jpnn.com, AMBON - Kapal turis yang berlayar dari Pelabuhan Tulehu tujuan Pulau Banda Naira, Kabupaten Maluku Tengah terbalik setelah dihantam gelombang besar, Kamis (14/3). Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
KM Mersia berpenumpang 5 orang turis Warga Negara Asing (WNA) dan 1 orang penerjemah atau pemandu wisata. Kapal ini dinakhodai Sadi Rudin dengan 7 orang Anak Buah Kapal (AKB). Total mereka yang berlayar sebanyak 14 orang.
BACA JUGA: Kru Kapal TB Sri Maju yang Tenggelam Berhasil Dievakuasi
Kapal berangkat dari Pelabuhan Tulehu dengan tujuan Pulau Banda Naira pada Rabu (13/3) malam sekira pukul 19.30 WIT. Dalam pelayaran, kapal mengalami masalah pada mesin. Tiba-tiba kapal dihantam ombak besar. Kapal oleng dan akhirnya terbalik sekira pukul 03.00 WIT, Kamis (14/3).
Seluruh penumpang berupaya menyelamatkan diri. Mereka berhasil naik ke sekoci penyelamat (liferaft) sementara kapal perlahan-lahan tenggelam ke dasar lautan.
BACA JUGA: Munajat Abah untuk Korban Hilang KM Multi Prima
Dalam kondisi terombang-ambing, mereka kemudian menyampaikan pesan darurat yang akhirnya diterima Kantor SAR Ambon sekira pukul 05.00 WIT. Tim SAR akhirnya berhasil menemukan 14 orang penumpang kapal sebelum akhirnya dievakuasi ke Kota Ambon. Total 8 jam para penumpang ini terombang-ambing di perairan Laut Banda sebelum akhirnya diselamatkan.
Kepala Basarnas Ambon, Muslimin mengatakan, berdasarkan informasi yang diterima, mesin kapal sempat mati sebelum dihantam ombak. “Kapal terbalik sekira pukul 03.00 WIT dan informasi yang kami terima sekira pukul 05.00 WIT,” ujar Muslimin kepada koran ini via selulernya, kemarin.
BACA JUGA: Pemilik Kapal Didesak Bantu Pencarian Korban KM Multi Prima
Menurutnya, informasi kecelakaan kapal selain diterima dari dari Syahbandar Tulehu, juga diperoleh langsung dari agen KM Mersia di Bali. Dia juga memastikan kapal tersebut sudah tenggelam dan seluruh korban yang berjumlah 14 orang sementara menyelamatkan diri dan berada di atas sekoci penyelamat. ”Beruntung mereka (korban) masih bisa berkomunikasi dengan agen kapal di Bali via telepone satelit,” kata Muslimin.
Setelah mendapat informasi, sebut Muslimin, sekitar pukul 07.15 WIT tim SAR langsung dikerahkan ke lokasi kejadian. ”Sekira pukul 10.00 WIT, tim menemukan para korban dan berhasil dievakuasi sekitar jam 11.00 ke Pulau Ambon,” ujar Muslimin.
Kapal KN SAR 235 Abimanyu tiba di Pelabuhan Yos Sudarso Ambon sekira pukul 14.30 WIT. Seluruh penumpang kemudian dilarikan ke RSUD dr M Haulussy Kudamati untuk penangan medis karena kondisi mereka yang lemas.
”Kondisi mereka masih lemas. Ssetelah pemeriksaan kesehatan ini mereka akan dikembalikan ke agen kapal ini di Bali,” ujar Andhy Josep, salah satu anggota tim SAR di Pelabuhan Yos Sudarso.
Andi Nasir Hamadin, pemandu wisata yang bersama dengan para turis saat dikonfirmasi tidak berkomentar lebih. Dia hanya memastikan dalam perjalanan menuju Pulau Banda mereka dihadang cuaca buruk dan mesin kapal mati. ”Cuaca memang buruk dan gelombang sekitar 2 meter lebih,” kata Andi singkat.
Kasie Keselamatan Berlayar KSOP Klas 1 Ambon, Jonli A Pentury memastikan, pihaknya sudah menerima warning dari BMKG soal kondisi cuaca perairan Maluku. ”Dalam satu minggu terakhir ini ada peringatan dini dari BMKG. Seminggu ini cuaca buruk. Gelombang 1 sampai 4 meter. Bahkan saat ini Laut Banda dan Arafura tinggi gelompang antara 2 hingga 4 meter,” ujar Jonli di kepada Ambon Ekspres di ruang kerjanya, kemarin.
Menurut Jonli, secara teknis pihaknya tetap berada pada regulasi akan menunda segala pelayaran apabila dalam kondisi cuaca yang memang tidak memungkinkan. ”Tetapi juga tidak pernah melarang. Kita sifat menunda dalam proses. Artinya kalau memang mengajukan permohonan dengan kondisi cuaca rilis BMKG itu jelek, dan kondisi rill nya jelek, kami pasti akan menunda keberangkatan sementara sampai dengan cuaca membaik,” kata Jonli, secara teknis.
Oleh karena itu, sesuai dengan arahan BMKG kapal yang akan berlayar dengan tujuan-tujuan sesuai dengan arahan BMKG pasti akan ditunda keberangkatan sesuai aturan yang berlaku.
Menyoal, KM Mersia bisa diizinkan keluar, Jonli mengaku tidak mengetahui hal itu. ”Kalau itu saya tidak tahu. Pertimbangan apa mungkin bisa koordinasi langsung dengan Syahbandar di Tulehu. Jelas, itu dikeluarkan pasti dengan pertimbangan keselamatan dan keamanan,” ujarnya.
Olehnya itu, dia mengingatkan perusahaan pelayaran agar tidak mamaksaan keadaan apabila kondisi cuaca tidak baik. “Jangan sampai melakukan pelayaran tanpa SPB. Jelas kita akan tertibkan, apa lagi kondisi cuaca dan sudah ada peringatan dari BMKG. Saat ini, Laut Banda sampai Kei, dan Arafura itu cuaca buruk,” ujanya.(JPG/ERM)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 10 Mayat Korban Kapal Tenggelam di Selat Malaka Ditemukan
Redaktur & Reporter : Friederich