jpnn.com, TASIKMALAYA - Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mengabarkan anak yang dilaporkan keracunan jajan chiki (makanan ringan) ngebul (berasap) di sekolah beberapa waktu lalu.
Mereka mengatakan bahwa anak tersebut kini sudah dalam kondisi sehat.
BACA JUGA: Atasi Keracunan Makanan dengan 5 Pengobatan Alami Ini
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Kepala Bidang Pengawasan Pelayanan Kesehatan dan Tempat Usaha pada Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya Reti Zia Dewi, Senin (9/1).
Dia mengatakan tidak ada gejala maupun mendapatkan tindakan operasi.
BACA JUGA: Atasi Keracunan Makanan yang Anda Alami dengan 3 Pengobatan Alami Ini
Menurut dia, korban saat itu sudah pulang dari rumah sakit.
"Alhamdulillah, tidak ada gejala, dan sudah sehat kembali," kata Reti Zia Dewi.
BACA JUGA: Anda Mengalami Keracunan Makanan, Segera Atasi dengan 6 Pengobatan Alami Ini
Dia menuturkan peristiwa dugaan tujuh anak mengalami keracunan makanan jajanan di sekolah itu terjadi di Desa Ciawang Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya pada 15 November 2022.
Dinkes Tasikmalaya, ungkap dia, saat mendapatkan laporan adanya dugaan keracunan makanan itu langsung bertindak bersama dengan petugas kesehatan dari puskesmas setempat untuk menangani korban.
"Waktu itu ada gejala, salah satunya mual, petugas dari puskesmas langsung ke TKP, dan berkoordinasi dengan Dinkes," katanya.
Dia menyampaikan saat di lokasi kejadian ada tujuh orang bergejala keracunan makanan seperti mual, dan satu orang dibawa ke Rumah Sakit SMC Tasikmalaya untuk menjalani pemeriksaan medis.
Dia menyebut korban yang dibawa ke rumah sakit langsung mendapatkan penanganan medis selama kurang lebih tiga jam.
Setelah itu diperbolehkan pulang ke rumah dengan tetap mendapatkan pengawasan tim medis di lapangan.
"Untuk para korban, kami selalu memantau dengan puskesmas terdekat, kami juga buatkan satu tim untuk melihat kondisinya," katanya.
Terkait jajanan makanan Chiki Ngebul itu berbahaya, kata dia, pihaknya belum bisa menyampaikan, karena perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait unsur dalam kandungan makanan tersebut.
Namun, setiap makanan yang mengandung bahan pengawet atau pengawetnya berlebihan memiliki dampak buruk atau berbahaya bagi kesehatan manusia.
"Dari BPOM sendiri belum mengeluarkan panduan, dari penelitian juga belum ada ketentuan," katanya.
Dia menyampaikan Dinkes Tasikmalaya selama ini sudah berupaya mengedukasi masyarakat maupun pedagang untuk selalu memilih maupun menjual makanan yang sehat dan aman untuk dikonsumsi.
Selain itu, lanjut dia, jajarannya bersama instansi terkait lainnya melakukan kegiatan sosialisasi terhadap industri rumah tangga sektor makanan tentang membuat makanan yang baik dan sehat.
"Sosialisasi ke industri rumah tangga bagaimana cara membuat makanan yang baik dan sehat," katanya.
Terpisah, ibu korban, Wiwin (30) mengatakan, kondisi anaknya sampai saat ini sehat meski sempat dibawa ke rumah sakit, tetapi tidak berlangsung lama.
"Alhamdulillah, sejak kejadian itu sampai sekarang anak saya sehat dan tak bergejala apapun," katanya. (Antara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Keracunan Makanan Syukuran, 75 Orang di Tasikmalaya Harus Dirawat
Redaktur & Reporter : Dedi Sofian