jpnn.com, GRESIK - Dinas Kesehatan (Dinkes) Gresik, Jatim saat ini kesulitan mencari petugas penyemprot tambahan. Hanya ada dua tim. Tidak gampang menjadi petugas fogging.
Plt Sekretaris Dinkes Gresik dr Mukhibatul Khusna mengaku kesulitan menambah petugas fogging. Kesulitannya, mencari orang yang memenuhi standar.
BACA JUGA: Waspada! Demam Berdarah Mulai Mengancam Daerah Ini
Petugas wajib mengikuti pelatihan dulu. Misalnya, cara menggunakan bahan kimia. Dia juga harus menguasai jurus membunuh nyamuk Aedes aegypti dengan benar.
"Jadi tidak boleh sembarangan," ujarnya.
BACA JUGA: Merasa Sudah Sembuh, Pasien Demam Berdarah Malah Meninggal
Padahal, lanjut Khusna, dinkes mempunyai sepuluh perangkat fogging. Semuanya siap digunakan. Dia mengimbau masyarakat agar tidak melakukan fogging sendiri.
Mengapa? Sebab, campuran obat yang tidak sesuai akan membuat nyamuk kebal. Fogging sembarangan juga bisa berbahaya bagi orang di sekitarnya.
BACA JUGA: Pemda Kehabisan Dana Atasi Pencegahan Demam Berdarah
"Tetap lapor ke puskesmas kalau ada kasus. Nanti dilakukan penyidikan epidemiologi (PE)," ucapnya.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Gresik dr Ummi Khoiroh menuturkan, dengan banyaknya kasus demam berdarah seperti ini, seharusnya dinkes bisa fogging lima kali sehari di wilayah berbeda.
Namun, dinkes hanya bisa melakukan fogging dua kali. Alatnya ada. Obatnya pun tersedia. Hanya, petugasnya kurang.
"Kami hanya punya delapan orang," ungkapnya. Karena itulah, dinkes terpaksa menunda fogging meski ada permintaan. "Antreannya banyak. Jadi harus nunggu," katanya.
Jika ada petugas baru, petugas yang lama bisa menjadi koordinator tim. "Timnya jadi banyak," ujarnya.
Dinkes segera rapat untuk penambahan petugas fogging tersebut. Jalan keluarnya akan dibahas. Pelatihan untuk petugas pemberantasan sarang nyamuk di puskesmas bisa menjadi solusi. (son/c20/roz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Abatisasi, Cara Ampuh Antisipasi DBD
Redaktur & Reporter : Natalia