Diprediksi Bakal Ada PHK Besar-besaran di Sektor Teknologi

Kamis, 27 Juli 2017 – 20:18 WIB
Bursa kerja. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Fakta bahwa sektor teknologi dalam 10 tahun terakhir menjadi primadona di industri. Bermunculannya perusahaan-perusahaan raksasa teknologi berbasis internet semacam Google, Facebook, Youtube, (sebelumnya) Yahoo, menambah kegairahan para professional untuk bekerja di perusahaan-perusahaan yang tengah mendaki.

Tentu saja raksasa-raksasa teknologi ‘tradisional’ semacam Microsoft, IBM, Oracle, Apple dan lainnya, tak pernah sepi peminat.

BACA JUGA: Industri Kembali Menggeliat, Tiga Perusahaan Ini Butuh Ratusan Pekerja

Boleh dibilang, sektor teknologi tetap bertahan dan bahkan terus menjadi primadona para job seeker dari semua kalangan dan generasi: fresh graduate maupun mereka yang berpengalaman.

Di tengah gelombang antusiasme ini, analis dari Global Equities Research, Trip Chowdhry akhir tahun lalu justru memprediksi bahwa di Tahun 2017, sektor teknologi akan mengalami signifikan reset.

BACA JUGA: Lima PMA Hengkang dari Batam, Ribuan Karyawan Dirumahkan

“Salah satunya akan ada pemutusan hubungan kerja besar-besaran di sektor teknologi,” ujar Chowdry.

Chowdhry memperkirakan akan ada sebanyak 369 ribu pekerja di sektor teknologi yang mengalami pemutusan hubungan kerja dalam tahun ini.

BACA JUGA: Kemenperin: Investor Sering Diganggu Oknum LSM

“IBM, Cisco Systems, Oracle, Microsoft, Yahoo, dan Yelp juga yang lainnya akan melakukan pengurangan karyawan,” lanjut Chowdry.

Penguranan karyawan ini menurut Chowdry justru terjadi karena perubahan teknologi itu sendiri.

Pergeseran tren ke arah cloud dan aplikasi mobile yang semula dirancang untuk meningkatkan produktivitas pekerja secara eksponensial, justru membuat lebih sedikit karyawan yang dibutuhkan.

Efisiensi IT meningkat signifikan dan berakibat mereka yang bekerja mengkonfigurasi middleware, bekerja untuk database, mengelola dan mengintegrasikan proses backend, secara khusus kehilangan pekerjaannya.

“Belum lagi akibat preferensi konsumen yang berubah, sesuatu yang kemarin terlihat keren, hari ini sudah tampak usang,” kata Chowdry sambil mencontohkan Yahoo, Linkedin, dan Yelp yang mulai dianggap old fashion. “Investor harus mulai berpikir dalam kerangka anti-tren,” ujarnya.

Perubahan strategi perusahaan juga mempengaruhi keputusan manajemen untuk memberhentikan karyawannya.

Simak saja yang dilakukan Verizon pasca akuisisi Yahoo senilai USD 4,48 miliar. Raksasa ini berencana merumahkan 2.000 karyawan Yahoo, baik yang berada di California, AS, maupun yang berada di luar AS.

Sementara itu, perusahaan layanan streaming musik, SoundCloud juga memangkas 40 persen karyawannya dan menutup dua kantor mereka di AS sebagai upaya penghematan biaya dan fokus kepada peningkatan protitabilitas.

Atau kalau mau sedikit menoleh ke belakang, di tahun 2016 lalu, beberapa raksasa global di sektor teknologi informasi mengumumkan PHK terhadap pegawainya.

Raksasa TI, Microsoft, misalnya, menyatakan rencana memangkas jumlah pegawai sebanyak 2.850 orang dalam kurun 12 bulan ke depan yang menjadi bagian dari rencana perusahaan untuk memangkas 4.700 orang - atau sekitar 4 persen dari jumlah pegawai yang ada saat itu. Sebagian besar pegawai yang akan dirumahkan berasal dari unit bisnis ponsel pintar.

Pemain TI kakap lainnya, Intel juga melakukan pemutusan terhadap 12 ribu orang karyawan terkait tengah tiarapnya bisnis komputer pribadi (PC) yang menjadi pasar utama Intel. Intelpun beradaptasi dan mengubah strategi guna tetap bertahan di industi dan memilih lebih memfokuskan diri kepada penyediaan cloud. Lalu, bagaimana dengan Indonesia?

Biar bagaimanapun, efek dari berbagai pemangkasan yang dilakukan perusahaan teknologi global akibat berubahnya strategi perusahaan untuk bertahan di industri, akan terasa efeknya di Indonesia.

Kendati belum ada data pasti, namun secara umum, kondisi Indonesia diprediksi akan mengikuti tren global, terutama bagi perusahaan-perusahaan multinasional yang juga beroperasi di Indonesia.

Tahun lalu misalnya, kita masih ingat dengan peristiwa pengurangan karyawan yang dilakukan dua pemain elektronik besar di Indonesia: Panasonic dan Toshiba.

Ketika itu, Presiden Direktur Panasonic Manufacturing Indonesia (PMI) Itchiro Suganuma menjelaskan alasan Panasonic melakukan perampingan jumlah karyawan karena terkait strategi perusahaan untuk menggabungkan dua unit usaha yang terdiri dari tiga pabrik yang berada di Pasuruan Jawa Timur, Cileungsi Jawa Barat, dan Cikarang Jawa Barat.

Ini dilakukan sebagai realisasi rekstrukturisasi industri lampu LED dalam mengantisipasi perkembangan kemajuan teknologi dan situasi pasar di kawasan Asia Pasifik.

Antisipasi Cepat, Jurus untuk Bertahan

Tentu saja di tengah cepatnya perubahan– baik untuk tren inovasi maupun selera konsumennya sendiri – di sektor teknologi, para pelaku harus dapat menyesuaikan diri dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi. Sebab jika keputusan tidak diambil secara cepat, bukan tidak mungkin mereka harus terdepak dari sektor teknologi.

Karena itu, pemutusan hubungan kerja yang terpaksa dipilih untuk menjadi salah satu strategi bertahan perusahaan-perusahaan di sektor teknologi, haruslah dipahami sebagai jurus pamungkas perusahaan-perusahaan ini dalam bertahan, menciptakan efisiensi, dan agar dapat terus memberi kontribusi bagi ekonomi dan masyarakat dimana mereka beroperasi.

Di sisi lain, menjadi tugas Pemerintah untuk memastikan bahwa hak-hak karyawan telah dipenuhi dengan baik dan benar oleh perusahaan-perusahaan yang terpaksa harus merampingkan dirinya.

Pemerintah juga didorong untuk merencanakan penyiapan upaya untuk mengantisipasi pembukaan lapangan kerja di sektor serupa atau sektor lain, untuk menampung limpahan tenaga kerja dari sektor teknologi. (rl/sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Industri Shipyard Indonesia Bisa Bangkit Kembali, Asal...


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
industri   PHK  

Terpopuler