jpnn.com, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berupaya meredam kritik yang bertubi-tubi menghampirinya pasca pertemuan empat mata dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Selasa (17/7) dia meralat pernyataannya yang cenderung berpihak pada Rusia. Dia mengaku salah ucap.
Di hadapan media, Trump mengatakan bahwa saat itu ada satu kata yang lupa diucapkan. Yakni, kata not alias bukan. ”Kalimat yang benar seharusnya, ’Saya tidak melihat alasan mengapa bukan Rusia pelakunya,’,” kilah suami Melania tersebut seperti dilansir Reuters.
BACA JUGA: Putin Panen Pujian, Trump Habis Dikata-katai
Pernyataan itu berbanding terbalik dengan kata-kata yang meluncur dari mulutnya setelah pertemuan tertutup dengan Putin di Hensinki, Finlandia, Senin (16/7). Saat itu, dia jelas membela Putin dengan menegaskan bahwa Rusia tidak terlibat dalam kisruh pemilihan presiden (pilpres) AS 2016.
Kalimat yang kadung terekam media dan tersebar luas ke seluruh dunia itu membuat popularitas Trump turun. Begitu pulang ke negerinya, ayah Ivanka tersebut dihujani kritik dan cibiran.
BACA JUGA: Putin Menoleh, Trump Mengedipkan Mata, Oh Mesranya
Polling terbaru Reuters/Ipsos menyebutkan bahwa 55 persen pemilih AS yang terdaftar di database tidak setuju dengan Trump. Mereka menganggap hubungan Trump dan Rusia tidak wajar.
Setelah panen kritik dan kecaman, Trump kini berusaha menghapus blunder yang dia buat. Selain meralat kata-katanya, dia menyebut intelijen AS sebagai sumber tepercaya.
BACA JUGA: Bertamu ke Inggris, Trump Cuek Ancam Tuan Rumah
Dia yakin bahwa Negeri Beruang Merah itu memang ikut campur tangan dalam pilpres AS. Meski demikian, dia yakin campur tangan tersebut tidak memengaruhi hasil pemilu yang akhirnya memenangkan dirinya.
Gedung Putih tampaknya berusaha keras untuk menyelamatkan reputasi tokoh 72 tahun tersebut. Dalam jumpa pers, Trump tampak cermat membaca naskah klarifikasi yang sudah disiapkan. Tapi, bukan Trump namanya jika tak mengacaukan skenario rapi Gedung Putih.
Dalam kesempatan itu, Trump menyatakan bahwa peretas pilpres AS 2016 belum tentu Rusia. Sebab, ada pihak lain yang juga berpotensi mengacaukan gawe besar tersebut. ”Orang lain juga bisa jadi pelaku,” ujarnya.
Terkait klarifikasi Trump, Chuck Schumer menyatakan bahwa apa yang dilakukan sang presiden justru menjadi bukti kelemahannya. Yakni, dia suka asal ngomong dan kemudian dengan mudah meralatnya.
Tapi, yang lebih membahayakan, klarifikasi itu membuktikan bahwa Trump kalah oleh Putin. ”Dia takut berkonfrontasi langsung dengan Putin,” tegas Schumer. (sha/c6/hep)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kompak! Unta, Kuda Poni dan Embek Jagokan Kroasia
Redaktur & Reporter : Adil