jpnn.com - TIMNAS Indonesia U-19 dipastikan gagal lolos dari babak fase grup Piala AFF U-19 2016 setelah takluk atas Australia 3-1, Jum’at lalu.
Tapi penampilan para pemain muda Garuda Jaya di dua laga sisa, masih terus dinantikan oleh keluarga mereka yang berada di Indonesia.
BACA JUGA: Begitu Duduk di Depan Petugas Perekaman E-KTP, Warga Langsung Kecewa
Keluarga Muhammad Dimas Drajat dan Satria Tama Hardianto adalah dua diantaranya.
-----------------------
BACA JUGA: Dairoh dan Sophia Pindah Profesi Jadi Pengamen Hingga Pemulung
Antara senang, bangga, dan sedih bercampur aduk di perasaan Fatma Herawati, ibunda penyerang timnas U-19, Muhammad Dimas Derajat.
Fatma begitu senang sekaligus bangga karena anak sulungnya itu terlihat gagah di televisi saat tampil membela timnas U-19.
BACA JUGA: Pantang Menyerah, Jualan Ikan Hias, Omzet Rp 50 Juta per Bulan
Pada AFF 2013, Dimas sejatinya sudah masuk ke dalam skuad timnas U-19, namun kala itu namanya masih kalah tenar dibandingkan Muchlis Hadi Ning Syaifullah, Ilham Udin Armaiyn maupun Maldini Palli.
Nah, mimpi sang anak untuk menjadi pemain inti di timnas U-19, akhirnya dapat terwujud di ajang Piala AFF tahun ini. Dimas bahkan juga berhasil membukukan gol untuk timnas.
Tapi, perasaan Fatma juga sedih. Dia juga mulai terisak saat teringat pada sosok almarhum sang suami, Muhammad Sulkhan yang tidak kesampaian melihat kesuksesan seorang Muhammad Dimas Derajat di lapangan hijau.
Ayah Dimas, Muhammad Sulkhan yang pernah menjadi assisten Gresik United tahun 2011 serta menjadi bagian dari timnas PSSI Primavera yang pertama, telah meninggal dunia pada 17 September 2012.
Almarhum Sulkhan, belum sempat melihat hasil jerih payah perjuangan anaknya di dunia sepakbola.
“Bapaknya Dimas itu ingin sekali anaknya jadi pemain timnas. Tapi pas sekarang sudah berhasil dia sudah ga ada,” kata Fatma sambil terisak saat di temui di rumahnya di Perum GKB (Gresik Kota Baru), Gresik siang kemarin.
Fatma mengatakan jika dia selalu mendukung perjuangan sang anak saat bertanding.
Baik saat membela PS TNI di TSC, terlebih lagi saat Dimas membela timnas di AFF U-19 tahun ini.
Sejak pertandingan pertama Indonesia menghadapi Myanmar pada 12 September lalu, hingga melawan Australia Jum’at lalu tidak satu laga pun dilewatkan oleh Fatma.
Sebelum pertandingan, Fatma juga selalu berdoa untuk kemenangan Indonesia, karena diminta oleh sang anak.
“Dimas itu pasti selalu telepon sebelum tanding. Dia bilang minta doanya dan restunya ya bu biar bisa menang,” kata wanita 38 tahun itu.
Tidak hanya sebelum pertandingan, sesudah pertandingan pun, Dimas juga selalu menelepon Fatma.
Sebagai seorang penonton sepakbola, Fatma mengaku tidak terlalu kecewa meski Indonesia kalah tiga kali secara beruntun.
Namun, dia justru mulai merasa sedih saat menerima telepon dan mendengar curahan hati dari Dimas Drajat pasca pertandingan usai.
Seperti sehabis pertandingan Indonesia melawan Thailand dan Australia Jum’at lalu.
“Pas telepon dia (Dimas Drajat, red) bilang kecewa sekali karena belum bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia. Saya bisa merasakan kesedihannya,” sambung Fatma sambil mengelap air matanya dengan jilbab yang dia kenakan.
Meski tidak lagi berpeluang lolos, di dua laga tersisa Fatma berharap agar anaknya dapat memberikan peforma maksimalnya bagi timnas.
Doa tiada putus pun juga terus dipanjatkan oleh wanita asli Gresik itu.
“Sebagai ibu, saya pasti ingin anak saya selalu dapat yang terbaik. Tapi kan Allah juga yang menentukan,” terang Fatma.
Tidak hanya ibu dari Dimas Drajat yang tetap bangga meski anaknya belum berhasil membawa timnas Indonesia U-19 berjaya di Piala AFF.
Keluarga dari kiper timnas U-19, Satria Tama Hardianto juga mengatakan hal yang sama.
Seperti halnya ibunda Dimas, keluarga Satria juga tidak pernah absen memantau pertandingan kiper asal Persegres gresik United itu sejak hari pertama AFF U-19 berlangsung.
Ayah, ibu, tante, nenek dan saudara-saudara Satria selalu menanti-nantikan penampilan Satria di layar kaca.
“Waktu pertandingan pertama kita sampai teriak-teriak pas Satria main. Karena bangga sekali rasanya lihat dia,” kata tante dari Satria Tama, Sri Hartati saat ditemui sore kemarin.
Tapi, lanjut Sri, seluruh keluarga kaget ketika Satria melakukan blunder yang menyebabkan kekalahan Indonesia di laga perdana.
Semangat Sri dan keluarga lain untuk mendukung Indonesia, juga sempat turun saat Indonesia menjalani laga kedua dan ketiga melawan Thailand dan Australia.
“Bukannya tidak semangat karena Indonesia kalah, tapi karena keponakan saya tidak dimainkan,” sambung Sri sambil tertawa.
Nenek dari Satria, Tri Retno juga selalu ikut menyaksikan penampilan cucu kesayangannya dari layar kaca.
Sebelum Satria Tama berangkat ke Vietnam, Retno bahkan juga sempat meminta doa dari teman-temannya di pengajian Al-Sajadah yang rutin dilakuakn di dekat rumahnya.
Tidak hanya meminta doa dari teman-teman pengajiannya. Setelah melakukan sholat, Retno juga semakin rajin berdoa untuk cucunya itu.
“Satria sempat telepon saya. Dia bilang ‘mbah ayo sholat witir mbah, doakan aku dan kawan-kawan supaya menang mbah.’ Udah doa tapi ternyata kalah juga,” terang Retno.
Sementara Ayah dari Satria Tama, Aiptu Bambang Hardianto menambahkan, dia juga tidak ketinggalan selalu memberi support pada anak keduanya itu.
Terlebih pada laga perdana melawan Myanmar 12 September lalu, Satria sempat melakukan blunder fatal yang membuat Indonesia kalah.
“Habis pertandingan itu jam 12 malam saya langsung telpon dia. Saya tanya penyebabnya,” kata Bambang.
Dalam perbincangan via telepon itu kata Bambang, adik dari Vivi Rahma Hardiyanti itu mengatakan jika dia melakukan blunder karena tergesa-gesa dalam mengamankan bola, dan berpikir ingin segera melakukan serangan balik.
“Dia (Satria, red) bilang melihat teman-temannya di sayap kosong. Jadi dia tidak konsen, makanya blunder,” terang suami dari Naning itu.
Secara pribadi, Bambang mengatakan jika anaknya benar-benar merasa bersalah atas kesalahan yang dia lakukan di pertandingan lawan Myanmar.
Namun pria yang bertugas di Polsek Bubutan, Surabaya itu mengatakan jika dia sudah mengingatkan anaknya agar tidak larut menyesali kesalahan tersebut.
Justru dari kesalahan itulah, menurut Bambang anaknya dapat belajar menjadi kiper yang lebih hebat di masa depan.
Nah, untuk membayar kesalahan di laga perdana lalu, Bambang dan keluarga yang lain berharap agar Satria Tama dapat dimainkan di dua pertandingan sisa timnas U-19. Menurut Bambang, hal tersebut perlu dilakukan utnuk mengembalikan kepercayaan diri anak laki-laki itu.
“Dia (Satria, red) harus bayar kesalahannya kalau dimainkan lagi. Saya percaya dia bisa percaya diri,” ujar mantan pemain Indonesia Muda itu. (raz)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Hebat Dua Penyandang Disabilitas
Redaktur : Tim Redaksi