DPR Dukung Penambahan Anggaran untuk KLHK

Kamis, 25 Januari 2018 – 11:05 WIB
Ketua Komisi IV DPR RI, Edhy Prabowo. Foto: Humas DPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Komisi IV DPR RI Edhy Prabowo menilai selama tiga tahun ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah membuktikan banyak kemajuan dan capaian yang diraih, terutama dalam penurunan sangat drastis kebakaran hutan, penegakan hukum, perubahan iklim dan juga soal kontribusi ekonomi.

“Kami apresiasi capaian tiga tahun Kementerian LHK,” kata Edhy Prabowo saat memimpin Rapat Kerja dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan KLH) Siti Nurbaya Bakar dan jajarannya di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (23/1/2018).

BACA JUGA: Di DPR, Menteri Siti Menjelaskan Capaian KLHK Tiga Tahun

Karena itu, lanjut Edhy, Pimpinan Komisi IV DPR dan juga anggota Badan Anggaran (Banggar), Andi Akmal menyatakan Kementerian LHK layak untuk mendapat tambahan anggaran lebih besar lagi dari yang diperoleh tahun lalu sebesar Rp 8 triliun dan pada tahun 2016 yang hanya Rp 6,4 triliun.

“Kami menyoroti capaian penerimaan bukan pajak atau PNBP KLHK senilai Rp 4,9 triliun lebih yang berarti naik hampir Rp 900 miliar dari tahun 2016,” tambah Andi.

BACA JUGA: PPP: Waria Ada Tujuh Juta, Penjara Tidak Muat

Pimpinan dan anggota Komisi IV DPR juga menyoroti perlunya KLHK selalu kokoh dalam menegakkan hukum dimana sumber daya alam betul-betul dijaga sebagai kekayaaan bangsa. Perhutanan sosial juga menjadi perhatian, terutama oarena beberapa anggota DPR sduah melihat hasilnya di lapangan.

Sebelumnya, Menteri LHK Siti Nurbaya di hadapan pimpinan dan anggota Komisi IV DPR memaparkan capaian kinerja KLHK dalam bentuk evaluasi per kegiatan menurut format administrasi anggaran serta menjelaska pula evaluasi capaian sasaran fungsional politik program-program KLHK.

BACA JUGA: Inpres Moratorium Izin Kebun Sawit Sebentar Lagi Diterbitkan

Menteri LHK Siti Nurbaya dan jajaran saat Raker dengan Komisi IV DPR

Siti menjelaskan capaian bidang penurunan drastis kebakaran hutan dan lahan, penegakan hukum, perhutanan sosial, penanganan dampak perubahan iklim, dan juga soal kontibusi ekonomi.

Mengenai kebakaran hutan dan lahan, Siti Nurbaya menjelaskan, hingga 31 Desember 2017, berdasarkan satelit NOAA18, jumlah titik api berhasil turun drastis dari 21.929 di tahun 2015, menjadi hanya 2.581 di tahun 2017. Sedangkan dari satelit TERRA/AQUA (NASA) di periode yang sama, dari 70.971 titik panas di tahun 2015, menjadi hanya 2.440 di tahun 2017.

Soal penegakan hukum yang juga menjadi sorotan Komisi IV DPR, Menteri Siti mengatakan, penegakan hukum bagi korporasi yang terlibat Karhutla, baik secara administrasi, pidana, maupun perdata, merupakan wujud komitmen nyata pemerintah menindak tegas pelaku kejahatan lingkungan hidup dan kehutanan.

"Ini bentuk komitmen dan konsistensi kami terhadap pelaku kejahatan lingkungan hidup dan kehutanan, termasuk yang dilakukan oleh korporasi,” ujar Siti.

Dalam penegakan hukun terhadap pelaku kebakaran hutan dan lahan, kata mantan Sesjen DPD RI ini, Kementerian LHK untuk kali pertama memberikan sanksi administratif terhadap korporasi. Selain itu, mencabut izin tiga perusahaan, lalu pembekuan izin 16 perusahaan.    

Sedangkan penegakan hukum terhadap pelaku pencemaran, Kementerian LHK telah mencabut izin satu perusahaan, pembekuan izin lima perusahaan, paksaan pemerintah 200 dan pemberian surat peringatan sebanyak 23 buah. 

Sementara itu mengenai perhutanan sosial, Menteri Siti mengungkapkan, pihaknya terus menggesa atau mensegerakan pemberian akses legal pada rakyat untuk mengelola kawasan hutan, melalui program Perhutanan Sosial. Per 18 Desember 2017, akses legal lahannya yang sudah terealisasi mencapai 1,33 juta ha dari target 4,38 juta ha hingga 2019.

Pemerintahan Jokowi telah mengalokasikan kawasan hutan seluas 12,7 juta hektar (10 persen dari luas kawasan hutan Indonesia) untuk masyarakat melalui program perhutanan sosial dengan skema Hutan Kemasyarakatan, Hutan Desa, Hutan Adat, Hutan Tanaman Rakyat dan Hutan Kemitraan.Selain itu tercatat investasi sektor kehutanan dalam negeri naik dari Rp 74,3 triliun di 2015, menjadi Rp 148,8 triliun di tahun 2017.

Dalam Raker ini, Menteri Siti juga menjelaskan capaian selama tiga tahun terkait penanganan dampak perubahan iklim.

Menurutnya, dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang menjadi masalah global, Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan negara lain yakni berupa ketahanan nasional, daya adaptasi dan modal sosial yang sangat tinggi dan kuat yang tidak dimiliki negara lain.??

Selama tiga tahun, lanjut Menteri LHK, Indonesia telah melaksanakan komitmennya sebagai negara peratifikasi Perjanjian Paris (Paris Agreement) sejak tahun 2015. Telah banyak pencapaian Indonesia dalam menurunkan emisi gas rumah kaca yang juga menjadi agenda global antara lain pengurangan emisi dari asap kebakaran hutan dan lahan, inisiasi industri hijau, implementasi energi baru dan terbarukan serta berbagai aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim lainnya hingga ke tingkat tapak.(fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Negara Hadir Untuk Lindungi Hutan Adat


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler