Rencana Menteri Utama (Premier) Australia Barat Colin Barnett untuk menutup keberadaan kantor perwakilan dagang negara bagian tersebit di Jakarta, kini menyisakan tanda tanya. Dia akan berkunjung ke Jakarta awal November untuk melihat langsung kondisi kantor itu.
Keputusan penutupan kantor itu sudah diambil Pemerintahan Barnett dari Partai Liberal, namun dianulir sementara pada Januari 2015, setelah mendapat tekanan kuat dari kalangan internal pemerintahannya sendiri.
BACA JUGA: Pengalaman Seru Blogger Fesyen di Pacuan Kuda Melbourne Cup
Dua dari tiga anggota Parlemen Australia Barat dari Partai Liberal yang menentang penutupan itu, Brian Ellis dan Phil Edman, akan mendampingi Premier Barnett ke Jakarta.
Kunjungan ke Indonesia akan menjadi yang pertama bagi Premier Barnett. Dia akan didampingi sejumlah stafnya. Tujuan kunjungan Barnett ini untuk mencari tahu seberapa pentingnya keberadaan kantor tersebut.
BACA JUGA: WHO: Kurangi Makan Daging Bukan Menghentikan Sama Sekali
Indonesia tercatat sebagai mitra dagang Australia Barat terbesar ketujuh dengan nilai perdagangan 3,9 miliar dollar.
Australia Barat membuka kantor perwakilan dagangnya pertama kali di Surabaya pada tahun 1992.
BACA JUGA: Alasan Mengapa Melbourne Cup Jadi Salah Satu Pacuan Kuda Terbesar Dunia
Brian Ellis kepada ABC menjelaskan, kunjungan ini dimaksudkan untuk menambah informasi yang akan memperkuat alasan mengapa kantor perwakilan itu tetap diperlukan di Jakarta.
Ketua Australia Indonesia Business Council di Australia Barata, Phil Turtle, juga dijadwalkan menyertai rombongan ini.
Dalam kunjungan itu rombongan ini juga dijadwalkan bertemu dengan pihak KADIN Indonesia.
Pemerintah Australia Barat sebelumnya beralasan akan mempertahankan perwakilannya di Indonesia namun akan digabungkan dengan kantor dagang pada Kedubes Australia di Jakarta.
Namun hal itu dipandang tidak memadai oleh para penentang rencana penutupan kantor tersebut.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Layanan Taksi Uber Resmi Boleh Beroperasi di Canberra