jpnn.com - JAKARTA – Sejumlah petinggi Partai Golkar kemarin (24/5) menemui Presiden Joko Widodo. Meski disampaikan bahwa pertemuan tersebut sebatas laporan hasil munaslub, tak urung isu masuknya kader partai beringin rindang ke jajaran kabinet makin menguat.
Para petinggi Golkar tersebut datang sekitar pukul 16.00. Selain Ketum Setya Novanto, hadir pula Ketua Dean Pembina Aburizal Bakrie.
BACA JUGA: Kasus Lion Air dan AirAsia Membuktikan Regulator Lemah
Kemudian, ada Sekjen Idrus Marham, Nurdin Halid, dan Nurul Arifin. Di saat bersamaan, Presiden sedag menggelar rapat terbatas. Alhasil, Setnov cs menunggu sekitar 1,5 jam.
Pertemuan berlangsung singkat, sekitar setengah jam. Usai pertemuan, Novanto menyatakan bahwa pihaknya hanya sebatas melaporkan hasil Munaslub Golkar.
BACA JUGA: Gubernur Ini Santer Disebut Bakal Masuk Kabinet Jokowi, Bupati Bilang Begini
’’Kami melaporkan kepengurusan akan selesai dalam waktu dekat, dan melakukan rakernas,’’ terangnya. Selain itu, juga menyampaikan dukungan resmi Golkar kepada pemerintah.
Disinggung mengenai bentuk dukungan, sekjen Idrus Marham menyatakan bahwa hal itu sudah diwacanakan sejak awal Januari lalu. Dukungan tersebut tanpa syarat. ’’Tidak ada syarat menjadi menteri atau tidak,’’ tuturnya. Sebab bagaimanapun reshuffle kabinet merupakan hak prerogatif presiden.
BACA JUGA: WNA yang Merokok di Pesawat Citilink Alami Gangguan Jiwa?
Namun, tetap saja bila ditawari, Golkar tentu tidak akan menolak. ’’Diberikan (jatah menteri) Alhamdulillah, tidak diberikan juga Alhamdulillah,’’ lanjutnya.
Yang penting, Golkar tetap dalam posisi mendukung pemerintahan Jokowi-JK. Memang, Sejak era orde baru maupun reformasi, Golkar selalu ada di struktur pemerintahan. Siapapun presidennya.
Disinggung siapa saja kader yang disiapkan Golkar, Idrus mengelak. Termasuk isu bahwa dia akan menduduki kursi Menpora menggantikan Imam Nahrawi. Menurut dia, kader Golkar yang potensial sangat banyak. ’’Tidak akan pernah kekurangan kalau misalnya ada tawaran-tawaran seperti itu,’’ ucap Idrus.
Apakah itu berarti dalam pembicaraan kemarin Golkar sudah ditawari, Idrus kembali mengelak. Dia mengatakan tidak ada pembicaraan mengenai hal tersebut. Mengenai rangkap jabatan sendiri bila benar-benar masuk kabinet, hal tersebut akan dibicarakan lebih lanjut.
Masuknya Golkar dalam kabinet kerja kemungkinan tinggal menunggu waktu. Sejumlah kader Partai Golkar kemungkinan akan masuk mengisi kursi menteri. Namun, salah satu kandiat yang paling kuat adalah Idrus.
Posisi Idrus sebagai menteri santer terdengar pasca Novanto dipastikan menjadi Ketua Umum Partai Golkar hingga 2019 mendatang. Jika Idrus masuk dalam kabinet, konsekuensinya dia harus mundur dari jabatannya sebagai pengurus DPP Partai Golkar. Dalam hal ini, lowongnya posisi Idrus kemungkinan akan diisi oleh pensiunan perwira TNI.
Novanto sendiri pernah menyinggung bahwa dirinya akan memasukkan unsur pensiunan TNI dalam kepengurusan DPP Partai Golkar.
”Golkar di masa lalu identik dengan ABG (ABRI, Birokrasi, dan Golkar, red). Maka kepengurusan mendatang akan memasukkan unsur pensiunan TNI,” kata Novanto. Meski begitu, Novanto tidak mau menyebut di posisi kepengurusan mana, pensiunan perwira TNI itu akan ditempatkan.
Bentuk dukungan konkret kepada pemerintah akan diwujudkan dalam waktu dekat. Yakni, dengan mengumpulkan semua kepala daerah dan anggota DPR asal Partai Golkar ke Jakarta. Mereka akan diberi sosialisasi mengenai reposisi Golkar kepada pemerintah. Golkar bukan lagi oposisi, melainkan partai pendukung pemerintah.
Idrus juga mengakui bahwa pertemuan kemarin juga membicarakan persiapan pemilu 2019. Di mana Golkar akan mendukung Jokowi untuk maju kembali.
’’Salah satu rekomendasi kepada ketua Umum, untuk melakukan komunikasi politik dengan Presiden Joko Widodo dalam rangka mempersiapkan pemenangan pemilu 2019,’’ tambahnya. (byu/bay)
BACA ARTIKEL LAINNYA... TNI Sudah tak Sabar
Redaktur : Tim Redaksi