Buang susu rendah lemak milik anda karena sejumlah ilmuwan menemukan bahwa diet rendah lemak, dalam jangka panjang, tak menyebabkan penurunan berat badan yang lebih besar dibandingkan dengan pola diet lainnya, termasuk konsumsi makanan berlemak tinggi.
Studi yang berbasis di Amerika Serikat ini diterbitkan dalam jurnal medis bergengsi ‘The Lancet’, menyusul meta-analisis besar yang melibatkan lebih dari 68.000 orang dewasa yang tidak hamil.
BACA JUGA: Kadal di Argentina Ini Memiliki Enam Buntut
Epidemiolog (ilmuwan bidang kesehatan masyarakat) yang berbasis di AS dan sekaligus peneliti utama, Deirdre Tobias, mengatakan, ia tidak terkejut melihat diet rendah lemak tidaklah efektif.
"Tak ada bukti yang baik untuk merekomendasikan diet rendah lemak," sebutnya.
BACA JUGA: Penutupan Kantor Perwakilan Dagang Australia Barat di Jakarta Jadi Tanda Tanya
Epidemiolog dan peneliti, Dr Deirdre Tobias, mengatakan, ia tak terkejut bahwa diet rendah lemak ternyata tak efektif. (Foto: iStockphoto)
Studi ini menemukan, diet ini tak menyebabkan penurunan berat badan yang lebih besar dalam jangka panjang, dibanding dengan diet dengan kadar lemak lebih tinggi, seperti program makanan rendah karbohidrat atau program Mediterania, dengan intensitas yang sama.
BACA JUGA: Pengalaman Seru Blogger Fesyen di Pacuan Kuda Melbourne Cup
Hasil analisis menunjukkan, tak ada perbedaan dalam rata-rata penurunan berat badan antara diet rendah lemak dengan diet tinggi lemak, seraya menyebut bahwa pola ini telah dipantau selama setidaknya satu tahun.
Diet rendah lemak hanya menyebabkan penurunan berat badan yang lebih besar bila dibandingkan dengan tidak berdiet sama sekali, tetapi mereka menghasilkan penurunan berat badan yang kurang dibandingkan dengan intervensi rendah karbohidrat.
"Saya pikir bukanlah hal baru bagi para peneliti di bidang gizi dan obesitas bahwa diet rendah lemak seringkali tak bekerja pada kebanyakan orang, tapi apa yang diungkap penelitian ini jelas menunjukkan hal tersebut," kata Dr Deirdre.
Ia menerangkan, "Selama beberapa tahun dan dekade terakhir, kami melihat bahwa diet rendah lemak dipromosikan sebagai cara untuk menurunkan berat badan tapi jika Anda melihat di sekitar, kita bisa lihat bahwa tingkat obesitas meroket selama kurun waktu yang sama."
Menurut Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Australia, satu dari empat anak dan dua dari tiga orang dewasa di Australia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
Profesor Amanda Lee dari Universitas Teknologi Queensland mengatakan, tinjauan literatur sistematis hanya membandingkan dua jenis diet dan tidak menetapkan cara terbaik untuk menurunkan berat badan.
"Kami sudah tahu apa yang ditemukan penelitian ini dan itu hanya membandingkan dua diet. Pertanyaan yang ingin diketahui masyarakat adalah apa cara terbaik untuk menurunkan berat badan, jika diet A tak lebih baik dari diet B," jelasnya.
Rekomendasi profesional Profesor Amanda adalah untuk mengikuti diet sesuai dengan Panduan Diet di Australia.
"Kita harus mengurangi asupan makanan yang tinggi lemak jenuh, sekarang makanan itu adalah makanan yang padat energy, makanan yang miskin gizi atau ‘junk food’, dan kita tak hanya perlu mengurangi asupan makanan tinggi lemak jenuh itu, tetapi juga makanan dengan tambahan gula , garam dan tinggi kandungan alkoholnya," terangnya.
Ia menyambung, "Masalahnya adalah bahwa mereka harus mudah untuk diikuti dan mudah untuk dipertahankan karena seringkali orang memulai diet, khususnya diet lemak dan kemudian mereka tak bisa melanjutkan selama periode waktu yang diperlukan."
Profesor Amanda mengatakan, masyarakat juga perlu sadar bahwa diet harus diikuti untuk jangka waktu yang panjang agar semua makanan pelindung dan nutrisi untuk kesehatan tercukupi.
"Ini bukan hanya soal jenis lemak dalam makanan, ini soal kualitas total dari pola diet," sebutnya.
BACA ARTIKEL LAINNYA... WHO: Kurangi Makan Daging Bukan Menghentikan Sama Sekali