Digitalisasi UMKM Butuh Dukungan Internet hingga Pelosok

Kamis, 18 Agustus 2022 – 22:01 WIB
Perkembangan teknologi harus dimanfaatkan UMKM dengan melakukan digitalisasi UMKM dengan dukungan internet hingga pelosok. Ilustrasi UMKM Perempuan: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) terus didorong untuk memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan digitalisasi.

Namun, ada sejumlah tantangan. Salah satunya adalah sumber daya manusia (SDM) yang dinilai masih kurang memiliki kemampuan untuk memanfaatkan teknologi.

BACA JUGA: Bantu UMKM Bangkit, Sandiaga Uno Buka Pesta Rakyat di Bekasi

"UMKM itu sebagian didominasi oleh baby boomers atau Gen X yang adaptasi digitalnya masih kurang," kata Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira dalam keterangan tertulisnya, Kamis (18/8).

Menurut dia, diperlukan pendampingan dari kementerian, pemerintah daerah, BUMN, dan juga stakeholder lainnya untuk mempercepat adopsi digital pada UMKM.

BACA JUGA: Memaknai Kemerdekaan, Pakar IT Ini Mendorong Pengembangan Teknologi dan Kemandirian Internet

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan 30 juta pelaku UMKM untuk go digital.

Dari target tersebut, saat ini ada 19 juta UMKM yang bergabung di ekosistem digital.

BACA JUGA: Pakar Internet Ingatkan ASN Jangan Sembarangan Menyimpan Data di Email, Pakai Cara Aman

"Target tersebut bisa tercapai, namun yang terpenting bukan angka, melainkan keberlanjutan pelaku usaha dalam memanfaatkan platform digital," ujar dia.

Selanjutnya adalah masih minimnya akses untuk pengadaan barang dan jasa melalui UMKM.

Sementara, pemerintah memiliki target 40 persen barang dan jasa berasal dari UMKM.

Bhima menegaskan harus ada keberpihakan, misalnya regulasi untuk platform e-commerce sehingga bisa lebih menyerap lagi produk UMKM.

"Itu juga akan banyak UMKM masuk ke sistem digital," ujar Bhima.

Dia menambahkan, selain hal di atas, juga ada sejumlah tantangan utama yang dihadapi.

Salah satunya adalah soal infrastruktur yang masih belum memadai.

Ini terutama di wilayah pedesaan gap-nya masih cukup melebar.

Terkait hal tersebut, saat ini ada operator yang melakukan merger, yakni Indosat Ooredoo (PT Indosat Tbk) dan Tri (PT Hutchison 3 Indonesia/H3I) menjadi Indosat Ooredoo Hutchinson (IOH), sebelumnya juga ada XL Axiata.

Menurutnya, ini akan mampu menghadirkan akses internet lebih menjangkau wilayah yang belum terlayani.

"Itu akan memiliki peran, tetapi bukan hanya penyediaan akses internetnya, diharapkan dia juga masuk dalam supporting-nya, seperti cloud computing, data center kemudian juga fasilitas yang mendukung ekosistem digital," ujar Bhima.

Merger atau penggabungan ini bukan semata hanya untuk meningkatkan penetrasi internet, tetapi melengkapi ekosistem digital lebih baik.

Sebelumnya, anggota Komisi I DPR Rizki Aulia Rahman Natakusumah menyambut positif upaya Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) agar provider bisa mendukung program pemerintah memperluas cakupan layanan hingga ke penjuru nusantara.

Hal itu juga sejalan dengan program Indonesia Merdeka Sinyal 2024.

"Agar ini dilecut sedikit untuk memperluas jaringan ke daerah, untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat," ujar Rizki.

Hal ini juga berkaca dari berbagai kondisi banyak daerah yang masih belum terjangkau sinyal seluler dan internet dan menyulitkan kegiatan belajar mengajar siswa di masa pandemi.

Belum lagi jika bicara masalah potensi ekonomi digital.

"Kami dorong, kami dukung, kami nantikan dan kami awasi," kata dia. (esy/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dukung UMKM Disabilitas Terlibat di G20, Kominfo Siap Gandeng Perempuan Tangguh Indonesia


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler