan perkara mudah untuk bersaing dengan operator SPBU asing yang tumbuh di Indonesia. Salah satunya yakni dari sektor permodalan.
Hiswana Migas merupakan kelompok pengusaha SPBU, yang sampai saat ini masih tetap menjadi ujung tombak pemerintah dalam menyalurkan BBM subsidi untuk masyarakat.
BACA JUGA: Citilink Ekspansi Bisnis 2015 dengan Dana Pinjaman
Untuk itu dengan adanya usulan tim reformasi tata kelola migas (RTKM) untuk menghapus RON 88 (premium) dan menggantikan dengan RON 92 (pertamax), sangat memberatkan pengusaha SPBU lokal.
"Perusahaan besar kalau dalam pelayanan kita oke, kualitas juga kita sama, tetapi secara financial kita kalah pasti. Financial seperti permodalan dan lain-lain," ungkap Ismeth dalam diskusi 'Selamat Tinggal Premium' di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (27/12).
BACA JUGA: Tim RKTM: Bensin Hilang, Pertamina Harus Lawan Produk Asing
Ismeth melihat, kompetitor asing selama ini memiliki cara bertahan yang cukup baik untuk melakukan bisnis di Indonesia, meski sebelum harga premium naik menjadi Rp 8.500, mereka sepi pembeli.
Terlebih, dengan adanya usulan dari RTKM maka akan menjadi momentum yang baik untuk SPBU asing guna mengembangkan usahanya di Indonesia. Di mana SPBU lokal akan semakin tertindas.
BACA JUGA: SPBU Asing Tunggu Keputusan Pemerintah
"Mereka kompetitor lihat saja kelihatannya rugi tetapi tetap bertahan di Indonesia selama ini. Lihat saja sudah berapa lama mereka bertahan kan," terangnya. (chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bensin Hilang, Pertamina Buntung, SPBU Asing Untung
Redaktur : Tim Redaksi