Putin Panen Pujian, Trump Habis Dikata-katai

Rabu, 18 Juli 2018 – 14:28 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu di Helsinki, Finlandia. Foto: Reuters

jpnn.com, WASHINGTON - Vladimir Putin satu, Donald Trump nol. Demikianlah skor dua pemimpin dunia itu di mata media sekarang. Semuanya berkat pertemuan empat mata yang berlangsung di Helsinki, Finlandia, Senin (16/7). Ketika Putin pulang dengan diiringi pujian, Trump kembali ke Amerika Serikat (AS) sambil panen cacian.

Dalam jumpa pers setelah pertemuan tertutup dengan Putin, Trump melontarkan pernyataan kontroversial terkait kisruh pemilihan presiden (pilpres) AS 2016.

BACA JUGA: Putin Menoleh, Trump Mengedipkan Mata, Oh Mesranya

Padahal, sejak awal pertemuan, isu itulah yang mendapat sorotan terbesar. ”Mereka pikir itu Rusia. Tapi, Presiden Putin mengatakan bukan Rusia. Jadi, saya tidak melihat alasan mengapa mereka (intelijen AS, Red) menuduhnya,” ujar Trump seperti dilansir BBC.

Pernyataan Trump itu bertentangan dengan laporan intelijen AS yang menyebut Rusia terlibat dalam kisruh pilpres. Kemarin (17/7) politikus-politikus Negeri Paman Sam berang. Bukan hanya politikus Partai Demokrat, tapi juga Partai Republik.

BACA JUGA: Kesengsem Gamelan, Bule AS Hijrah dari Chicago ke Solo

Senator John McCain mengecam Trump. Dia menyebut pemimpin 72 tahun itu sangat mempermalukan negaranya. ”Sebelumnya, tidak pernah ada presiden (AS) yang merendahkan dirinya sehina ini di hadapan seorang tiran,” ujar McCain.

Hal senada diungkapkan Lindsey Graham, senator senior Republik. Anggota Komite Angkatan Bersenjata Senat itu mengkritik Trump lewat cuitannya di Twitter.

BACA JUGA: Bertamu ke Inggris, Trump Cuek Ancam Tuan Rumah

Seharusnya, menurut dia, Trump bisa memanfaatkan pertemuan empat mata tersebut untuk menagih tanggung jawab Rusia dalam pilpres AS.

”Apa yang Trump lakukan itu telah membuat musuh semakin kuat sekaligus membuat pertahanan AS dan sekutu-sekutunya lemah,” ujar Ketua Minoritas Senat Chuck Schumer.

Politikus Demokrat itu memprotes Trump yang dianggapnya berpihak pada Putin. Dia menyebut kebijakan tersebut sebagai langkah yang tidak bijaksana, berbahaya, dan lemah.

Mantan Direktur CIA John Brennan bahkan menyamakan Trump dengan pengkhianat gara-gara komentarnya tentang Rusia itu. ”Itu bukan sekadar komentar yang tolol. Tapi, itu menjadi bukti bahwa dia memang ada di pihak Putin. Hai para patriot Republik, di mana kalian?” cuitnya.

Jika Trump banjir kritik, Putin justru dielu-elukan di Rusia. Media-media memujinya. Putin dianggap berhasil menunjukkan pada dunia bahwa Rusia dan AS setara.

Rossiisskaya Gazeta bahkan memublikasikan artikel yang menyoroti kegagalan negara-negara Barat untuk mengisolasi Rusia. Semuanya berkat Putin. Dan, tentu saja Trump.

Para petinggi Rusia juga menggulirkan pujian untuk Putin. ”Menggelikan saat mengingat kembali pernyataan (Barack) Obama dan sekutunya bahwa kekuatan regional Rusia lemah,” ujar anggota Majelis Tinggi Parlemen Rusia Alexey Pushkov.

Dia menambahkan bahwa saat ini nasib dunia di tangan Rusia dan AS. Pertemuan di Helsinki menunjukkan hal tersebut.

Hal tersebut diamini peneliti di Institute of International Relations Prague Mark Galeotti. Dia menegaskan bahwa konferensi pers setelah pertemuan itu menunjukkan semua yang diharapkan oleh Kremlin. Tampak jelas bahwa Rusia ditampilkan sebagai negara dengan kekuatan yang setara dengan AS.

Putin juga dianggap bisa membersihkan nama Rusia. AS menuding Rusia terlibat dalam pemilu presiden 2016 yang berujung pada kemenangan Trump. Penyelidikan tengah berlangsung.

Tiga hari sebelum pertemuan, pemerintah AS mendakwa 12 agen intelijen Rusia terlibat dalam peretasan akun kampanye Hillary Clinton. (sha/c6/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kompak! Unta, Kuda Poni dan Embek Jagokan Kroasia


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler