Diperkosa Murid Kelas 3 SD, Bocah TK Sering Menangis

Kamis, 08 Mei 2014 – 22:15 WIB

jpnn.com - SUKABUMI - Setelah digegerkan oleh tindakan Emon terkait kasus pedofilia beberapa pekan terakhir, kali ini kasus pelecehan terhadap anak di bawah umur terjadi di Kampung Cikukulu, Desa Cisande, Kecamatan Cicantanyan.

Melati bukan nama sebenarnya mengalami trauma setelah digagahi tetangganya sendiri. Yang parah dan mencengangkan, pelaku pemerkosaan berinisial KRM, masih duduk di bangku kelas tiga SD.

BACA JUGA: 5 Bulan, 11 Warga Bunuh Diri di Tanah Datar

Kejadian memilukan yang dialami bocah TK ini terjadi November 2013 silam. Namun, dampak psikologisnya, hingga sekarang, masih dirasakan bocah berumur enam tahun ini. Tak jarang, Melati sering menunjukkan trauma kepada keluarganya. Bukan hanya itu, penyakit di alat vitalnya juga tak kunjung sembuh total.

Menurut informasi yang diperoleh Radar Sukabumi (grup JPNN), pelecehan tersebut terjadi sejak ibu kandung korban Farida Azizah bekerja di Arab Saudi. Paman korban Tajudin (37), menuturkan, apa yang dialami keponakannya terjadi selama empat kali.

BACA JUGA: Balita Dilempar di Ranjang, Ibu Sekap dan Diinjak-Injak

"Kejadian ini diketahui setelah ibunya pulang dari Arab Saudi beberapa waktu lalu. Dia sering kesakitan pas saat kencing dan mengeluarkan nanah serta darah. Setelah ditanya beberapa kali, baru dia mengaku dilecehkan," kata Tajudin, Kamis (8/5).

Putri pasangan Zumadi dan Farida ini menurutnya dilecehkan di tempat berbeda-beda. Yakni Lapangan Hotel Augusta Cikukulu, WC umum kampung, perkebunan jagung dan di rumah kosong.

BACA JUGA: Kasus Emon, 51 Anak Diperiksa Dinkes

"Pada waktu kejadian saya dan ibunya melaporkan kejadian ini ke Polsek Cibadak. Setelah divisum, benar saja alat kelamin dia rusak dan mengeluarkan darah sampai sekarang. Namun, setelah melakukan musyawarah, akhirnya kami sepakat masalah ini diurus secara kekeluargaan," jelasnya.

Yang ironis, seiring waktu, pihak keluarga tersangka hanya memberikan santunan kesehatan sebanyak dua kali dengan nominal Rp 150 ribu. Tetapi sampai saat ini, korban yang merupakan anak kedua dari dua bersaudara ini belum sembuh total sehingga kerap mengeluh dan bahkan menangis akibat trauma yang panjang.

"Gimana tidak sakit, setelah kejadian ini dia sempat diolok-olok teman-temannya," ujarnya.

Tajudin menambahkan, luka lama keponakannya kerap memuncak apabila Melati bertemu dengan pelaku yang memang tak berjauhan tempat tinggalnya.

"Kalau pas dia (pelaku) lewat, ya sudah, bawaannya menangis terus. Makanya saya ingin, keluarga korban pindah saja. Saya takut, ponakan saya lebih trauma," imbuhnya.

Insiden pemerkosaan tersebut kemarin juga menarik Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sukabumi. Bahkan, Ketua PKK Kabupaten Sukabumi Fatimah Sukmawijaya langsung menemui keluarga korban.

Menurut dia, meski kasus ini terjadi sejak delapan bulan lalu, namun korban harus menjalani penyembuhan mental dan psikologisnya.

"Ke depan kami akan melakukan beberapa solusi terkait masalah ini dengan memanggil orang tua korban dan pelaku untuk berunding bagaimana baiknya dengan tokoh masyarakat agar kejadian ini tak lagi terjadi," jelas Fatimah.

Hal senada diungkapkan Kadisdik Kabupaten Sukabumi Maman Abdurahman yang menyempatkan datang ke rumah korban. Baginya, insiden ini terjadi akibat perilaku menyimpang si anak yang tidak terkontrol oleh orang tua.

"Masalah ini bukan hanya tugas pemerintah saja, namun ada beberapa elemen yang harus berperan aktif di antaranya orang tua korban dan lingkungan yang baik. Pengaruh teknologi juga tak bisa dibendung. Makanya di sini, pengawasan orang tua adalah hal paling penting," tukasnya.(hnd/t)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gardu Meledak, Bocah TK Tewas Kesetrum


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler